You are on page 1of 16

BAB 8 PELAPORAN FINANSIAL NON

REGULASI: PERTIMBANGAN TEORI-


TEORI BERORIENTASI SISTEM

Tujuan pembelajaran:
Memahami bagaimana persepsi komunitas (stakeholder) dapat
mempengaruhi kebijakan disclosure
Memahami bagaimana Teori Legitimasi dan Teori Stakeholder dapat
digunakan untuk menjelaskan mengapa suatu entitas
melakukan voluntary disclosure
Memahami arti organizational legitimacy dan bagaimana disclosure
dalam laporan tahunan dapat digunakan sebagai alat strategi
menjaga legitimasi organisasi
Memahami bagaimana power dan tuntutan informasi dari kelompok
stakeholder tertentu dapat mempengaruhi kebijakan disclosure
Memahami pandangan bahwa organisasi yang suskes adalah
organisasi yang dapat memanage atau menyeimbangkan
tuntutan dari berbagai stakehoder yang berbeda-beda.
• Teori legitimasi dan teori stakeholder sering
disebut sebagai “systems-oriented theories”
• Dalam systems-based perspective, suatu entitas
diasumsikan dipengaruhi oleh dan juga
mempengaruhi masyarakat. Gambar 8.1
• Gray, Owen dan Adams (1996) nyatakan
...suatu organisasi dan masyarakat yang
berorientasi ke sistem....akan memungkinkan
kita melihat peran informasi pada hubungan
yang terjadi antara organisasi, negara, individu,
dan grup.
• Pada teori legitimasi dan stakeholder, kebijakan
pengungkapan akuntansi dipandang sebagai
strategi untuk mempengaruhi hubungan
organisasi dengan pihak-pihak lain.
• Akhir-akhir ini teori legitimasi dan stakeholder
diaplikasikan untuk menjelaskan mengapa
perusahaan melakukan pengungkapan
tanggung jawab sosial dalam laporan
tahunannya.
• Teori ini juga dapat untuk menjelaskan mengapa
perusahaan memilih mengadopsi teknik
akuntansi tertentu.
• TEORI EKONOMI POLITIK
• Menurut Gray, Owen dan Adams (1996) teori legitimasi dan
stakeholder adalah teori yang diderivasi dari teori ekonomi
politik.
• Ekonomi politik oleh Gray didefinisikan sebagai kerangka pikir
yang mengkaitkan masalah sosial, politik dan ekonomi.
• Masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan tanpa
memperhatikan masalah sosial.
• Dengan menggunakan ekonomi politik seorang peneliti dapat
memperhatikan isu-isu (sosial) yang lebih luas yang
berdampak pada perusahaan, dan informasi apa yang harus
diungkapkan.
• Seperti yang ditulis Guthrie dan Parker (1990).....perspektif
ekonomi politik memandang pelaporan akuntansi sebagai
dokumen sosial, politik, dan ekonomi. Pelaporan akuntansi
digunakan sebagai alat untuk pembangunan, penjagaan, dan
legitimasi institusi-institusi ekonomi dan politik.
Pengungkapan mempunyai kapasitas untuk menyalurkan
makna-makna sosial, politik, dan ekonomi bagi pembaca
laporan yang plural....
• Teori ekonomi politik dibagi menjadi dua yaitu
teori ekonomi politik klasik dan teori ekonomi
politik burjois.
• Teori ekonomi klasik berkaitan dengan filsafat
Karl Marx yang secara eksplisit menyatakan
adanya kepentingan kelompok, konflik struktural,
ketidakadilan, dan peran negara sebagai pusat
pengendali.
• Ini berbeda dengan teori ekonomi politik burjois
yang mengabaikan elemen-elemen tsb, isinya
memandang dunia sebagai keadaan yang plural.
• Teori ekonomi politik klasik memandang pelaporan
akuntansi dan pengungkapan sebagai alat penjaga
posisi pihak yang berkuasa terhadap sumber daya
(kapital), dan sebagai alat untuk merongrong pihak yang
tidak punya sumber daya. Fokusnya pada konflik
struktural dalam masyarakat.
• Sesuai dengan Cooper dan Sherer (1984), studi
akuntansi seharusnya memasukan masalah power dan
konflik dalam masyarakat, sehingga studi akuntansi
harusnya fokus pada dampak pelaporan akuntansi
khususnya pada distribusi income, kesejahteraan dan
power di masyarakat.
• Sebaliknya, teori ekonomi politik burjuois tidak
memperhatikan adanya konflik struktural dan
pertentangan klas tapi lebih cenderung melihat adanya
interaksi antar kelompok dalam dunia yang plural (misal,
negosiasi antara perusahaan dengan penduduk
setempat).
• TEORI LEGITIMASI
• Teori legitimasi menyatakan bahwa organisasi secara kontinyu
mencari cara agar beroperasi dalam batas norma-norma masyarakat.
• Dalam arti, operasi perusahaan dipandang oleh orang lain sebagai
hal yang legitimate.
• Norma yang ada selalu berubah, sehingga perusahaan harus
menyesuaikan.
• Teori legitimasi didasarkan pada ide bahwa ada kontrak sosial antara
perusahaan dengan masyarakat. Masyarakat sekarang
mengharapkan perusahaan untuk....melakukan pencegahan
kerusakan lingkungan, menjamin adanya keamanan bagi konsumen,
karyawan ...
• Karena itu, perusahaan dengan lingkungan sosial yang jelek akan
sulit meneruskan operasinya.
• Teori legitimasi menekankan perusahaan untuk mempertimbangkan
hak-hak publik. Kegagalan untuk memenuhi harapan sosial (kontrak
sosial) ini akan menimbulkan sangsi dari masyarakat.
• Ide kontrak sosial ini bukanlah barang baru, tapi sudah lama
didiskusikan oleh para filsuf seperti Thomas Hobbes, John Locke,
dan Rousseou.
• Shocker dan Sethi (1974) memberikan overviu mengenai konsep
kontrak sosial sbb:
• Setiap lembaga sosial (termasuk perusahaan) beroperasi dengan
kontrak sosial, dimana kelangsungan dan pertumbuhannya
berdasar pada:
• Pemberian sesuatu yang diinginkan oleh masyarakat, dan
• Pendistribusian manfaat ekonomi, sosial atau politik kepada
kelompok-kelompok yang berkuasa
• Jika perusahaan merasa tidak mampu menjalankan operasinya
maka masyarakat mungkin akan mencabut kontraknya melalui
pengurangan pembelian, dll.
• Dengan adanya biaya potensial seperti itu menyebabkan
perusahaan harus mengambil tindakan yang menjamin bahwa
operasinya dipandang legitimate oleh masyarakat.
• Perusahaan akan mencari kesesuaian antara nilai aktivitasnya
dengan norma masyarakat. Jika ada perubahan harapan
masyarakat, maka perusahaan harus menyesuaikannya. Proses
penyesuaian ini disebut organisational legitimacy.
Dowling dan Pfeffer menunjukkan cara/alat perusahaan
untuk melegetimasi:
• menyesuaikan output, tujuan, dan metode operasinya
sesuai norma legitimasi masyarakat
• menggunakan alat komunikasi untuk mengubah
pandangan masyarakat.
• mengkomunikasikan maksudnya agar sesuai dengan
simbol-simbol legitimasi masyarakat.
Sesuai dengan Dowling dan Pfeffer, perusahaan dapat
menggunakan laporan tahunan perusahaan sebagai
public disclosure. Misal, perusahaan menyediakan
informasi untuk menagkal berita negatif.
• Hurst (1970) menyatakan bahwa salah satu fungsi
akuntansi adalah untuk melegitimasi eksistensi
perusahaan. Perusahaan yang beroperasi tidak sesuai
dengan norma/harapan masyarakat akan kena penalti.
Istilah “lisensi beroperasi” merujuk ke pengertian
“kontrak sosial”.
• UJI EMPIRIK TERHADAP TEORI LEGITIMASI
• Hogner (1982) meneliti corporate social reporting dalam
laporan tahunan pada US Steel Corporation selama 8
tahun.
• Hogner menunjukkan bahwa luasnya social disclosure
dari tahun ke tahun bervariasi, dan variasi tsb mungkin
karena harapan masyarakat yang juga berubah.
• Bagaimana cara perusahaan menentukan harapan-
harapan masyarakat?
• Caranya dengan meneliti melalui koran/media.
• Media biasanya bisa membentuk opini harapan
masyarakat. Brown dan Deegan menyatakan bahwa
liputan media terhadap isu tertentu merupakan proxy
hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat.
• Media Agenda Setting Theory. Semakin tinggi liputan
media berkorelasi dengan tingginya pengungkapan
dalam laporan tahunan.
• Beberapa orang berpendapat bahwa teori
legitimasi sangat mirip dengan political
cost hypothesis yang ada dalam positive
accounting theory.
• Selain ada kemiripan, ada juga
perbedaanya yaitu teori legitimasi tidak
berdasarkan pada asumsi ekonomi bahwa
semua tindakan didorong oleh
kepentingan pribadi (maksimisasi
kesejahteraan). Juga tidak menggunakan
asumsi efisiensi pasar.
• TEORI STAKEHOLDER
• Teori ini mempunyai 2 cabang yaitu cabang yang ethical (moral/noramtif)
dan cabang positif (managerial).
• TEORI STAKEHOLDER ETHIKAL
• Teori ini menyatakan bahwa semua stakeholder mempunyai hak untuk
diperlakukan secara fair oleh perusahaan. Siapa pun stakeholder harus
diperlakukan dengan baik. Stakeholder mempunyai hak instrisik yang tidak
boleh dilanggar (seperti gaji yang wajar).
• Definisi stakeholder (Freeman & Reed): grup atau individu yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan perusahaan.
• Clarkson membagi stakeholder menjadi 2 yaitu stakeholder primer dan
sekunder.
• Stakeholder primer adalah pihak yang mempunyai kontribusi nyata terhadap
perusahaan, tanpa pihak ini perusahaan tidak akan bisa hidup.
• Sedang stakeholder sekunder adalah pihak yang tidak akan mempengaruhi
kelangsungan hidup perusahaan secara langsung.
• Menurut Clarkson stakeholder primer harus diperhatikan oleh manajemen
agar perusahaan bisa hidup. Namun pernyataan ini ditentang oleh teori
stakeholder cabang etika yang beragumentasi bahwa semua stakeholder
mempunyai hak yang sama untuk diperhatikan oleh manajemen.
• Semua stakeholder mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
mengenai bagaimana dampak perusahaan bagi mereka.
• Dalam kaitannya dengan hak informasi, Gray
menyarankan menggunakan perspektif model
akuntabilitas.
• Akuntabilitas adalah kewajiban untuk
menyediakan laporan atas tindakan mereka
sebagai wujud tanggungjawabnya.
• Akuntabilitas meliputi 2 kewajiban: 1)
kewajiban/tanggungjawab melakukan tindakan
tertentu, 2) tanggungjawab menyediakan
laporan akibat tindakan tsb.
• Dengan model akuntabilitas tsb, maka
pelaporan dianggap dipicu oleh tanggungjawab,
bukan dipicu karena permintaan.
• TEORI STAKEHOLDER MANAGERIAL
• Lebih organisation-centered.
• Perusahaan harus mengidentifikasi perhatian para stakeholder.
Semakin penting stakeholder bagi perusahaan, semakin banyak
usaha yang harus dikeluarkan untuk mengelola hubungannya
dengan stakeholder ini.
• Informasi adalah elemen penting yang dapat dipakai oleh
perusahaan untuk mengelola (memanipulasi) stakeholder agar
supaya terus mendapatkan dukungan.
• Perusahaan tidak akan memperhatikan semua kepentingan
stakeholder secara sama, tapi hanya kepada yang sangat powerfull
saja.
• Power stakeholder (kreditor, pemilik, dll) dipandang sebagai fungsi
tingkat kontrol stakeholder terhadap sumber daya perusahaan.
Semakin tinggi tingkat kontrol stakeholder terhadap sumber daya
perusahaan, maka semakin tinggi perhatian perusahaan terhadap
stakeholder ini. Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang
dapat memuaskan permintaan berbagai stakeholder.
• UJI EMPIRIK TERHADAP TEORI STAKEHOLDER
• Penggunaan teori ini digunakan untuk menguji kemampuan
stakeholder dalam mempengaruhi disclosure CSR (corporate social
responsibility).
• Roberts (1992) menemukan bahwa ukuran power stakeholder dan
kebutuhan informasi yang terkait dapat menjelaskan mengenai level
dan tipe disclosure CSR.
• Neu, Warsame, dan Pedwell (1998) juga mendukung temuan bahwa
sekelompok stakeholder tertentu dapat menjadi lebih efektif dari
pada kelompok yang lain dalam meminta disclosure CSR.
• Hasil ini mengindikasikan bahwa perusahaan menjadi lebih responsif
terhadap permintaan stakehoder finansial dan regulator (pemerintah)
dibanding stakeholder pemerhati lingkungan. Ini menunjukkan
bahwa perusahaan menghadapi situasi dimana para stakeholder
saling bersaing kepentingannya, maka perusahaan akan memilih
stakeholder yang paling penting.
• Sayangnya Teori stakeholder manajerial tidak secara langsung
memberikan resep mengenai informasi apa yang harus
diungkapkan. Sehingga ini akan menimbulkan masalah “siapa
stakeholder yang paling penting (powerfull), dan informasi apa yang
dibutuhkan”.
• Exhibit 8.4 menunjukkan naiknya fee di bank-bank dan dampaknya
pada nasabah lama. Apakah nasabah lama menurut saudara
adalah stakeholder yang mempunyai power yang harus dipenuhi?
(teori stakeholder managerial) Bagaimana jika kita menggunakan
teori stakeholder ethikal?
• Exhibit 8.5 menceritakan perusahaan penambangan besar di Rio
Tinto. Dalam artikel ini ditunjukkan bahwa serikat pekerja sangat
memperhatikan sekali terhadap catatan-catatan perusahaan
mengenai hak asasi, hubungan karyawana, dan lingkungan.
Dengan membaca artikel ini kita bisa menduga bahwa serikat
pekerja merupakan stakeholder yang powerfull, sehingga kita bisa
menentukan bagaimana perusahaan harus membuat disclosure
(tentang hak asasi manusia dan manajemen lingkungan yang
sehat).
• Berdasar diskusi diatas nampaknya ada pemisahaan antara teori
stakeholder etikal dengan manajerial. Namun jika kita memisahkan
dua pandangan tersebut hanya akan mendapat pandangan
sepotong saja. Padahal, umumnya perusahaan didorong oleh aspek
etikal dan manajemen sekaligus, tidak oleh salah satu saja.
• Wicks (1996) menyatakan bahwa memisahkan antara aspek etikal
dengan manajerial adalah tidak realistik, karena orang tidak dapat
hanya memasukkan aspek moral saja ketika dia bertindak di pasar
yang riil.

You might also like