You are on page 1of 20

SKENARIO 1

BLOK IPE

ALIFA FARADILLA (201410330311042)


Peran Tenaga Kesehatan Dalam Menangani Pasien
beserta Keluarga Saat Kondisi Menurun/Kritis
• Seorang pasien laki-laki usia 55 tahun dibawa keluarga ke RS dengan keluhan perut sakit dan bertambah besar serta sesak.
Pasien ini sebelumnya pernah MRS di RS pada bulan Juli 2017. Kondisi waktu itu sudah tidak panas dan mengalami
pembengkakan hati, karena kondisi mulai membaik, pasien dibawa pulang oleh keluarga. Padahal saat dikonsulkan ke dr
Faisal, SpPD oleh perawat masih belum diperbolehkan pulang, karena keluarga memaksa maka diminta membuat surat
pulang paksa.
• Saat ini merupakan kali kedua pasien dibawa ke RS, saat masuk RS oleh petugas diarahkan masuk ke IGD diterima oleh
perawat dengan Rekam Medis (RM) C4192 dan ditangani oleh dokter jaga IGD. Dokter jaga IGD melakukan asesmen awal
dengan melakukan anamnesis pada pasien dan keluarga serta dilakukan pemeriksaan fisik, setelah didiagnosis dokter jaga
melapor pada dokter spesialis yang jaga yaitu dr Darmadi SpPD melalui telpon, sedangkan perawat melakukan asesmen
asuhan keperawatan dengan pasien dan keluarga pasien.
• Saat konsultasi dengan Dr Sp, dokter jaga IGD mendapatkan advis untuk dilakukan tindakan yaitu pasien diberi O2 nasal,
infus NS. advis Dr Sp dicatat dilembar RM, Resep obat disampaikan ke keluarga pasien dan advis Dr Sp disampaikan ke
perawat. Perawat menindaklanjuti advis Dr Sp dan keluarga pasien menukarkan resep obat di bagian farmasi, apoteker
menyampaikan ke keluarga pasien agar obat tersebut untuk diberikan ke perawat IGD.
• Setelah dilakukan tindakan pasien masuk di ruang bangsal rawat inap. Keesokan harinya dr Darmadi SpPD hadir ke RS,
dokter jaga IGD menyampaikan hasil asesmen ke dr Darmadi SpPD kemudian pasien di visite dan didampingi dokter jaga
dan perawat, setelah dilakukan pemeriksaan keluarga pasien mendapatkan penjelasan dari dr Darmadi kalau pasien
menderita Tumor Hati, selain itu pasien juga tidak bisa makan maka advis dr Darmadi untuk dipasang NGT.
• Malam harinya keluarga pasien melaporkan ke perawat untuk menghubungi dr Darmadi SpPD meminta untuk konsultasi
masalah pemberian serum vitamin, riwayat sebelumnya menurut keluarga pasien saat dirawat dr Faisal diberi serum
vitamin. Keluarga pasien juga menjelaskan kalau sudah telpon dan SMS dr Darmadi tetapi tidak diangkat/dijawab. Keluarga
pasien juga berkonsultasi dengan dokter umum yang jaga di IGD dan dokter tersebut menjelaskan kalau tidak berani
mendahului dokter spesialis. Keesokan harinya pasien dalam kondisi kritis dan dibawa ke ICU, belum sampai lima menit
pasien meninggal dunia. Pihak manajemen RS saat dikeluhkan oleh keluarga pasien menjelaskan kalau pasien tidak dikasih
aminoleban bukan serum vitamin karena pasien sesak, kalau diberi suplemen makin tambah sesaknya.
KLARIFIKASI ISTILAH
• Rekam medis atau rekam kesehatan adalah yang merupakan
terjemahan dari medical record adalah suatu lembaran yang berisi
atau memuat keterangan mengenai riwayat penyakit, laporan
pemerikasaan fisik, cacatan pengamatan terhadap penyakit dan lain-
lain dari seorang pasien.
Sumber : Edaran Dirjen YanMed No. YM.02.04.3.5.2504 tentang : Pedoman Hak dan
Kewajiban Penderita, Dokter, Rumah Sakit tanggal 10 Juni 1997
RUMUSAN MASALAH
1. Benarkah tindakan pemulangan pasien pada kasus diatas? Jelaskan alasanya?
2. Apakah peran dokter IGD sudah tepat dalam tersebut dan apa peran dokter spesialis
dalam kasus tersebut?
3. Bagaimana batasan dokter jaga IGD dan dokter spesialis dalam kasus tersebut?
4. Sejauh mana seorang perawat dalam meninjak lanjuti advis dokter pada kasus
tersebut?
5. Apa peran yang bisa dilakukan perawat dalam kasus ini?
6. Apa peran apoteker di IGD dalam kasus ini?
7. Mengapa apoteker tidak ikut saat visite dalam kasus ini?
8. Apa peran apoteker dalam kasus ini?
9. Bagaimana seharusnya kerjasama antar profesi dalam assesmen dalam kasus ini?
10. Bagaimana cara komunikasi antar profesi dalam kasus ini?
Benarkah tindakan pemulangan pasien pada kasus
diatas? Jelaskan alasanya?
• Benar,
• Apabila pasien rawat inap atau pasien rawat jalan memilih pulang karena
menolak nasehat medis, ada risiko berkenaan dengan pengobatan yang
tidak adekuat yang dapat berakibat cacat permanen atau kematian.
• Rumah sakit perlu mengerti alasan kenapa pasien menolak nasehat medis
sehingga dapat berkomunikasi secara lebih baik dengan mereka.
• Apabila pasien mempunyai keluarga dokter, maka untuk mengurangi risiko,
rumah sakit dapat memberitahukan dokter tersebut. Proses dilaksanakan
sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Sumber : Kars, 2012 halaman 25
Apakah peran dokter IGD sudah tepat dalam
tersebut dan apa peran dokter spesialis dalam
kasus tersebut?
• Sudah
• Mulai dari peran dokter mengassesment awal
(kompetensi 4A SKDI 2012)
• Lalu, mengkonsultasikan melalui telepon ke dr.
Darmawan Sp.PD sebagai  DPJP “Dokter penanggung
jawab pelayanan” (KARS, 2012) halaman16-17, dan 337
Bagaimana batasan dokter jaga IGD dan dokter
spesialis dalam kasus tersebut?
• Dokter jaga IGD bisa sebagai DPJP pada awal penanganan yaitu
assesment yang meliputi pengumpulan informasi, analisis informasi
penyusunan rencana pelayanan dan pengobatan, tetapi apabila sudah
terspesialisasi dari kondisi pasien dan atau tidak masuk dalam
kompetensi dokter umum maka dapat dikonsulkan ke dokter spesialis
yang selanjutnya dapat sebagai DPJP. (KARS, 2012)
Sejauh mana seorang perawat dalam meninjak
lanjuti advis dokter?
• Perawat melakukan :
• Pemberian asuhan dan manajemen keperawatan
• Memberikan assesmen keperawatan
(KARS, 2012) halaman 63, 66
Apa peran yang bisa dilakukan perawat dalam
kasus ini?
• Monitoring ttv
• Pemberian terapi cairan
• Pemasangan kateter
• Monitoring cairan
• Pemasangan NGT???? (perawat diajarin gak ya?)
Tindakan diatas merupakan kompetensi dokter umum (Kompetensi 4A,
SKDI 2012)
Tetapi dalam kasus kegawatdaruratan, dokter diprebolehkan
melimpahkan wewenang kepada perawat.
Sumber : Edaran Dirjen YanMed No. YM.02.04.3.5.2504 tentang : Pedoman Hak dan Kewajiban
Penderita, Dokter, Rumah Sakit tanggal 10 Juni 1997
Apa peran apoteker di IGD dalam kasus ini?

• Melakukan dispensing alat dan obat  menyiapkan obat untuk pasien seperti di kasus
• Mempunyai keterampilan komunikasikan kepada perawat tentang bagaimana cara
pemberian terapi
• Memontoring untuk efek samping pada obat yang di berikan  termasuk ke screening
resep dan klinis
• Berperan untuk cek alat kesehatan serta obat-obatan yang di IGD dapat digunakan
• Melakukan rekonsiliasi  sejarah pengobatan sebelumnya, sejarah alergi makanan
• Screening resep yang diterima dari dokter  konfirmasi ke dokter
• Dispensing obat  persiapan obat
• Diserahkan dan dikomunikasikan ke perawat tentang bagaimana cara penggunaan obat
Apoteker seharusnya ikut untuk melalukan visite

Sumber : PERMENKES No. 58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Mengapa apoteker tidak ikut saat visite dalam
kasus ini?
• Keterbatasan tenaga kerja dalam rs  tidak dapat ikut visite
• Apoteker seharusnya ikut untuk melalukan visite (PERMENKES No.
58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit)
bersama perawat dan dokter untuk memonitoring penggunaan obat,
monitoring efek samping yang muncul, meningkatkan penggunaan
obat yang rasional, dan bisa memberikan saran terkait terapi obat
kepada pasien jika diperlukan oleh dokter.
Apa peran apoteker dalam kasus ini?
Dalam kasus ini lebih ditekankan pada
1. Pengkajian dan pelayanan obat atas resep
dokter
2. Konseling obat ke keluarga pasien
(jika obat-obatan ynag diresepkan dokter adalah
obat dengan penggunaan khusus yaitu injeksi,
seharusnya langsung diberikan kepada perawat oleh
seorang famasis dengan memberikan KIE terkait
rute, frekuensi, dan lama penggunaan obat.

Sumber : PERMENKES No. 58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
Bagaimana seharusnya kerjasama antar profesi
dalam assesmen?
• Dokter : Kompetensi 2

- Melakukan assesman awal


- Mendiagnosis pasien  lapor ke dokter spesialis Sp.PD dalam kasus ini sebaga
DPJP
• Perawat : melakukan assesmen keperawatan kemudian hasil disampaikan kepada
dokter
• Apoteker : -
Bagaimana cara komunikasi antar profesi dalam kasus ini?

• Pasien awal datang  perawat melakukan pencatatan pada


Rekam Medis.
• Dokter jaga di IGD  anamnesis pada pasien dan melakukan
pemeriksaan fisik  menegakan diagnosis  konsul dengan
DPJP selaku konsulen
• perawat  assesment asuhan keperawatan pasien 
merupakan kolaborasi antara nakes dokter dan perawat.
• Dokter jaga IGD berkonsultasi kepada DPJP via telpon 
memberikan informasi yang kurang lengkap  DPJP tidak
mengetahui keadaan pasien  DPJP mengadviskan pemberian
O2 nasal dan infus cairan.
• Seharusnya bukan hanya hasil konsultasi, hasil observasi dan asuhan
keperawatan juga dituliskan dalam RM
• Dokter jaga IGD menyampaikan advis dari dokter Sp.PD “sebagai DPJP”
kepada perawat mengenai tindakan untuk pasien diberi O2 nasal dan infus
NS (dengan adanya komunikasi antara DPJP kepada perawat melalui dokter
jaga perawat mampu memahami dan menindaklanjuti advis DPJP).
• Perawat melakukan assesmen keperawatan.
• Dokter memberikan resep  diberikan kepada keluarga
• Resep obat diterima oleh pihak farmasi yaitu apoteker  Setelah menerima
resep, apoteker melakukan tugas kefarmasian sesuai PERMENKES No. 58
tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit
• Apoteker menyampaikan ke keluarga pasien agar obat tersebut  ke perawat IGD
untuk ditindaklanjuti
• Dalam scenario sudah ada komunikasi antara perawat dan apoteker  karena
dalam pemberian terapi obat oleh apoteker disertai untuk diserahkan kepada
perawat  langsung disertai dengan pemberian informasi  karena sediaan obat
sebagian besar parenteral  menghindari kesalahan dan misskomunikasi.

Sumber : PERMENKES No. 58 tahun 2014 tentang Pelayanan Kefarmasian di


Rumah Sakit
• Dalam mengangani dan pemberian obat kepada pasien perawat harus
memberikan informasi kepada pasien atau kelarga pasien apabila
terdapat efek samping atau reaksi obat yang peru diwaspadai
sehingga pasien menjadi lebih tenang dan tidak panik apabila
nantinya muncul reaksi efek samping obat.
• DPJP bersama dokter jaga IGD dan perawat melakuka visite  sudah
benar, tetapi seharusnya apoteker juga diikutsertakan.
• Keluhan keluarga pasien disebabkan karena pemberian informasi
mengenai alasan diberikannya aminoleban dan tidak diberikannya
serum vitamin untuk pasien kurang adekuat. Seharusnya :

Sumber : Edaran Dirjen YanMed No. YM.02.04.3.5.2504 tentang : Pedoman Hak dan Kewajiban
Penderita, Dokter, Rumah Sakit tanggal 10 Juni 1997

You might also like