You are on page 1of 10

KELUARGA

COMPOSITE
DISUSUN OLEH:
1. DINDA TRI AGUSTIN (P27820717003)
2. FIRDA NURHIDAYAH (P27820717011)
3. BOBI BIMANTARA (P27820717019)
4. ANGGIE DWI LAURITA (P27820717028)
5. ANUGRAH MAULIDIA PUTRI (P27820717035)
Definisi Keluarga
 Didalam definisi keluarga menurut beberapa ahli
(Sudiharto, 2007) antara lain:
1. Bailon dan Maglaya (1978)
2. Menurut Departemen Kesehatan (1988)
3. Menurut Friedman (1998)
4. Menurut BKKBN (1999)

Kesimpulan dari beberapa para ahli adalah


Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul
dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
STRUKTUR KELUARGA
 Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut

Struktur komunikasi

Struktur peran

Struktur kekuatan

Struktur nilai dan norma


TIPE DAN BENTUK KELUARGA
 Keluarga inti (nuclear family),
 Keluarga asal (Family of origin),
 Keluarga besar (Extended family)
 Keluarga berantai (social family)
 Keluarga duda atau janda,
 Keluarga komposit ( composite family),
 Keluarga kohabitasi ( cohabitation),
 Keluarga inses ( incest family),
 Keluarga tradisional dan nontradisional,
PERAN DAN FUNGSI KELUARGA
Peran Keluarga Fungsi keluarga
a. Peran formal a. Fungsi afektif
1. Peran Parenteral dan Perkawinan b. Fungsi sosialisasi
2. Peran Perkawinan c. Fungsi reproduksi

b. Peran informal d. Fungsi ekonomi


e. Fungsi keperawatan kesehatan
TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)

b. Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)

c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with preschool)

d. Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children)

e. Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)

f. Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (lounching center
families)

g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)

h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut


PENGERTIAN & TIPE KELUARGA
COMPOSITE
Poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini
beberapa lawan jenisnya dalam waktu yg bersamaan.

Ada tiga bentuk poligami, yaitu:


 Poligini merupakan sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria
memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu yang bersamaan.
 Poliandri adalah sistem perkawinan yang membolehkan seorang wanita
mempunyai suami lebih dari satu orang dalam waktu yang bersamaan.
 Pernikahan kelompok yaitu kombinasi poligini dan poliandri.
POLIGAMI MENURUT
MAHKAMAH KONSTITUSI INDONESIA
Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam UU No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan) yang menyatakan bahwa asas perkawinan adalah
monogami, dan poligami diperbolehkan dengan alasan, syarat, dan prosedur tertentu tidak bertentangan
dengan ajaran Islam dan hak untuk membentuk keluarga, hak untuk bebas memeluk agama dan beribadat
menurut agamanya, dan hak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif sebagaimana diatur
dalam UUD 1945
Sebagaimana diutarakan dalam sidang pembacaan putusan perkara No. 12/PUU-V/2007 pengujian
UU Perkawinan yang diajukan M. Insa, seorang wiraswasta asal Bintaro Jaya, Jakarta Selatan. Insa
dalam permohonannya beranggapan bahwa Pasal 3 ayat (1) dan (2), Pasal 4 ayat (1) dan (2), Pasal 5
ayat (1), Pasal 9, Pasal 15, dan Pasal 24 UU Perkawinan telah mengurangi hak kebebasan untuk
beribadah sesuai agamanya, yaitu beribadah Poligami.
Lanjutan....
Mahkamah Konstitusi dalam sidang terbuka untuk umum tersebut, dan menyatakan menolak
permohonan M. Insa karena dalil-dalil yang dikemukakan tidak beralasan. Menurut Mahkamah
Konstitusidalam pertimbangan hukumnya, pasal-pasal yang tercantum dalam UU Perkawinan yang
memuat alasan, syarat, dan prosedur poligami, sesungguhnya semata-mata sebagai upaya untuk menjamin
dapat dipenuhinya hak-hak istri dan calon insteri yang menjadi kewajiban suami yang berpoligami dalam
rangka mewujudkan tujuan perkawinan.

Mengenai adanya ketentuan yang mengatur tentang poligami untuk WNI yang hukum
agamanya memperkenankan perkawinan poligami, hal ini menurut MK adalah wajar. Oleh karena
sahnya suatu perkawinan menurut Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan apabila dilakukan sesuai dengan
agama dan kepercayaannya. Sebaliknya, akan menjadi tidak wajar jika UU Perkawinan mengatur
poligami untuk mereka yang hukum agamanya tidak mengenal poligami.
TERIMAKASIH

You might also like