You are on page 1of 15

Disusun oleh :

Anjas Erina Budhi


Andini Erlinawati
Diyah Novitasari
Miftakhul Nurasadin
Luthfi Gilang R
Caroline D Temaluru
Zakiya Aziyah C
Pengertian Euthanasia
Euthanasia dalam Oxford English Dictionary
dirumuskan sebagai “kematian yang lembut
dan nyaman, dilakukan terutama dalam
kasus penyakit yang penuh penderitaan dan
tak tersembuhkan”. Istilah yang sangat
populer untuk menyebut jenis
pembunuhan ini.
JENIS-JENIS EUTHANASIA

1. Euthanasia dilihat dari cara dilaksanakannya

A. Euthanasia pasif
Euthanasia pasif adalah menghentikan atau mencabut
segala tindakan pengobatan yang sedang berlangsung
untuk mempertahankan hidupnya.

B. Euthanasia aktif
Euthanasia aktif sengaja dilakukan untuk membuat
pasien yang bersangkutan meninggal, baik dengan cara
memberikan obat bertakaran tinggi (over dosis) atau
dengan atau cara lain yang dapat mengakibatkan
kematian.
1) Euthanasia voluntir

Euthanasia voluntir adalah


euthanasia yang dilakukan
oleh petugas medis
berdasarkan permintaan dari
Euthanasia pasien sendiri.
ditinjau dari
permintaan

2) Euthanasia involuntir
Euthanasia involuntir ini
dilakukan oleh petugas medis
kepada pasien yang sudah tidak
sadar biasanya berasal dari
pihak ke 3 atau keluarga pasien .
a) Adanya hak moral bagi
setiap orang untuk mati
terhormat, maka seseorang Tujuan dilakukan
mempunyai hak memilih cara euthanasia
kematiannya.
b) Tindakan belas kasihan
pada seseorang yang sakit,
meringankan penderitaan
sesama adalah tindakan
kebajikan.
c) Tindakan belas kasihan
pada keluarga pasien.
d) Mengurangi beban ekonomi
Euthanasia menurut pandangan agama

a) Dalam ajaran gereja


Katolik Roma
" Paus Yohanes Paulus II juga b) Dalam ajaran agama
menegaskan bahwa Hindu
eutanasia merupakan Pandangan agama Hindu
tindakan belas kasihan yang terhadap euthanasia adalah
keliru, belas kasihan yang didasarkan pada ajaran:
semu: "Belas kasihan yang 1.Karma
sejati mendorong untuk ikut 2. moksa dan
menanggung penderitaan 3. ahimsa.
sesama. Belas kasihan itu perbuatan tersebut dapat
tidak membunuh orang, yang menjadi suatu faktor yang
penderitaannya tidak dapat mengganggu pada saat
kita tanggung" (Evangelium reinkarnasi.
Vitae, nomor 66).
c) Dalam ajaran agama Buddha
d) Dalam ajaran Islam
ajaran Buddha sangat
dan dalam ayat lain
menekankan pada "welas asih"
disebutkan, "Janganlah
("karuna"). Mempercepat
engkau membunuh dirimu
kematian seseorang secara
sendiri," (QS anisa 4: 29),
tidak alamiah adalah
yang makna langsungnya
merupakan pelanggaran
adalah "Janganlah kamu
terhadap perintah utama ajaran
saling berbunuhan." Dengan
Buddha yang dengan demikian
demikian, seorang Muslim
dapat menjadi "karma" negatif
(dokter) yang membunuh
kepada siapapun yang terlibat
seorang Muslim lainnya
dalam pengambilan keputusan
(pasien) disetarakan dengan
guna memusnahkan kehidupan
membunuh dirinya sendiri.
seseorang tersebut.
e) Dalam ajaran agama Kristen Protestan
Sejak awalnya, cara pandang yang dilakukan kaum kristiani
dalam menanggapi masalah "bunuh diri" dan "pembunuhan
berdasarkan belas kasihan (mercy killing) adalah dari sudut
"kekudusan kehidupan" sebagai suatu pemberian Tuhan.
Mengakhiri hidup dengan alasan apapun juga adalah
bertentangan dengan maksud dan tujuan pemberian tersebut.7
Euthanasia dan Kode Etik Kedokteran

Terjadi ketidakharmonisan antara Pasal 7c dengan Pasal 7d Kode


Etik Kedokteran Indonesia apabila dikaitkan dengan Euthanasia,
yaitu berdasarkan Pasal 7c seorang dokter harus memenuhi
permintaan pasien untuk dilakukan Euthanasia sesuai dengan
hak pasien atas hidup dan tubuhnya sendiri. Menurut Pasal 7d
seorang dokter harus memelihara kesehatan dan
mempertahankan hidup seorang pasien.

Pasal 7C dan 7D
Euthanasia dan HAM

Undang-Undang HAM maupun Piagam PBB menjelaskan


bahwa hak hidup merupakan hak manusia yang utama
tetapi jika dihubungkan dengan euthanasia aktif maka
hal tersebut saling bertentangan, karena di dalam
euthanasia aktif maupun euthanasia pasif merupakan
sebuah usaha untuk menghilangkan hak hidup
manusia.
Euthanasia dilihat dari sudut pandang hukum di Indonesia

Pasal 344 KUHP “Barang siapa merampas


nyawa orang lain atas permintaan orang itu
sendiri yang jelas dinyatakan dengan
kesungguhan hati, diancam dengan pidana
penjara paling lama dua belas tahun.”
.
Pasal 359 KUHP:
Barang siapa karena salahnya
menyebabkan matinya orang dihukum
penjara selama-lamanya lima tahun
atau kurungan selama-lamanya satu
tahun.
Contoh kasus

Sebuah permohonan untuk melakukan eutanasia pada tanggal 22


Oktober 2004 telah diajukan oleh seorang suami bernama Hassan
Kusuma karena tidak tega menyaksikan istrinya yang bernama Agian
Isna Nauli,33 tahun, tergolek koma selama 2 bulan dan disamping itu
ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan
merupakan suatu alasan pula.
Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat.Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk
eutanasia yang diluar keinginan pasien.Permohonan ini akhirnya
ditolak oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani
perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari 2005)
telah mengalami kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.
Selamat Menonton

You might also like