You are on page 1of 25

PENDAHULUAN

Cargo curah bergerak/berpindah didalam palka


kapal dengan dua cara yaitu “sliding failure”
dan “liquefaction”
KONDISI CARGO ON BOARD

“normal condition” “Liquefy condition”


PENDAHULUAN
• Cargo yang mengandung partikel-partikel kecil
dan sejumlah air memungkinkan untuk
terjadinya proses liquefaction (pencairan) atau
terbentuknya slurry pada saat pelayaran.
• Cargo yang memungkinkan akan terjadi
proses liquefaction hanya dapat dimuat jika
kadar air aktual lebih kecil daripada
Transportable Moisture Limit (TML)
Referensi
• The International Maritime Solid Bulk Cargoes
Code (“IMSBC Code”) Section 8 - Appendix 2 :
Laboratory Test Procedures, Associated
Apparatus and Standards
• ISO 589 : Hard Coal – Determination of Total
Moisture
• ISO 18283-2006 : Hard Coal and Coke – Manual
Sampling
IMSBC
IMSBC Section 4.3.2 states:
When a concentrate or other cargo which may liquefy is
carried, the shipper shall provide the ship’s master or his
representative with a signed certificate of the TML and a
signed certificate or declaration of the moisture
content. The certificate of TML shall contain or be
accompanied by the result of the test for determining
the TML.
The declaration of moisture content shall contain or be
accompanied by a statement by the shipper that the
moisture content is to the best of his knowledge and belief,
the average moisture content of the cargo at the time the
declaration is presented to the Master.
IMSBC
IMSBC Section 4.5.2 states:
Sampling and testing for moisture content shall be
conducted as near as practicable to the time of
loading.
If there has been significant rain or snow between
the time of testing and loading, check tests shall be
conducted to ensure that the moisture content of
the cargo is still less than its TML.
The interval betweensampling/testing and loading
shall never be more than seven days
Definisi
• Flow Moisture Point (FMP)  Percentage
kadar air (moisture content) dari kargo dimana
kondisi kargo seperti mengeluarkan cairan
• Transportable Moisture Limit (TML)  Batas
maksimum kadar air (moisture content) dari
cargo yang dipertimbangkan dapat diangkut
kapal untuk berlayar dalam keadaan aman.
• TML = 90 % x FMP
Metode PenetapanTML
(IMSBC)
• Flow Table Test
• Penetration Test
• Proctor/Faberberg Test
Metode Penetapan TML
Flow Table Test
Metode ini umumnya sesuai untuk
konsentrat mineral atau material halus
lainnya yang ukuran maksimum 1 mm.
Metode ini juga dapat digunakan
untuk sample dengan ukuran partikel
maksimum 7 mm.
Metode ini juga tidak mendapatkan
hasil yang memuaskan untuk material
yang kandungan claynya tinggi.
Prinsip Kerja Flow Table Test
Hasil Flow Table Test Batubara

Before Flow After Flow


Metode Penetapan TML
Penetration Test
Metode ini umumnya
sesuai untuk sample
konsentrat mineral
atau material yang
sejenis dan batubara
dengan ukuran
maksimum
partikelnya 25 mm.
Prinsip Kerja Penetration Test
Metode Penetapan TML
Proctor/Faberberg Test
Metode ini digunakan
material halus/
granular atau material
yang topsize 5 mm.
Metode ini tidak
digunakan untuk
sample batubara atau
material yang mudah
rapuh
Prosedur TML (Flow Table Test)
 Peralatan-peralatan :
 Flow Table
 Timbangan
 Drying Oven 110 OC
 Mould/Cetakan
 Tamper (dia. 30 mm)
 Tray
 Mangkuk/Wadah
 Pipet/Gelas Ukur/Buret
 Sarung Tangan Karet
Prosedur TML (Flow Table Test)
• Preparasi Sample Uji (Top size sample < 7 mm)
– Sample yang mewakili untuk pengujian (3 kg) dimasukkan
kedalam wadah pencampuran kemudian diaduk secara
merata
– Siapkan menjadi 3 (tiga) subsample (A), (B) dan C yaitu
sebagai berikut:
• 1/5 bagian (sample A) harus sesegera mungkin
ditimbang dan dimasukkan kedalam oven pengering
105 OC untuk menetapkan kadar air sample “as
received”
• 2/5 bagian (sample B) untuk Preliminary FMP Test
• 2/5 bagian (sample C) untuk Main FMP Test
Prosedur TML (Flow Table Test)
Preparasi Sample Uji (Top size sample > 7 mm)
• Sample yang mewakili untuk pengujian (tergantung top size sample),
diaduk secara merata kemudian dilakukan pengayakan dengan
ayakan 7 mm, pisahkan material + 7mm dan – 7 mm
• Timbang Sample (+7mm), kemudian masukkan kedalam oven dan
timbang kembali sampai berat konstan kemudian hitung moisture
contentnya, hasil ini adalah untuk data MC +7 mm.
• Sample (-7 mm) disiapkan menjadi 3 (tiga) subsample (A), (B) dan C
yaitu sebagai berikut:
• 1/5 bagian (sample A) harus sesegera mungkin ditimbang dan
dimasukkan kedalam oven pengering 105 OC untuk
menetapkan kadar air sample “as received” (MC – 7mm)
• 2/5 bagian (sample B) untuk Preliminary FMP Test
• 2/5 bagian (sample C) untuk Main FMP Test
Prosedur TML (Flow Table Test)
Preliminary FMP test:
a. Masukkan sample B ke mould/cetakan (harus dibersihkan
setiap kali sebelum dipakai ) yang sudah diletakkan diatas
flow table dan padatkan melalui tiga tahap (1/3, 2/3, dan
penuh) menggunakan pemadat/tamper dengan alas 30 mm.
b. Lepaskan mould pelan-pelan dengan diketuk-ketuk bagian
sampingnya sampai cetakan lepas.
c. Catat dan amati kenampakan cetakan, seperti apakah lengket
di mould yang terlihat jelas. Ukur diameter bagian dasar
cetakan di empat sisi yang sudah ditandai di flow table dan
catat dalam ukuran millimeter menggunakan califer/jangka
sorong.
Prosedur TML (Flow Table Test)
d. Operasikan Flow Table dengan 50 ketukan selama 2 menit,
ukur kembali kempat sisinya. Catat kenampakan cetakan
tersebut, apakah sudah flow atau belum. Secara visual
kondisi flow diindikasikan terjadinya perubahan bentuk
cetakan menjadi cembung atau cekung atau dapat dilakukan
pengukuran diameter cetakan yang diindikasikan adanya
kenaikan diameter cetakan hingga 3 mm.
e. Jika belum flow, keluarkan sample dari flow table dan
campur kembali dengan sisa sample yang yang lain,
tambahkan air 5-10 ml air atau lebih, campur rata dan
ulangi tahap a sampai d .
f. Ulangi tahap e sampai kondisi flow tercapai.
g. Tentukan MC sample B dengan metoda cepat (hitungan)
dan plot hasil test di grafik
Prosedur TML (Flow Table Test)
Main FMP test:
a. Dari grafik yang didapatkan pada sample B, tentukan
penambahan air tepat sebelum flow untuk sample C
kemudian aduk secara merata.
b. Masukkan sample C ke mould/cetakan (harus dibersihkan
setiap kali sebelum dipakai ) yang sudah diletakkan diatas
flow table dan padatkan melalui tiga tahap (1/3, 2/3, dan
penuh) menggunakan pemadat/tamper dengan alas 30 mm.
c. Lepaskan mould pelan-pelan dengan diketuk-ketuk bagian
sampingnya sampai cetakan lepas.
d. Catat dan amati kenampakan cetakan, seperti apakah lengket
di mould yang terlihat jelas. Ukur diameter bagian dasar
cetakan di empat sisi yang sudah ditandai di flow table dan
catat dalam ukuran millimeter menggunakan califer/jangka
sorong.
Prosedur TML (Flow Table Test)
e. Operasikan Flow Table dengan 50 ketukan selama 2
menit ukur kembali kempat sisinya. Catat kenampakan
cetakan tersebut.
f. Ambil sample dari flow table, beri label “no flow”,
kemudian timbang dan tentukan MC “no flow”.
g. Sisa sample yang yang lain, tambahkan air 0,1 – 0,2 %
dari berat sample dan campur rata. (untuk FMP yang
kecil penambahan air harus lebih sedikit)
h. Ulangi tahap b s/d e sampai terjadi flow.
i. Timbang sample dan tentukan MC “flow”
j. Hitung FMP dan TML
Penetapan Kadar Air (Moisture Content)
 Konsentrat mineral dan material yang sejenis
Sample dikeringkan dalam oven 105 oC, kemudian
ditimbang sampai berat konstant.
Waktu pengeringan yang diperlukan dalam
penetapan ini tergantung pada material yang diuji.

 Batubara
Metode yang direkomendasikan untuk penetapan
kadar air dijelaskan dalam ISO 589 , “Hard Coal –
Determination of Total Moisture”
Perhitungan :
• Moisture Content (MC) :
MC = (M1-M2)/M1 x 100 %
M1 = berat sample sebelum proses pengeringan
M2 = berat sample setelah proses pengeringan
• Flow Moisture Point (FMP) :
FMP = {FMP “flow” + FMP “no flow”}/2
Note :
Perbedaan antara FMP “flow” dan FMP “no flow “ adalah
0.5 % atau kurang
• Transportable Moisture Limit (TML):
TML = 0.90 x % FMP

You might also like