You are on page 1of 12

Konsep Islam

Tentang Politik dan Sosial Budaya

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Pengertian Politik
Politik adalah 'ilmu pemerintahan' atau 'ilmu siyasah', yaitu 'ilmu tata negara'.
Pengertian dan konsep politik atau siyasah dalam Islam sangat berbeda dengan pengertian
dan konsep yang digunakan oleh orang-orang yang bukan Islam. Politik dalam Islam
menjuruskan kegiatan ummah kepada usaha untuk mendukung dan melaksanakan syari'at
Allah melalui sistem kenegaraan dan pemerintahan yang bertujuan untuk menyimpulkan
segala sudut Islam melalui satu institusi yang mempunyai wewenang untuk menerajui dan
melaksanakan undang undang.

Pengertian ini bertepatan dengan firman Allah yaitu :


"Dan katakanlah: Ya Tuhan ku, masukkanlah aku dengan cara yang baik dan
keluarkanlah aku dengan cara yang baik dan berikanlah kepadaku daripada sisi Mu
kekuasaan yang menolong."
(AI Isra': 80)

Di atas landasan inilah para 'ulama' menyatakan bahawa: "Allah menghapuskan


sesuatu perkara melalui kekuasaan negara apa yang tidak dihapuskan Nya meIalui al
Qur'an".
• Asas – Asas Sistem Politik Islam
1. Hakimiyyah Ilahiyyah

Hakimiyyah atau memberikan kuasa pengadilan dan kedaulatan hukum tertinggi dalam sistem politik Islam
hanyalah hak mutlak Allah. Tidak mungkin menjadi milik siapapun selain Allah dan tidak ada siapapun yang
memiliki suatu bagian daripadanya. Terdapat dalam Firman Allah :

"Dan tidak ada sekutu bagi Nya dalam kekuasaan Nya." (Al Furqan: 2)

“Bagi-Nya segaIa puji di dunia dan di akhirat dan bagi Nya segala penentuan (hukum) dan kepada Nya
kamu dikembalikan." (Al Qasas: 70)

"Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah." (Al An'am: 57)

Allah adalah pemelihara alam semesta yang pada hakikatnya adalah Tuhan yang menjadi pemelihara
manusia, dan tidak ada jalan lain bagi manusia kecuali patuh dan tunduk kepada sifat Ilahiyyah Nya Yang
Maha Esa. Hak untuk mengeluarkan hukum, menghakimi dan mengadili tidak dimiliki oleh sesiapa kecuali
Allah. Oleh kerana itu, manusia wajib ta'at dan beribadah kepada. Hukum Allah adalah sesuatu yang benar
sebab hanya Dia saja Yang Mengetahui hakikat segala sesuatu, dan hanya Ia lah penentu hidayah dan
penentu jalan yang selamat dan lurus. Dari pengertian diatas hakimiyyah illahiyyah membawa arti bahwa
teras utama kepada sistem politik Islam ialah tauhid kepada Allah disegi rububiyyah dan uluhiyyah Nya.
• Asas – Asas Sistem Politik Islam
2. Risalah

Jalan kehidupan para Rasul diiktiraf oleh Islam sebagai sunah al huda atau jalan-jalan hidayah. Jalan kehidupan
mereka berlandaskan kepada segala wahyu yang diturunkan dari Allah untuk diri mereka dan juga untuk umat
mereka. Para rasul sendiri yang menyampaikan hukum dan syari'at Allah kepada manusia.

Melalui landasan risalah inilah maka para rasul mewakili kekuasaan tertinggi Allah di dalam bidang
perundangan dalam kehidupan manusia. Para Rasul menyampaikan, mentafsir dan menterjemahkan segala
wahyu Allah dengan ucapan dan perbuatan mereka. Dalam sistem politik Islam, Allah telah memerintahkan agar
manusia menerima segala perintah dan larangan Rasulullah s.a.w. Manusia diwajibkan tunduk kepada perintah
perintah Rasulullah s.a.w dan tidak mengambil selain daripada Rasulullah s.a.w untuk menjadi hakim dalam
segala perselisihan yang terjadi di antara mereka. Telah disebutkan dalam Firman Allah :

"Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu, maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagi kamu, maka
tinggalkanlah." (Al Hasyr: 7)

"Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah." (An Nisa': 64)

"Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan
jalan orang orang mu'min, akan Kami biarkan mereka bergelimang daiam kesesatan yang telah mereka
datangi, dan Kami masukkan ia ke dalam jahannam dan jahannam itu adalah seburuk buruk tempat
kembali." (An Nisa: 115)
• Asas – Asas Sistem Politik Islam
3. Khalifah

Khalifah berarti perwakilan. Dengan pengertian ini, kedudukan manusia di atas muka bumi ialah sebagai
wakil Allah. Ini juga bermaksud bahwa di atas kekuasaan yang telah diamanahkan kepadanya oleh Allah,
maka manusia dikehendaki melaksanakan undang undang Allah dalam batas-batas yang ditetapkan. Di atas
landasan ini, maka manusia bukanlah penguasa atau pemilik, tetapi ia hanyalah khalifah atau wakil Allah
yang menjadi pemilik yang sebenarnya. Firman Allah yang memiliki arti :

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: "Sesungguhnya Aku akan menjadikan seorang
khalifah di muka bumi... " (Al Baqarah: 30)

"Kemudian Kami jadikan kamu khalifah khalifah di muka bumi sesudah mereka supaya Kami
memperhatikan bagaimana kamu berbuat." (Yunus: 14)
Prinsip dan Dasar Kekuasaan dalam Islam
Pertama,
kedaulatan, yakni kekuasaan itu merupakan amanah. Kedaulatanyang mutlak dan legal adalah milik
Allah. Kepercayaan itulah yang merupakansatu-satunya titik awal dari filsafat politik dalam Islam.

Kedua,
prinsip keadilan. Salah satu ciri khas kehidupan Islami danmasyarakat muslim adalah ditegakkannya
keadilan. keadilan merupakan nilai-nilai kemanusiaan yang asasi dan menjadi pilar bagi berbagai aspek
kehidupan, baik kehidupan individu, keluarga, dan masyarakat.

Ketiga,
Syura dan ijma’ yakni mengambil keputusan di dalam semuaurusan kemasyarakatan dilakukan melalui
konsensus dan konsultasi dengansemua pihak yakni rakyat melalui pemilihan secara adil, jujur, dan
amanah. Syuromerupakan sebuah sistem permusyawaratan yang digunakan Nabi dalam
setiap proses pengambilan keputusan mengenai urusan-urusan publik. Di luar urusanwahyu dari Allah
swt, nabi Muhammad dikenal tidak pernah mengambilkeputusan apa pun juga kecuali melalui
musyawarah dengan sesama para sahabat.Bahkan, untuk urusan-urusan yang penting dan
menyangkut kepentingan
orang banyak dan masyarakat yang luas, Rasulullah selalu mengundang tokoh-tokohsahabat yang
berasal dari kabilah, suku, atau pun kalangan-kalangan yang bersangkutan untuk diajak
bermusyawarah.
SIKAP ISLAM TERHADAP SOSIAL BUDAYA

Cara pandang umat Islam terhadap agamanya selalu dinamis, nilai


sakralitas tidak dimaknai sebagai sesuatu yang benar-benar suci
tanpa ada negosiasi dengan pikiran-pikiran umatnya. Oleh
karenanya, tidaklah mungkin memisahkan antara wahyu dan akal
sebab keduanya seperti mata rantai yang tak terputus. Islam
menginternalisasi budaya lokal sekaligus menolaknya sebagai
bentuk penyesuaian sekaligus mempertahankan tradisi-tradisi yang
baik.
SIKAP ISLAM TERHADAP SOSIAL BUDAYA

Pertama, menerima dan mengembangkan budaya


yang sesuai dengan prinsip ajaran Islam dan
bermanfaat pada kehidupan umat manusia. Seperti
mengembangkan ilmu pengetahuan yang berasal
dari Yunani dan Persia kala itu.
SIKAP ISLAM TERHADAP SOSIAL BUDAYA

Kedua, menolak tradisi dan unsur-unsur budaya yang


bertentangan dengan ajaran Islam. Misalnya, kebiasaan
buruk minum khamar, laki-laki dapat menikahi sejumlah
perempuan secara tidak terbatas
SIKAP ISLAM TERHADAP SOSIAL BUDAYA

Ketiga, cara berpakaian. Sebelum era Islam, cadar dan hijab


misalnya, yang sudah ada dan menjadi pakaian adat-istiadat
masyarakat Arab. Islam lalu mengakomodir adat berpakaian itu
sebagai sesuatu yang bercirikan syar’iat dan sebagai batasan
aurat.
SIKAP ISLAM TERHADAP SOSIAL BUDAYA

Hal di tersebut sebenarnya hanya contoh kecil di mana Islam berinteraksi dengan
budaya lokal dan mengakomodirnya sebagai sesuatu yang baik.

Begitu juga era Walisongo di Nusantara waktu itu, para Sunan berdakwah
melalui jalan akulturasi dan menyesuaian diri dengan budaya yang sudah ada.
Mereka tidak menghilangkan sama sekali budaya tersebut, tetapi sebagaimana
dakwah era Nabi Muhammad di Arab kala itu, tradisi kebudayaan yang sudah ada
dipilah-pilah dan jika baik, diserap sebagai bagian penting dari negosiasi antara
ajaran Islam dan budaya setempat.
SIKAP ISLAM TERHADAP SOSIAL BUDAYA

Sebagaimana dawuhnya Kang Said Agil Siraj, jika Islam hanya


akidah dan syari’at saja, maka sudah pasti umatnya sedikit dan Islam
hanya akan diikuti oleh segelintir orang saja. Oleh karena umat Islam
mengembangkan hal-ikwal selain kedua prinsip pokok itu, misalnya
seperti mengembangkan ilmu pengetahuan, politik dan juga budaya,
maka Islam menjadi agama yang besar, maju dan berperadaban. Itulah
sesungguhnya esensi Islam, kebesaran dan kemajuannya sangat
ditentukan oleh bagaimana Islam dapat bernegosiasi dengan budaya,
terlebih budaya lokal.

You might also like