You are on page 1of 128

Ikatan Akuntan Indonesia

Pajak Penghasilan Badan


Brevet Pajak Terapan A & B

Ahmad Junaidi

Outline
Subjek Pajak Objek Pajak Pembukuan Pengurangan yang Diperkenankan Penghitungan Pajak Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 SPT PPh Badan

Page  2

Dasar Hukum

Page  3

SUBJEK PAJAK

Page  4

PPh dikenakan terhadap.? (Pasal 1 UU PPh)

Page  5

Subjek Pajak Pasal 2 (1) UU PPh

Page  6

SUBYEK PAJAK PPh BADAN

Page  7

Subjek Pajak Pasal 2 ayat (2) UU KUP

Page  8

SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI


Pasal 2 ayat (3) UU PPh

YANG DIDIRIKAN ATAU BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA

Page  9

SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI


Pasal 2 ayat (4)

BADAN YG TIDAK DIDIRIKAN DAN TIDAK BERTEMPAT KEDUDUKAN DI INDONESIA

YANG MENJALANKAN USAHA ATAU KEGIATAN MELALUI BUT DI INDONESIA


Page  10

BENTUK USAHA TETAP Pasal 2 ayat (5)


BENTUK USAHA YANG DIPERGUNAKAN OLEH

ORANG PRIBADI SEBAGAI SUBJEK PAJAK LN

BADAN SEBAGAI SUBJEK PAJAK LN

Page  11

UNTUK MENJALANKAN USAHA ATAU KEGIATAN Puspenpa 2000 DI INDONESIA

11

Page  12

KEWAJIBAN PAJAK SUBJEKTIF


Pasal 2A ayat (1),(2),(3),(4) dan (5)

SPDN

SPLN

BADAN
MULAI : SAAT DIDIRIKAN / BERKEDUDUKAN DI INDONESIA BERAKHIR : SAAT DIBUBARKAN ATAU TIDAK LAGI BERKEDUDUKAN DI INDONESIA.

BUT
MULAI : SAAT MELAKUKAN USAHA/KEGIATAN MELALUI BUT DI INDONESIA BERAKHIR : SAAT TDK LAGI MENJALANKAN USAHA/KEGIATAN MELALUI BUT DI INDONESIA.

Page  13

13

Subjek Pajak = Wajib Pajak???

Subjek Pajak

Wajib Pajak
Objek Pajak

Page  14

Perbedaan WP DN dan WP LN

WP DN

Dikenai PPh dari penghasilan di Ina dan dari luar Ina Dikenai berdasarkan penghasilan neto

WP LN

Dikenai PPh dari penghasilan dari Ina

Dikenai berdasarkan penghasilan bruto

Dikenai tarif umum

Dikenai tarif pajak sepadan Tidak wajib menyampaikan SPT

Wajib menyampaikan SPT

Page  15

Tidak Termasuk Subjek Pajak Badan

Kantor Perwakilan Negara Asing

Organisasiorganisasi Internasional
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut Tidak menjalankan usaha, kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada Pemerintah yang dananya berasal dari iuran anggota

Page  16

OBJEK PAJAK

Page  17

OBJEK PAJAK
Pasal 4 ayat (1) PENGHASILAN

SETIAP TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMIS YANG : - Diterima atau diperoleh WP - Berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, - Dapat dipakai untuk konsumsi/menambah kekayaan WP

DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN

Page  18

Klasifikasi Penghasilan

Penghasilan

1. Dikenai Tarif Umum Ps. 17 / Psl 4/1 2. Dikenai PPh Bersifat Final / Psl 4/2 3. Dikecualikan dari Objek Pajak / Psl 4/3
Page  19

PENGHASILAN MENURUT PAJAK DAN PELAPORANNYA DALAM SPT TAHUNAN PPh


Penghasilan (income/revenue)

Objek PPh Psl. 4 (1)

Objek PPh Final Psl. 4 (2)

Bukan Objek PPh Psl. 4 (3)

Sesuai UU

Tidak Sesuai UU

over

under

Koreksi negatif

Koreksi positif

Koreksi negatif

Koreksi negatif

Page  20

Dikenai Tarif Umum Pasal 17 Psl 4/1

Page  21

Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (1)

Penggantian /imbalan berkenaan dgn pekerjaan/jasa yg diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, /imbalan dlm bentuk lainnya, kec. ditentukan lain dlm UU ini

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan

Laba usaha

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta

Page  22

Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (2)

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak

Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang

Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun

Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

Page  23

Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (3)

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

Keuntungan karena pembebasan hutang kecuali sampai dengan jumlah tertentu (Rp 350 juta dan termasuk kriteria debitur kecil/PP130/2000) yang ditetapkan dengan PP

Keuntungan selisih kurs mata uang asing

Page  24

Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (4)

Premi asuransi

Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak

Page  25

Penghasilan Dikenai Tarif Umum Pasal 17 (5)

Penghasilan dari usaha berbasis syariah ( PP No. 25 Tahun 2009 )

Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU KUP

Page  26

Dikenai Pajak Bersifat Final

Page  27

Konsekuensi Pengenaan PPh Final

CASE : SEWA
biaya-biaya terkait tidak dapat menjadi pengurang

pajak yang dibayar tidak dapat dikreditkan penghasilan tidak dihitung kembali pada saat penghitungan pajak akhir tahun

Page  28

Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (1)


No
1

Jenis Penghasilan
Bunga deposito, tabungan, & diskonto SBI Hadiah Undian Bunga simpanan Koperasi Bunga Obligasi 20%

Tarif

DPP
Jumlah Bruto

Peraturan
PP 131/2000

2 3 4

25% 0% (s.d Rp 240.000) 10% (> Rp 240.000) Bunga Obligasi 15% (WP DN dan BUT) 20%/tarif P3B (WP LN) diskonto dari Obligasi dengan kupon 15% (WP DN dan BUT) 20%/tarif P3B (WP LN) diskonto dari Obligasi tanpa bunga 15% (WP DN dan BUT) 20%/tarif P3B (WP LN) bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yang terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan 0% 2009 2010 5% 2011 2013 15% 2014

Jumlah Bruto Jumlah Bruto jumlah bruto bunga

PP 132/2000 PP 15/2009 PP16/2009

selisih lebih harga jual/nilai nominal di atas harga perolehan (bunga) selisih lebih harga jual /nilai nominal di atas harga perolehan /

Page  29

Penghasilan Dikenai Pajak Bersifat Final (2)


No
5

Jenis Penghasilan
Penjualan Saham di Bursa Efek 0,1%

Tarif

DPP
Jumlah Bruto Jumlah Bruto Jumlah Bruto nilai pengalihan atau NJOP mana yang lebih tinggi

Peraturan
PP 14/1997

0,5% tambahan untuk saham pendiri 6


Pengalihan Tanah dan atau bangunan bagi OP/yayasan dan organisasi sejenisyang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan

5%

PP 71/2008

7 8

Persewaan Tanah atau Bangunan Jasa Konstruksi

10% Pelaksana 2% (kualifikasi us. kecil) Pelaksana 4% (tidak memiliki kualifikasi usaha) Pelaksana 3% (untuk selain a dan b) Perencana/Pengawas 4% (memiliki kualifikasi usaha) Perencana/Pengawas 6% (tidak memiliki kualifikasi usaha)

Jumlah Bruto

PP 5/ 2002 PP40/2009 jo PP 51/2008

Page  30

Dikecualikan dari Objek Pajak

Page  31

Dikecualikan dari Objek Pajak (1)

bantuan atau sumbangan, termasuk zakat

harta hibahan

warisan

harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti penyertaan modal

Page  32

Dikecualikan dari Objek Pajak (2)

Penggantian/imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan

pembayaran perusahaan asuransi kepada OP: asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa

dividen /bagian laba yang diterima /diperoleh PT sebagai WPDN, koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:yaitu :
PT/BUMN/BUMD, kepemilikan saham paling rendah 25% ( Deviden diatas 25 % yaitu BOP )

Page  33

Dikecualikan dari Objek Pajak (3)


iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif penghasilan yang diterima /diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat
sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia, Perusahaan Kecil

Page  34

Dikecualikan dari Objek Pajak (4)

beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut

bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu

Page  35

Ilustrasi HIBAH:
Tidak ada hubungan usaha, kepemilikan sesuai Ps.4 ayat 3 UU PPh PT. ABC/Pemberi YAYASAN XYZ/Penerima

HIBAH TANAH & GEDUNG KEPADA YAYASAN KEAGAMAAN

NILAI BUKU TANAH & GEDUNG TIDAK DAPAT DIBEBANKAN ( NON DEDUCTIBLE)
Page  36

NILAI BUKU TANAH & GEDUNG BUKAN OBYEK PPh ( NON OBJEK PAJAK)

OBJEK PAJAK - HADIAH

Jenis Objek Pajak a. b. c. Hadiah langsung Hadiah undian Hadiah/penghargaan sehub. dg pekerjaan, kegiatan, perlombaan yg diterima o/ WP OP

Objek Non OP -

Tarif

OP Final 25% Objek PPh PPh ps 21 ps 17 Objek 15% PPh ps 23 Objek 20% PPh ps 26

Hadiah/penghargaan sehub. dg pekerjaan, kegiatan, perlombaan yg diterima o/ WP Badan e. Hadiah/penghargaan yg diterima o/ WPLN

d.

Page  37

PEMBUKUAN

Page  38

Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)

Siapa?

WP OP (kegiatan usaha/ pekerjaan bebas) WP Badan

Pengecualian
(Tetap Wajib Pencatatan)

WP OP Norma (peredaran < Rp 4,8 miliar) WP OP tidak melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas

Page  39

PENGERTIAN PEMBUKUAN
Pasal 1 angka 26 UU KUP

Proses Pencatatan secara teratur untuk mengumpulkan DATA


dan INFORMASI KEUANGAN

MELIPUTI

Harta Kewajiban Modal Penghasilan dan Biaya Harga Perolehan dan Penyerahan Barang/Jasa

Dengan menyusun LAPORAN KEUANGAN (NERACA & LABA RUGI) pada setiap tahun pajak berakhir
Page  40

Sanksi terkait Pembukuan


Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat (3) UU KUP)
Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak terutang: atas SKPKB terbit, pokok pajak yang kurang ditambah sanksi kenaikan sebesar 50% untuk PPh dan 100% untuk PPh Potput, PPN & PPNBM dari pajak yang tidak/kurang dibayar/dipotong/ dipungut/disetor

Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1) UU KUP)


Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang palsu/dipalsukan; Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku, catatan atau dokumen; maka dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak tidak/kurang bayar dan paling banyak 4 kali kali jumlah pajak tidak/kurang bayar
Page  41

Karakteristik Pembukuan menurut UU Pajak (Pasal 28 UU KUP)


1
Itikad baik dan mencerminkan keadaan sebenarnya

Di Indonesia, huruf latin, angka Arab, mata uang Rupiah, bahasa Indonesia

Stelsel Akrual atau Stelsel Kas

Catatan atas: harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya

Wajib disimpan selama 10 tahun di Indonesia

6
Page  42

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan perpajakan menentukan lain

PENGISIAN SPT PPh TAHUNAN


Pasal 4 UU KUP

PENGISIAN SPT

BENAR
LENGKAP
JELAS
DITANDATANGANI :
 BADAN : PENGURUS/DIREKSI ATAU KUASA KHUSUS

WP YANG WAJIB PEMBUKUAN, DILENGKAPI DGN LAP. KEUANGAN (NERACA, LABA RUGI DAN KETERANGAN LAIN)

Page  43

ALUR PENYUSUNAN SPT TAHUNAN PPh BADAN

Dokumen Sumber

Jurnal transaksi

Buku Besar

Neraca saldo

Laporan Keuangan (Laba Rugi)

Rekonsiliasi Fiskal

SPT Tahunan PPh Badan

Koreksi Fiskal

Menambah PPh Terutang (koreksi positif)


Page  44

Mengurangi PPh Terutang (koreksi negatif)

Unsur Laporan Laba Rugi Komersial (Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan)

Penghasilan (Income)

Beban (Expenses)

Pendapatan (Revenue)

Keuntungan (Gain)

Beban yg pasti timbul dalam aktivitas biasa

Kerugian (Loss)

Biasa (ordinary)

Luar Biasa (extraordinary)

Biasa (ordinary)

Luar Biasa (extraordinary)

Page  45

Single Step Income Statement

 Pendapatan  Biaya dan beban: Beban pokok penjualan Beban pemasaran dan administrasi Beban bunga Penghasilan/beban lain (net)  Laba sebelum pajak  Beban Pajak Penghasilan  Laba bersih  Laba per saham biasa
Page  46

xxx xxx xxx xxx xxx (xxx) xxx (xxx) (xxx) xxx
46

Multiple Step Income Statement


 Pendapatan: Segmen A xxx Segmen B xxx Total Pendapatan xxx  Beban Pokok (Cost): Segmen A (xxx) Segmen B (xxx) Total Beban Pokok (xxx)  Laba usaha kotor xxx  Beban operasi Beban pemasaran, umum dan administrasi xxx Beban penelitian xxx Total Beban Operasi (xxx)  Laba operasi xxx  Penghasilan lain xxx  Beban Bunga (xxx)  Laba sebelum pajak xxx  Pajak (xxx)  Laba bersih (xxx)
Page  47

47

 Laba per saham biasa

xxx

PENGURANG PENGHASILAN BRUTO

Page  48

Rekonsiliasi Fiskal Biaya


Beban (cost/expense)
Dapat Dikurangkan Psl.6 (1)

Tidak dapat dikurangkan Ps.9 (1)

Sesuai UU

Tidak Sesuai UU

over

under

Koreksi positif

Koreksi negatif

Koreksi positif

Page  49

BIAYA YANG DIPERBOLEHKAN MENJADI PENGURANG PENGHASILAN BRUTO PASAL 6 (1)

Page  50

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (1)

1.

biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
a. b. c. d. e. f. g. h. i. biaya pembelian bahan; biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang; bunga, sewa, dan royalti; biaya perjalanan; biaya pengolahan limbah; premi asuransi; biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; biaya administrasi; dan pajak kecuali Pajak Penghasilan;

Page  51

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (2)

2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A 3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan; 4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

Page  52

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (3)

5. kerugian selisih kurs mata uang asing; 6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia; 7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan

Page  53

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (4)

8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:


telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial; Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu; syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

Page  54

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (5)

9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 10. sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; 11. biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
Page  55

Biaya yang diperbolehkan menjadi pengurang penghasilan (6)

12. sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan 13. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. 14. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan biayabiaya di atas didapat kerugian, kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun
Page  56

KOMPENSASI KERUGIAN

1. MAX 5 TAHUN BERTURUT-TURUT 2. PEMBUKUAN 3. KERUGIAN DARI SPT/ SKP JIKA TELAH DIPERIKSA

Page  57

Contoh Kompensasi Rugi:


Dalam tahun 2005 PT. X menderita Rugi Fiskal sebesar Rp 1,2 Milyar. Dalam 5 tahun berikutnya laba (rugi) fiskal PT. X sbb : 2006 : Rp 200.000.000 2009 : Rp 100.000.000 2007 : (Rp 300.000.000) 2010 : Rp 800.000.000 2008 : N I H I L 2011 : Rp 500.000.000

Kompensasi kerugian dilakukan sbb :


Rugi fiskal Thn 2005 Laba fiskal Thn 2006 Sisa rugi fiskal Thn 2005 Rugi fiskal Thn 2007 Sisa rugi fiskal Thn 2005 Laba fiskal Thn 2008 Sisa rugi fiskal Thn 2005 Laba fiskal Thn 2009 Sisa rugi fiskal Thn 2005 Laba fiskal Thn 2010 Sisa rugi fiskal Thn 2005 Rugi fiskal Thn 2007 Laba fiskal Thn 2011 Laba Kena Pajak Thn 2011 Page  58 (Rp 1.200.000.000,00) Rp 200.000.000,00(+) (Rp 1.000.000.000,00) (Rp 300.000.000,00) (Rp 1.000.000.000,00) N I H I L (+) (Rp 1.000.000.000,00) Rp 100.000.000,00(+) (Rp 900.000.000,00) Rp 800.000.000,00 (Rp 100.000.000,00) TIDAK BISA DIKOMPENSASIKAN
DENGAN LABA FISKAL THN 2011

(Rp 300.000.000,00) Rp 500.000.000,00 (+) Rp 200.000.000,00 PPh Orang Pribadi

58

BIAYA YANG TIDAK DIPERBOLEHKAN MENJADI PENGURANG PENGHASILAN BRUTO PASAL 9 (1)

Page  59

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (1)

1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi; 2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
Page  60

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (2)

3.

pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali, cadangan untuk jenis usaha tertentu yang ditetapkan menteri keuangan. Yaitu :
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial; cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan; cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan; cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

Page  61

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (3)

4.

premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan; penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan; jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

5.

6.

Page  62

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (4)

7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah; 8. Pajak Penghasilan

Page  63

Biaya Yang Tidak Boleh Dikurangkan (5)

9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya; 10. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham; 11. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundangundangan di bidang perpajakan.
Page  64

Topik-Topik Khusus Pengurang Penghasilan Bruto

Page  65

PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL

Page  66

Apa Yang Dapat diSusutkan/Diamortisasi ?

 Aktiva Tetap: harta perusahaan yang dimiliki untuk menciptakan penghasilan dan mempunyai masa manfaat (umur ekonomis) lebih dari satu tahun. Terhadap aktiva ini diperkenankan untuk dilakukan alokasi pembebanan biaya melalui penyusutan dan dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto.  Harta Tak Berwujud

Page  67

Kapan ?

Pada Bulan Dilakukannya Pengeluaran Kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta tesebut. Dengan persetujuan Dirjen Pajak, bulan digunakannya harta tersebut untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta tersebut mulai menghasilkan

Page  68

Harga Perolehan (1)

Jumlah yang sesungguhnya dikeluarkan untuk mendapatkan harta yang bersangkutan

Hubungan Berelasi: Jumlah yang seharusnya dikeluarkan (harga pasar wajar)

Page  69

Harga Perolehan (2)

Jumlah yang seharusnya dikeluarkan berdasarkan harga pasar wajar, dalam hal: tukar menukar likuidasi, penggabungan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan perusahaan, kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan.

Page  70

Metode Penyusutan

 Garis Lurus (Straight Line)

Bangunan dan Bukan Bangunan


 Saldo Menurun (Declining Balance)

Bukan Bangunan

Page  71

Klasifikasi Aktiva Tetap

Permanen (20 th) Bangunan

Tidak Permanen (10 th)

Aktiva Tetap

I (4 th) II (8 th) III (16 th)

Bukan Bangunan

Page  72

IV (20 th)

MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN


Pasal 11 ayat (6) dan (7)

KELOMPOK HARTA BERWUJUD

MASA MANFAAT

METODE & TARIF PENYUSUTAN


GARIS LURUS SALDO MENURUN ( 2 x Tarif GARIS LURUS)

1. BUKAN BANGUNAN - KELOMPOK 1 - KELOMPOK 2 - KELOMPOK 3 - KELOMPOK 4 2. BANGUNAN - TDK PERMANEN

4 8 16 20

THN THN THN THN

25 % 12,5 % 6,25 % 5 % 5 10 % %

50 % 25 % 12,5 % 10 % -

- PERMANEN

20 THN 10 THN

PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD DITETAPKAN DENGAN KMK.138/KMK.03/2002


Page  73

73

MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI


Pasal 11A ayat (2),(3),(4),(5) dan (6) KELOMPOK HARTA TAK BERWUJUD - KELOMPOK - KELOMPOK - KELOMPOK - KELOMPOK 1 2 3 4 4 8 16 20 MASA MANFAAT THN THN THN THN TARIF AMORTISASI
GARIS LURUS SALDO MENURUN

25 % 12,5 % 6,25 % 5 %

50 % 25 % 12,5 % 10 %

Page  74

74

ILUSTRASI PENYUSUTAN DENGAN METODE SALDO MENURUN


 Pada tanggal 5 Juli 2007, PT.ABC membeli sepeda motor untuk operasional kantor seharga Rp 12.000.000. Menurut akuntansi, estimasi masa maanfaat menurut manajemen 5 tahun dan disusutkan dengan metode garis lurus. Untuk perpajakan, WP menyusutan dengan metode saldo menurun.
Tahun Harga Perolehan Perhitungan Penyusutan Fiskal Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku Akhir Tahun

2007 12,000,000 2008 12,000,000 2009 12,000,000 2010 12,000,000 2011 12,000,000
Page  75

6/12 x 50% x Rp 12.000.000 50% x Rp 9.000.000 50% x Rp 4.500.000 50% x Rp 2.250.000 SEKALIGUS

3,000,000 4,500,000 2,250,000 1,125,000 1,125,000

3,000,000 7,500,000 9,750,000 10,875,000 12,000,000

9,000,000 4,500,000 2,250,000 1,125,000 -

PERHITUNGAN PENYUSUTAN SECARA FISKAL

INVENTORY

Page  76

ISU PERPAJAKAN TERKAIT INVENTORY

Inventory Valuation: Cost/Market Inventory Costing: FIFO, LIFO, AVERAGE

Page  77

Contoh : AVERAGE (Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 36 / 2008

No
1 2 3

Description
Persediaan Awal Pembelian

Quantity

Price
9 12

COGS

Ending Inventory
0 100 @ 9 = 900

100 Rp 100 Rp

0 200 @ 10,50 = 2,100 0 300 @ 10,75 = 3,225

Pembelian

100 Rp 11,25

4 5

Penjualan

100 100

- 100 @ 10,75 = 1,075 - 100 @ 10,75 = 1,075

200 @ 10,75 100 @ 10,75

= 2,150 = 1,075

Penjualan

Rp
Page  78

2,150 Rp

1,075

9 + 12 = 21/2 = 10,50

9+12+11,25 = 32,25/3 = 10,75

Contoh : FIFO (Penjelasan Pasal 10 ayat (6) UU 36/ 2008

MPKP
No
1 2 3

Description
Persediaan Awal Pembelian

Quantity

Price
9 12

COGS

Ending Inventory
0 100 @ 9 0 100 @ 9 100 @ 12 = 900

100 Rp 100 Rp

= 900 = 1,200

Pembelian

100 Rp 11,25

0 100 @ 9 = 900 100 @ 12 = 1,200 100 @ 11,25 = 1,125 - 100 @ 9 = 900 100 @ 12 = 1,200 100 @ 11,25 = 1,125 100 @ 11,25 = 1,125

4 5

Penjualan

100 100

Penjualan

- 100 @ 12 = 1,200

Rp
Page  79

2,100 Rp

1,125

Contoh : LIFO (Tidak Diperkenankan UU 36 / 2008)

MTKP
No 1 2 3 Description Persediaan Awal Pembelian Quantity Price 9 12 COGS Ending Inventory 0 100 @ 9 0 100 @ 9 100 @ 12 = 900

100 Rp 100 Rp

= 900 = 1,200

Pembelian

100 Rp 11,25

0 100 @ 9 = 900 100 @ 12 = 1,200 100 @ 11,25 = 1,125 - 100 @ 11,25 =1,125 - 100 @ 12 = 1,200 100 @ 9 100 @ 12 100 @ 9 = 900 = 1,200 = 900

4 5

Penjualan

100 100

Penjualan

Rp
Page  80

2,325 Rp

900

FIFO, AVERAGE & LIFO Comparison

Description
Sales Less : Cost of Sales Beginning Inv. Purchase ( sama ) Less Ending Inv Cost of Sales Gross Profit Tax 10 % Net Income
Page  81

FIFO
4,000 900 2,325 (1,125) (2,100) 1,900

AVERAGE
4,000 900 2,325 (1,075) (2,150) 1,850

LIFO
4,000 900 2,325 (900) (2,325) 1,675

(190) 1,710

(185) 1,665

(168) 1,507

BIAYA BUNGA

Page  82

BIAYA BUNGA (1) BIAYA BUNGA Biaya bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Bunga pinjaman selama masa konstruksi suatu aset merupakan komponen biaya langsung atas harga pokok atau harga perolehan aset yang bersangkutan

Page  83

BIAYA BUNGA (2)  Apabila terdapat penempatan deposito/ tabungan yang dananya langsung/tidak langsung berasal dari dana pinjaman yang dibebani bunga, maka
Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya atau lebih kecil dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan, maka bunga atas pinjaman tersebut seluruhnya tidak dapat dikurangkan sebagai biaya Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dibanding jumlah rata-rata deposito atau tabungan, maka bunga atas pinjaman yang boleh dikurangkan sebagai biaya adalah biaya bunga atas selisih antara jumlah rata-rata pinjaman dengan jumlah rata-rata deposito atau tabungan. Misalnya ;
Jumlah rata-rata pinjaman dalam 1 tahun =Rp 150.000.000,00 Jumlah rata-rata deposito dalam 1 tahun =Rp 40.000.00000 Bunga pinjaman seluruhnya =Rp 30.000.000,00 Bunga pinjaman yang dapat dikurangkan sebagai biaya = {(150 juta - 40 juta) / 150 juta} x Rp 30 juta = Rp 22 Juta.

Page  84

Biaya Entertainment

 Benar-benar dikeluarkan dan ada hubungannya dengan kegiatan usaha wajib pajak  Dibuatkan daftar nominatif dan dilampirkan dalam SPT Tahunan PPh, yang memuat:

Page  85

nomor urut, tanggal dan jenis entertainment, nama tempat, alamat, jumlah, nama relasi, posisi, nama perusahaan, jenis usaha.

Selisih Kurs Mata Uang Asing

 Kerugian selisih kurs merupakan biaya (deductible expense)  Selisih kurs karena fluktuasi :
Apabila wajib pajak membukukan transaksi yang bersangkutan dengan kurs tetap, maka selisih kurs diakui pada saat terjadi realisasi pembayaran. Apabila wajib pajak membukukan transaksi yang bersangkutan dengan kurs tengah BI (kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun), maka selisih kurs diakui pada akhir tahun. * Wajib Pajak harus menggunakan metode di atas secara taat azas.

Page  86

BIAYA SDM YANG DEDUCTIBLE & TAXABLE INCOME ART.21


 Gaji/Upah;  Tunjangan: keluarga, transport, prestasi, perumahan, dsb;  Premi Asuransi jiwa pegawai yang dibayar perusahaan, termasuk Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Premi Jaminan Kematian (JKM);  Uang Lembur, Uang Transport, Honor, dsb;  Penggantian Pengobatan (reimbursement);  Tunjangan PPh Pasal 21 max. sebesar PPh Pasal 21 terutang;  Tunjangan Hari Raya (THR);  Bonus atas prestasi kerja;  Pesangon;
Page  87

 Imbalan lainya kepada pegawai.

BIAYA SDM YANG NON-DEDUCTIBLE & NONTAXABLE INCOME ART.21

 Pemberian Natura /Kenikmatan dalam bentuk barang, (contoh: pemberian sembako ke karyawan);  Rekreasi, piknik, olahraga;  PPh Pasal 21 dibayar /ditanggung perusahaan;  Biaya pengobatan yang dibayar langsung ke Rumah Sakit, Dokter dan Apotek;  Biaya sewa perumahan untuk pegawai kecuali pegawai yang bersangkutan diberikan tunjangan sewa sebesar biaya sewa rumah tersebut;  Pakaian yang tidak terkait dengan pelaksaan operasional perusahaan.

Page  88

BIAYA SDM YANG DEDUCTIBLE & NON- TAXABLE INCOME ART. 21


 Pemberian Natura/Kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan (KMK No.466/KMK.04/2000 & Kep.Dirjen Pajak No.KEP213/PJ/2001 Bukan Daerah Terpencil:
Penyediaan Makan Minum untuk seluruh pegawai termasuk dewan direksi dan komisaris di tempat kerja (SE-14/PJ.31/2003); Pakaian dan peralatan bagi pegawai pemadam kebakaran, proyek, pakaian seragam pabrik, satpam, awak kapal/pesawat, antar jemput pegawai.

Daerah Terpencil (harus mendapat persetujuan Dari Ditjen Pajak) mencakup: Tempat Tinggal; Pelayanan Kesehatan; Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya; Pengangkutan bagi pegawai di lokasi kerja;
Page  89

Olah raga kecuali golf, bolling dan pacuan kuda.

Sepanjang bentuk fasilitas diatas sebelumnya tidak tersedia

NATURA-DEDUCTIBLE
Pemberian Natura / Kenikmatan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan (KMK No.466/KMK.04/2000 & Kep.Dirjen Pajak No.KEP-213/PJ/2001 Bukan Daerah Terpencil: Penyediaan Makan Minum untuk seluruh pegawai termasuk dewan direksi dan komisaris di tempat kerja (SE-14/PJ.31/2003) Pakaian dan peralatan bagi pegawai pemadam kebakaran, proyek, pakaian seragam pabrik, satpam, awak kapal/pesawat, antar jemput pegawai. Daerah Terpencil (harus mendapat persetujuan dari Ditjen Pajak) mencakup: Tempat Tinggal Pelayanan Kesehatan Pendidikan bagi pegawai dan keluarganya Pengangkutan bagi pegawai di lokasi kerja Olah raga kecuali golf, bolling dan pacuan kuda Sepanjang bentuk fasilitas diatas sebelumnya tidak tersedia dilokasi.
Page  90

BIAYA SDM YANG DEDUCTIBLE & NON- TAXABLE INCOME ART.21


 Premi Jaminan Hari Tua (JHT) yang dibayar perusahaan ke PT. JAMSOSTEK;  Iuran Pensiun yang dibayar perusahaan ke Dana Pensiun yang telah mendapat izin Menteri Keuangan RI;  Biaya pendidikan, sejenisnya; Tidak termasuk perusahaan; beasiswa, seminar, lokakarya, dan

 Biaya perjalanan dinas: keluarga dalam menjalankan tugas

Didukung oleh bukti-bukti (tiket, kuitansi agen, hotel dan akomodasi) dan sebaiknya dilengkapi Surat Tugas; Honor atau uang saku dalam perjalanan dinas merupakan obyek PPh Pasal 21 dan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto;
Page  91

Biaya perjalanan pemegang saham dan keluarganya yang dibayar perusahaan tidak dapat dikurangkan dan

Biaya Pemakaian Ponsel & Kendaraan

 PONSEL

Biaya Pembelian: Penyusutan kelompok I 50% Biaya Pulsa : Biaya Rutin 50%

 KENDARAAN SEDAN

Biaya Pembelian/Reparasi Besar: Penyusutan Klpk. II 50% Biaya Pemeliharaan : Biaya Rutin 50%

Page  92

PENYUSUTAN KENDARAAN PERUSAHAAN


SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 09/PJ.42/2002 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BIAYA PEMAKAIAN TELEPON SELULER DAN KENDARAAN PERUSAHAAN

Telepon seluler, termasuk juga alat komunikasi berupa pager; Kendaraan sedan atau yang sejenis, termasuk juga kendaraan jenis minibus, Kijang, Panther dan kendaraan lain sejenisnya sepanjang digunakan hanya untuk seorang pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, dan penggunaannya full-time baik untuk kepentingan perusahaan maupun keperluan pribadi dan keluarga pegawai yang bersangkutan; Biaya pemeliharaan kendaraan, termasuk juga pengeluaran rutin untuk pembelian/ pemakaian bahan bakar. Bagaimana jika perusahaan menyewa kendaraan untuk pegawai tertentu karena jabatannya?
Kendaraan yang dimiliki atau disewa oleh perusahaan, apabila hanya dipergunakan oleh pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya secara penguasaan penuh (full time) baik untuk kepentingan pekerjaan/ perusahaan maupun dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi/keluarganya, atas biaya penyusutan ataupun biaya sewa tahunannya dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan sebesar 50% (lima puluh persen) (S 245/PJ.42/2003)
Page  93

Biaya Perolehan Software

 PROGRAM APLIKASI UMUM

Pembebanan sekaligus di bulan berjalan


 PROGRAM APLIKASI KHUSUS

Amortisasi Kelompok I

Page  94

Sumbangan (PP 1993/2010)

Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan Sumbangan fasilitas pendidikan Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga Biaya pembangunan infrastruktur sosial

Page  95

Syarat Sumbangan (PP 1993/2010)

Mempunyai penghasilan neto fiskal berdasarkan SPT PPh Tahun Pajak sebelumnya

Tidak menyebabkan rugi pada Tahun Pajak sumbangan diberikan

Didukung oleh bukti yang sah

Lembaga yang menerima sumbangan dan/atau biaya memiliki NPWP

Page  96

Ketentuan terkait Sumbangan (PP 1993/2010)

Tidak melebihi 5% dari penghasilan neto fiskal Tahun Pajak sebelumnya Tidak dapat dikurangkan apabila diberikan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa Dapat diberikan dalam bentuk uang dan/atau barang Biaya pembangunan infrastruktur sosial diberikan hanya dalam bentuk sarana dan/atau prasarana

Page  97

back

PENGHITUNGAN PAJAK

Page  98

PERHITUNGAN PPh TERUTANG

1 2 3 4 5 6 7 8
Page  99

LABA RUGI KOMERSIAL


KOREKSI POSITIF KOREKSI NEGATIF PENGHASILAN NETO (RUGI) FISKAL KOMPENSASI RUGI FISKAL & ZAKAT PENGHASILAN PENGHASILAN KENA PAJAK PPh TERUTANG KREDIT PAJAK PPh DIPOTONG/DIPUNGUT PIHAK LAIN & DISETOR SENDIRI PPh KURANG / LEBIH BAYAR/ NIHIL
Corporate Tax

SKEMA KREDIT PAJAK BAGI WP BADAN


PT : Pajak Terhutang
Pajak Terutang / PT ( Tarif x Penghasilan Kena Pajak) Dikurangi Kredit Pajak / KP (Angsuran Pajak yang dibayar dalam tahun berjalan)

KP : Kredit Pajak
Pemotongan Penghasilan dari Modal & Jasa
PPh Ps 23

Melalui Pihak Ketiga Penghasilan dari Usaha


PPh Ps 22

Pemungutan

Hasilnya

Penghasilan dari Luar Negeri

PPh yang dibayar/Terutang di Luar Negeri

PPh Ps 24

PPh yang dibayar sendiri oleh WP pada tahun berjalan

PPh Ps 25, FISKAL LN

PT > KP (KURANG BAYAR) Page  100

PT = KP (NIHIL)

PT < KP (LEBIH BAYAR)

Menghitung Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Page  101

PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)


Pasal 16 ayat (1), (2), (3) dan (4)

PKP BAGI WAJIB PAJAK DALAM NEGERI

PENGHASILAN DIKURANGI DENGAN BIAYA YANG DIPERKENANKAN, KOMPENSASI KERUGIAN,

PKP BAGI WAJIB PAJAK YG DIHITUNG DGN NORMA

DIHITUNG DENGAN NORMA PENGHITUNGAN DARI PEREDARAN BRUTO

Page  102

Menghitung PPh Terutang

Page  103

Penghasilan Kena Pajak


(dibulatkan ke bawah dalam ribuan Rupiah penuh)

Tarif PPh
=
PPh Terutang

Page  104

TARIF PAJAK

WP BADAN SINGLE RATE TARIF PAJAK

2009 2010 Peredaran bruto s/d 50 Milyar


*)syarat dan ketentuan berlaku

28% 25% 50% lebih rendah

Page  105

Menghitung PPh Kurang/Lebih bayar

Page  106

PPh Terutang

Kredit Pajak + PPh yang dibayar sendiri PPh Kurang/Lebih Bayar


Page  107

Kredit Pajak

Pembayaran pajak yang telah dilakukan


selama periode Januari s.d. Desember Pengurang PPh terutang

PPh yg dipotong/ dipungut pihak lain


(PPh Psl. 21/22/23/24)
Page  108

PPh yg dibayar/ dibayar/ diangsur sendiri


(PPh Psl. 25) Psl.

PPh Pemotongan/Pemungutan
- Witholding Tax PPh (tdk bersifat final) yang dipotong/ dipotong/ dipungut pihak ketiga, dan merupakan ketiga, pembayaran pajak dimuka. dimuka.

PPh Psl. 22 PPh Psl. 23 PPh Psl. 24


Page  109

dikreditkan berdasarkan bukti pemotongan pajak, pajak, (bukan PPh Final)

PPh Pasal 23

 Pajak atas penghasilan berupa dividen, bunga, royalty, dan imbalan jasa-jasa tertentu;  PPh Pasal 23 merupakan pembayaran pajak dimuka yang pada umumnya dapat dikreditkan pada SPT Tahunan oleh WP yang menerima penghasilan/WP yang dipotong pajak (kecuali atas PPh yang bersifat final);  WP akan menerima Bukti Pemotongan setiap kali dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 oleh pihak pemotong pajak
Page  110

PPh Pasal 24
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang berdasarkan Undangundang PPh dalam tahun pajak yang sama Besarnya kredit pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-undang PPh

Page  111

PPh Pasal 24

Pilih yang terkecil antara:  Pajak yang dipotong di luar negeri; atau  Max.Kedit Pajak Luar Negeri (MKPLN) MKPLN = Pengh. Pengh. LN PKP X PPh Terutang

Page  112

CONTOH PENGHITUNGAN KREDIT PAJAK:


PPh TERUTANG WP BADAN Th 2011 KREDIT PAJAK : a. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN Rp 15.000.000,00 (PPh PSL. 22) b. PPh YANG DIPOTONG PIHAK LAIN PPh PSL 23 (DARI MODAL) Rp 5.000.000,00 c. KREDIT PPh LUAR NEGERI Rp 15.000.000,00 (PPh PSL. 24) d. DIBAYAR SENDIRI OLEH WP Rp 10.000.000,00 (PPh PSL 25) JUMLAH PPh YGDPT DIKREDITKAN PPh YG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 80.000.000,00

(Rp 45.000.000,00) Rp 35.000.000,00

Page  113

113

PPh Yang Dibayar Sendiri

PPh Pasal 25 ( Angsuran bulanan pembayaran pajak yang dilaporkan sebagai SPT Masa STP PPh Pasal 25 ( Hanya atas pokok pajak )

Page  114

Surat Tagihan Pajak (STP) PPh Pasal 25

Pokok Pajak .. Sanksi Admin. Jumlah

2.000.000 80.000 2.080.000

Dapat dikreditkan

Tdk dpt Dikreditkan maupun dibiayakan

Page  115

ANGSURAN PPh PASAL 25

Page  116

ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN


Pasal 25 ayat (1)

BESAR ANGSURAN PPh PASAL 25 SETIAP BULAN


PPh TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh THN PAJAK YG LALU

DIKURANGI
PPh YANG DIPOTONG ATAU DIPUNGUT : PPh PSL 21 PPh PSL 22 PPh PSL 23 PPh YANG TERUTANG ATAU DIBAYAR DI LUAR NEGERI YANG BOLEH DIKREDITKAN (PPh PSL 24)

DIBAGI
Page  117

12 (DUA BELAS) ATAU BANYAKNYA BULAN DALAM BAGIAN TAHUN PAJAK

117

CONTOH PENGHITUNGAN ANGSURAN PPh 25


PPh TERUTANG MENURUT SPT TAHUNAN PPh 2011 SEBESAR Rp 50.000.000,00 DIKURANGI : a. PPh YG DIPUNGUT PIHAK LAIN Rp 10.000.000,00 (PPh PSL. 22) b. PPh YANG DIPOTONG PIHAK LAIN Rp 17.500.000,00 (PPh PSL 23) c. KREDIT PPh LUAR NEGERI Rp 7.500.000,00 (PPh PSL. 24) JUMLAH KREDIT PAJAK (Rp 35.000.000,00) PPh KB /PPh Pasal 29 Rp 15.000.000,00 BERAPA BESARNYA ANGSURAN YG HRS DIBAYAR SENDIRI SETIAP BULAN UTK THN 2012 ?

Page  118

118

ANGSURAN BULANAN UNTUK BULAN SEBELUM BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh Pasal 25 ayat (2) SAMA BESARNYA DENGAN : - Angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu

CONTOH : - SPT TAHUNAN PPh 2011 DISAMPAIKAN MARET 2012 ANGSURAN PPh DESEMBER 2011 Rp 1.000.000,00. BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2012 DAN PEBRUARI 2012 SEBESAR Rp 1.000.000,00 - APABILA BULAN SEPTEMBER 2011 DITERBITKAN KEPUTUSAN PENGURANGAN ANGSURAN PAJAK MENJADI NIHIL SEHINGGA ANGSURAN PAJAK SEJAK OKTOBER 2011 S.D DESEMBER 2011 MENJADI NIHIL - BESARNYA ANGSURAN UNTUK BULAN JANUARI 2012 DAN PEBRUARI 2012 Puspenpa 2000 119 Page  119 NIHIL YAITU

ANGSURAN PPh PASAL 25 APABILA DALAM TAHUN BERJALAN DITERBITKAN skp UNTUK TAHUN PAJAK YANG LALU Pasal 25 ayat (4)

ANGSURAN PAJAK DIHITUNG KEMBALI BERDASARKAN skp TAHUN PAJAK YANG LALU, BERLAKU MULAI BULAN BERIKUTNYA SETELAH BULAN PENERBITAN skp

CONTOH : - BERDASARKAN SPT TAHUNAN PPH 2011, BESARNYA ANGSURAN PAJAK RP. 1.250.000,00 - JUNI 2012 DITERBITKAN SKP TAHUN 2011 MENGHASILKAN ANGSURAN SETIAP BULAN RP. 2.000.000,00 * ANGSURAN PAJAK MULAI JULI 2012 SEBESAR Rp 2.000.000,00
Page  120

120

ANGSURAN PPh PASAL 25 TAHUN BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU Pasal 25 ayat (6)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK


BERWENANG

MENETAPKAN ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN BERJALAN APABILA :

WP BERHAK ATAS KOMPENSASI KERUGIAN

WP MEMPEROLEH PENGHASILAN TIDAK TERATUR SPT TAHUNAN PPh TAHUN YG LALU DISAMPAIKAN SETELAH LEWAT BATAS WAKTU YG DITENTUKAN

WP MEMBETULKAN SENDIRI SPT THNAN PPh YG MENGAKIBATKAN ANGSURAN BULANAN LEBIH BESAR DARI ANGSURAN BULANAN SEBELUM PEMBETULAN WP DIBERIKAN PERPANJANGAN JANGKA WAKTU

Page  121

PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh 121 TERJADI PERUBAHAN KEADAAN USAHA ATAU KEGIATAN WP

Angsuran PPh Pasal 25 Atas WP yang Berhak Atas Kompensasi Kerugian

 Penghasilan Neto 2011 Rp 120.000.000  Sisa kerugian yang masih dapat dikompensasikan di tahun 2011 Rp20.000.000  Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 tahun 2012 adalah:
Penghasilan yang dijadikan dasar perhitungan PPh Pasal 25 adalah Rp120.000.000,00 - Rp 20.000.000,00 =Rp100.000.000,00

Page  122

Angsuran PPh Pasal 25 Bagi Wajib Pajak yang Memperoleh Penghasilan Tidak Teratur

 Mengingat penghasilan yang tidak teratur belum tentu diterima lagi di tahun berikutnya, maka penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berikutnya adalah hanya berdasarkan penghasilan teratur

Page  123

Angsuran PPh Pasal 25 WP Baru

penghasilan neto sebulan yang disetahunkan dikurangi terlebih dahulu dengan PTKP dikalikan tarif umum dibagi 12

Page  124

SPT PPh BADAN


SPT PPh OP

Page  125

PENGISIAN SPT PPh TAHUNAN


Pasal 4 UU KUP

PENGISIAN SPT

BENAR
LENGKAP
JELAS
DITANDATANGANI :
 BADAN : PENGURUS/DIREKSI ATAU KUASA KHUSUS

WP YANG WAJIB PEMBUKUAN, DILENGKAPI DGN LAP. KEUANGAN (NERACA, LABA RUGI DAN KETERANGAN LAIN)

Page  126

Setor dan Lapor

SPT Masa
(PPh Ps. 25)

Setor : Tgl 15 bln berikutnya Lapor : Tgl 20 bln berikutnya

SPT Tahunan
Page  127

Setor : sebelum menyampaikan SPT Tahunan Lapor : akhir April thn berikutnya

Format

1771

Page  128

You might also like