You are on page 1of 9

PLURALITAS KEAGAMAAN

DI INDONESIA
Jurnal Teologi “Gema” No 47/1994, UKDW
Istilah ‘Pluralitas’
 kejamakan cara berfikir, cara hidup, dan cara beragama.
adanya kepelbagaian di dunia.

Pluralitas Internal Umat


Islam  Sunni (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali), Syiah
Kristen Main stream, kharismatik
Hindu  Hindu Dharma/Bali, Hindu Tengger, Hindu
Kaharingan, Sikh
Buddha Hinayana, Mahayana, Tridharma, Nicerent
Syosyu Indonesia.
Model
• Eksklusif
disebut juga evangelical yang konservatif
Yesus Kristus satu-satunya jalan keselamatan
• Inklusif
disebut juga Kristen Potestan Mainstream
Penyataan umum Allah juga terdapat di agama-agama lain,
tetapi penyataan khusus tetap di dalam Yesus Kristus.
• Katholik
“Tanpa gereja tidak ada keselamatan”.
Di luar gereja, melalui agama lain ada keselamatan, hanya
peranan gereja tidak bisa diabaikan. Sebab kepenuhan
keselamatan hanya dicapai melalui peran serta dari gereja.
• Pluralistik
Tidak ada satupun yang memuat seluruh penyataan Allah.
Ada banyak jalan menuju keselamatan.
Dampak :
– ‘Fundamentalisme’ yang cenderung
mengklaim agamanya sendiri sebagai jalan
kebenaran satu-satunya.
– ‘Proselitisme’ yang menolak kebenaran
agama lain dan menjadikan pengikut agama
lain menjadi pengikut agama sendiri dengan
berbagai cara.
– ‘Sinkretisme’ yang bersifat kompromistis
dengan cara mencampur-adukkan keyakinan
agama-agama.
– ‘Inklusivisme’ yang berusaha untuk
menggapai kesatuan agama-agama
Model Teosentris Knitter
• Didahului pendapat John Hick, Raimundo Panikkar,
Stanley Samartha :
Pusat iman bukan Kristus, melainkan Allah.
Penyataan dan penyelamatan Allah tidak hanya
melalui Kristus sbg satu-satunya jalan
keselamatankontroversial ! Knitter mencoba
melihat keunikan Kristus.
Seluruh ajaran, misi, karya Yesus dlm PB sebelum
kematian dan kebangkitanNya bersifat theosentris.
Setelahnya bergeser ke Kristosentris.
Menjalankan teologi global, suatu teologi yg terbuka
dan saling melengkapi dalam melihat kebenaran
dan dalam mewujudkan keselamatan.
(Kisah 17:16-34).
PERTANYAAN PEMANDU
1. Apa yang dilakukan Paulus terhadap
situasi pluralistik?
2. Tugas menjadi surat Kristus yang hidup
harus dilakukan. Bagaimana cara yang
elegan supaya tetap tercipta kerukunan ?
• Rasul Paulus menunjukkan sikap yang inklusif
sekaligus beriman eksklusif ketika ia berbicara di
Athena (Kisah 17:16-34).
– sikap inklusif dengan bertukar pikiran dengan orang-orang
Yahudi dan para filsuf Epikuri dan Stoa. Ia mempelajari
kitab suci dan tulisan para pujangga mereka. Ia tidak
menolak kerinduan orang-orang dalam menyembah ‘Allah
Yang Tidak Dikenal’
– Paulus sedih hatinya melihat banyaknya berhala dan kuil-
kuil di kota itu, karena itulah iman eksklusifnya
menghasilkan suatu kesaksian bahwa ‘Yang Tidak
Dikenal’ itu diperjelasnya dengan memperkenalkan
keunikan Allah yang menjadikan langit dan bumi, dan Injil
tentang Yesus yang telah bangkit.
– Tidak memaksa orang lain mengikut Kristus (proselitisme)
melainkan ia men’share’kan imannya dan biarlah orang
lain yang menentukan iman mereka sendiri.
APA KATA ALKITAB ?
Yosua 24:15 .
II Sam 22 : 32
BAGAIMANA SIKAP ORANG KRISTEN
I Raja-Raja 18:21 YG HIDUP DI MASYARAKAT
YG MENERIMA PLURALISME AGAMA ?
Mat 24 : 4
Mat 6 : 24
Kisah Rasul 14 : 15
Yohanes 14 : 6
SIKAP ORG KRISTEN
• Tidak bersifat eksklusif dalam segala hal tetapi bersikap
eksklusif dalam kredo (pengakuan percaya) . Jadi
eksklusivisme dalam iman perlu namun ini jangan
menjadikan kita eksklusif dalam sikap.
• Kita dapat menerima kehadiran agama-agama lain dengan
sikap terbuka yang inklusif bahwa semua adalah umat
manusia yang dikasihi oleh Tuhan yang berpribadi yang
menyatakan diri dalam Kristus, namun penerimaan ini tidak
harus menuju sikap yang menganggap semua jalan itu sama
atau menganggap bahwa penganut agama lain sebagai
‘kristen anonim’ tetapi kita dapat menganggap mereka
sebagai umat manusia yang tetap membutuhkan karunia
keselamatan dari Tuhan, dan kita jangan berspekulasi
mengenai ‘semua jalan ke Roma’ melainkan kita perlu untuk
bersaksi mengenai ‘via dolorosa’ jalan menuju ke Golgota.

You might also like