You are on page 1of 17

K E R U K U N A N H I D U P

U M A T B E R A G A M A
&
S A D D A R S A N A
K E L O M P O K 7

I DEWA GEDE SOJA PRABAWA SUKMA


I GEDE PANDE PUJAWAN
I PUTU PANJI KUSUMAJAYA
KADEK EDI MERTADANA
KERUKUNAN HIDUP UMAT BERAGAMA

Kerukunan umat beragama berarti antara pemeluk-pemeluk agama yang berbeda bersedia
secara sadar hidup rukun dan damai. Hidup rukun dan damai dilandasi oleh toleransi, saling
pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam kesetaraan dan bekerjasama
dalam kehidupan sosial di masyarakat. Hidup rukun artinya hidup bersama dalam masyarakat
secara damai, saling menghormati dan saling bergotong royong/bekerjasama.
PERINTAH SANG HYANG WIDHI
SUPAYA SELALU HIDUP RUKUN

Didalam pustaka suci weda terdapat perintah-perintah Hyang Widhi tentang hidup rukun diantaranya :
• TRI HITA KARANA
• TRI KAYA PARISUDHA
• CATUR PARAMITA
• TAT TWAM ASI
TRI HITA KARANA TRI KAYA PARISUDHA

Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kebahagiaan yaitu : Tri Kaya Parisudha artinya tiga perilaku yang harus
• Membina hubungan yang harmonis antara manusia disucikan yaitu :
dengan Hyang Widdhi Wasa/ Tuhan YME (Parahyangan) • Manacika Parisudha, yaitu mensucikan pikiran, antara
• Membina hubungan harmonis antara manusia dengan lain: selalu berpikir positif terhadap orang lain
manusia tanpa membedakan asal usul, ras, suku, (saumyatwam) dan mengendalikan diri
agama, kebangsaan dll. (Pawongan) (atmawinigrahah).
• Membina hubungan harmonis antara manusia dengan • Wacika Parisudha, yaitu mensucikan ucapan, antara lain
alam lingkungan(Palemahan) : berkata yang lemah lembut dan berkata yang tidak
melukai hati (anudwegakaram wakyam)
• Kayika Parisudha, yaitu mensucikan perbuatan, antara
lain : bertingkah laku yang santun dan hormat pada
para orang suci/pendeta, para guru, orang lebih tua.
CATUR PARAMITA TAT TWAM ASI

Di samping itu dalam pergaulanya di masyarakat manusia Apabila diterjemahkan secara artikulasi Tat Twam Asi
diperintahkan untuk selalu mendasarkan tingkah lakunya berarti Itu adalah Aku atau kamu adalah aku. Dalam
kepada “Catur Paramita” yaitu : pergaulan hidup sehari-hari manusia diperintahkan selalu
• Maitri, mengembangkan rasa kasih sayang. berpedoman kepada Tat Twam Asi, sehingga tidak mudah
• Mudhita, membuat orang simpati. melaksanakan perbuatan yang dapat menyinggung
• Karuna, suka menolong. perasaan bahkan dapat menyakiti hati orang lain dan pada
• Upeksa, mewujudkan keserasian, keselarasan, akhirnya menimbulkan rasa iri hati benci dan kemarahan.
kerukunan dan keseimbangan Dengan menganggap orang lain adalah diri kita sendiri,
berarti kita memperlakukan orang lain, seperti apa yang
ingin orang lain lakukan terhadap kita.
PENYEBAB TERGANGGUNYA KERUKUNAN

Ada enam musuh utama dalam diri manusia yang harus dikalahkan untuk meningkatkan spiritualitas manusia,
sekaligus bermanfaat menciptakan kerukunan dan kedamaian Umat manusia. Ke-enam musuh yang ada pada
manusia disebut Sad Ripu. Selain enam musuh utama dalam diri manusia yang harus dikalahkan, adalagi yang
disebut Sad Atatayi, yaitu enam kejahatan yang membuat manusia menderita, sehingga dilarang untuk dilakukan
SAD RIPU SAD ATATAYI

• Kama artinya sifat penuh nafsu indriya • Agnida: membakar milik orang lain.
• Lobha artinya sifat loba dan serakah. • Wisada: meracuni orang manusia atau mahluk lain.
• Krodha artinya sifat pemarah/mudah marah. • Atharwa: menggunakan ilmu hitam (black magic,
• Mada artinya sifat suka mabuk-mabukan misalnya santet, sihir, gendam, leak dll) untuk
• Moha artinya sifat angkuh dan sombong. menyengsarakan orang lain.
• Matsarya artinya sifat dengki dan iri hati • Sastraghna: mengamuk atau membunuh.
• Dratikrama: memperkosa
• Rajapisuna: memfitnah
MANTRA /SLOKA KERUKUNAN DALAM WEDA

Wahai umat manusia, Aku memberimu sifat-


sifat ketulusan, keikhlasan, mentalitas yang Karena Aku berada dalam tubuh manusia,
sama dan perasaan berkawan tanpa mereka yang dunggu tidak menghiraukan
kebencian (permusuhan). Seperti halnya Aku, tidak mengetahui prakerti-Ku yang lebih
induk sapi mencintai anak-anaknya yang tinggi, sebagai raja agung alam semesta.
baru lahir, begitulah seharusnya kalian saling (Bhagawad Gita IX. 11)
mencintai satu sama yang lain.
(Atharvaveda III. 30.1)

Dengan menahan panca indrya dan hawa


Yang bekerja untuk-Ku,menjadikan Aku nafsu, selalu seimbang (tenang) dalam
sebagai tujuan utama,selalu berbakti segala situasi, selalu berusaha untuk
kepada-Ku, tiada bermusuhan tehadap kesejahteraan umat manusia (semua insani),
semua insani ( semua umat manusia), dia mereka juga sampai kepada-Ku.
sampai kepada-Ku. (Bhagawad Gita XII. 4)
(Bhagawad Gita XI. 55)
FANATISME BUTA MENUTUP KERUKUNAN

Penganut sikap fanatisme buta ini tidak menyadari bahwa Tuhan YME adalah maha segalanya, sehingga
membatasi kemahakuasaannya hanya pada satu kelompok agama, atau satu kelompok bangsa tertentu.
Fanatisme yang buta sering menganggap rendah agama lain namun sensitif terhadap agamanya sendiri. Sikap
seperti ini sering sekali meminta korban darah bahkan nyawa manusia untuk dipersembahkan atas nama
Tuhannya. Munculnya sikap fanatisme buta semata-mata karena pengetahuan dan pemahaman yang sempit
terhadap agamanya sendiri dan tidak membuka diri untuk mengetahui kebenaran dari sumber-sumber lain.
Di samping sikap fanatisme buta tersebut ada juga sikap yang toleran yang dapat mewujudkan rasa kerukunan
umat beragama, sikap taat pada agama yang dipeluknya tetapi tidak merendahkan agama lain. Sikap semacam ini
muncul karena memiliki pengetahuan yang baik tentang agamanya dan juga membuka diri untuk mendengar
kebenaran lain dari berbagai sumber, termasuk kebenaran yang terdapat dari agama lain.
LANGKAH–LANGKAH MENINGKATKAN KERUKUNAN BERAGAMA

• Mengajarkan kepada setiap umat beragama untuk selalu berpikir positif terhadap orang lain, bertutur kata yang tidak
propokatif dan tidak membuat pendengarnya sakit hati, berperilaku baik.
• Para pemimpin agama bekerja sama dengan pemimpin agama lainnya (Islam, Hindu, Kristen, Budha dan Konghucu) untuk
mengatasi musuh bersama umat manusia yaitu : Keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan dan penyakit sosial lainnya.
• Para pemuka agama, pemimpin lembaga-lembaga keagamaan dan pemerintah, supaya selalu mempromosikan : toleransi,
kerukunan dan kedamaian diantara para pemeluk agama di masyarakat, sekolah-sekolah umum, sekolah-sekolah
keagamaan, maupun ditempat-tempat ibadah.
• Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) lebih diberdayakan sampai kedesa-desa, dengan lebih sering mengadakan dialog-
dialog kerukunan, sekaligus sebagai ajang silaturahmi antar umat beragama.
• Dalam momen-momen hari penting Bangsa Indonesia, seperti HUT RI, Hari Sumpah Pemuda dls. pemerintah supaya
mempasilitasi kegiatan-kegiatan yang bernuansa Kerukunan dan persatuan bangsa, seperti mensponsori
seminar/simposium kerukunan beragama dengan melibatkan komponen perwakilan agama-agama.
SAD DARSANA

Secara etimologi Sad Darsana berasal dari dua kata yakni “Sad” dan “Darsana”. Sad artinya enam sedangkan
darsana artinya pandangan tentang kebenaran. Dalam bahasa sanskerta dikatakan bahwa Darsana berasal dari
akar kata drs yang memiliki makna melihat. Kemudian berubah menjadi kata darsana yang artinya pandangan atau
penglihatan. Sad darshana atau enam sistem filsafat ortodoks india yang disampaikan dalam sistem klasik. aliran–
aliran filsafat ini dikembangkan sebagai hasil dari pengetahuan yang didapatkan melalui masa weda, brahmana,
upanishad dan purana dalam sejarah pemikiran india. Sistem filsafat ini berasal dari para petapa dan orang-orang
bijak india, sebagai hasil realisasi spiritual serta penglihatan kontemplatif mereka. Keenam sistem filsafat ini
dirumuskan oleh beberapa rishis yang melihat realitas atau kebenaran yang sama, tapi dari sudut pandang srta
kedalaman yang berbeda. Karena tidak ada satupun sistem yang secara tunggal dan ekslusif dapat mewakili
filsafat ortodoks india, yang merupakan kumpulan ajaran berdasarkan keenam sistem filsafat tersebut.
SAMKHYA YOGA

Ajaran ini dibangun oleh Maharsi Kāpila, dia yang menulis Ajaran Yoga dibangun oleh Maharsi Patanjali, dan merupakan
Saṁkhyasūtra. Di dalam sastra Bhagavatapurāna disebutkan ajaran yang sangat populer di kalangan umat Hindu. Ajaran yoga
nama Maharsi Kāpila, putra Devahuti sebagai pembangun ajaran merupakan ilmu yang bersifat praktis dari ajaran Veda. Yoga
Saṁkhya yang bersifat theistic. Karya sastra mengenai Saṁkhya berakar dari kata Yuj yang berarti berhubungan, yaitu
yang kini dapat diwarisi adalah Saṁkhyakarika yang di tulis oleh bertemunya roh individu (atman/purusa) dengan roh universal
Īśvarakṛṣṇa. Ajaran Saṁkhya ini sudah sangat tua umurnya, (Paramatman/Mahapurusa). Maharsi Patanjali mengartikan yoga
dibuktikan dengan termuatanya ajaran Saṁkhya dalam sastra- sebagai Cittavrttinirodha yaitu penghentian gerak pikiran.
sastra Śruti, Smrti, Itihasa dan Purana. Kitab Yogasutra, yang terbagi atas empat bagian dan secara
Kata Saṁkhya berarti: pemantulan, yaitu pemantulan filsafati. keseluruhan mengandung 194 sutra. Bagian pertama disebut:
Ajaran Saṁkhya bersifat realistis karena didalamnya mengakui Samadhipada, sedangkan bagian kedua disebut: Sadhanapada,
realitas dunia ini yang bebas dari roh. Disebut dualistis karena bagian ketiga disebut: Vibhutipada, dan yang terakhir disebut:
terdapat dua realitas yang saling bertentangan tetapi bisa Kailvalyapada.
berpadu, yaitu purusa dan prakrti.
MIMAMSA NYAYA

Ajaran Mimamsa didirikan oleh Maharsi Jaimini, disebut Ajaran Nyaya didirikan oleh Maharsi Aksapada Gotama,
juga dengan nama lain Purwa Mimamsa. Kata Mimamsa yang menyusun Nyayasutra, terdiri atas 5 adhyaya (bab)
berarti penyelidikan. Penyelidikan sistematis terhadap yang dibagi atas 5 pada (bagian). Kata Nyaya berarti
Veda. Mimamsa secara khusus melakukan pengkajian penelitian analitis dan kritis. Ajaran ini berdasarka pada
pada bagian Veda: Brahmana dan Kalpasutra. Sumber ilmu logika, sistematis, kronologis dan analitis.
ajaran ini tertuang dalam Jaiminiyasutra. Kitab ini terdiri
atas 12 Adhyaya (bab) yang terbagi kedalam 60 pada atau
bagian, yang isinya adalah aturan tata upacara menurut
Veda.
VAISISEKA VEDANTA

Ajaran Vaisiseka dipelopori oleh Maharsi Kanada, yang Ajaran Vedanta, sering juga disebut dengan Uttara
menyusun Vaisisekasutra. Meskipun sebagai sistem Mimamsa yaitu penyelidikan yang kedua, karena ajaran
filsafat pada awalnya berdiri sendiri, namun dalam ini mengkaji bagian Weda, yaitu Upanisad. Kata Vedanta
perkembangannya ajaran ini menjadi satu dengan Nyaya. berakar kata dari Vedasya dan Antah yang berarti Akhir
dari Weda. Sumber ajaran ini adalah kitab Vedantasutra
atau dikenal juga dengan nama Brahmasutra. Pelopor
ajaran ini adalah Maharsi Vyasa, atau dikenal juga dengan
nama Badarayana atau Krishna Dwipayana.

You might also like