You are on page 1of 44

Ria Maria Theresa

Communication is cultural and must be


considered in context or through the lens
of the participants cultures.
To speak and give non verbal messages to
convey our thought and needs to others.
Communication style is influenced by our
families and childhood experiences.
Interacting with the world outside learn
that there are other communication styles,
both similar to and different from our own.
Strive to match our styles to those of others
and to challenge ourselves to create
relationship of merit
• Communication style may be adapted
situationally and in response to variable
factors, such as context, personalities,
responses or our frame of mind.
• Goal to be effective when sharring in the
give- and- take communication.
• Are we phrasing our language?
• Are we listening to what the other person
is saying?
• Do their responses indicate that we
understand of the words and the meaning
behind them?
• Are we building trust?
• Cross cultural communication is important
in everyday life and work.
• Respect and equality in the
communication process makes dealing
with different or difficulty circumstances for
everyone.
• Cross cultural communication 
communication across cultures.
• Intercultural communication Ability to
communicate between people from
differing cultural backgrounds.
Skills to be developed :
• include language, verbal and non verbal
communication across cultures,
• Understanding cultural influences on the
expression and perception
the similarities and differences in
perception of :
• Formality of speech and language ( choose proper
tense and reference)
• Etiquette, rules, or manners
• Body language (how you sit or stand may have
alternate or additional meaning)
• Verbal and nonverbal cues
• Social values and customs (norm/standards be aware
of how sex, religion can inform behaviors)
• Concept of time (“rubber time”/late)
• Humor (funny may strike another as rude or offensive)
• Privacy ( asking personal question may be invasive or
improper)
Tips
• Take resposibility for effective communication
• Act and speak respectfully
• Show appreciable consideration for
differences
• Recognize your own biases
• Avoid judgements
• Be patient
• Be aware of language and cultural barriers by
increasing your cultural sensitivity
PSIKIATRI TRANSKULTURAL

Ria Maria Theresa


PSIKIATRI BUDAYA
• Cabang psikiatri yg mempelajari pengaruh
budaya terhadap proses dan timbulnya
berbagai ggn jiwa serta pengobatannya,
diterapkan dalam cabang psikiatri lainnya
seperti psikiatri klinik atau psikiatri
komunitas.
Meliputi:
1. Prevalensi dan penyebaran gg jiwa dalam hubungan dg
faktor sosio kultural
2. Persamaan dan perbedaan tentang jenis dan perjalanan
ggn jiwa dlm kebudayaan yg berbeda
3. Deskripsi dari jenis2 ‘culture bound system’.
4. Faktor2 sosiokultural yg mempengaruhi kesehatan jiwa dan
fungsi mental yg optimal
5. Perbedaan metoda terapi dlm kebudayaan yg berbeda
6. Pengaruh faktor sosiokultural terhadap diagnosis dan
prognosis.
7. Hubungan kausal ggn jiwa dg faktor sosiokultural
8. Reaksi2 terhadap stress dari lingkungan sosiokultural yg
berbeda
Sumber Stres Budaya
1. Perubahan budaya yg cepat dan
kehilangan budaya lama (urbanisasi dan
modernisasi)
2. Kontak dan interaksi antar budaya (kawin
antar suku, agama, kepercayaan,
transmigrasi, dll)
Dalam menghadapi stres  pertahanan
mental + pertahanan budaya  sistem
kepercayaan  adaptasi
Misalnya
• Organisasi dari suku budaya tertentu di kota2 besar

• Kelompok aliran agama/kepercayaan baru

Berbagai budaya  reaksi berbeda terhadap


berbagai gejala ggn jiwa.

Ada gejala yg ditoleransi, diperkuat atau disokong 


individu yg memperlihatkan gejala tersebut tak
menderita dan tak dianggap sakit.
Sebaliknya jika gejala tidak dapat
ditoleransi, individu pembawa gejala
tersebut tampak menderita  individu
dengan ggn jiwa bisa diberi fungsi dan
peranan yang berbeda dalam berbagai
budaya
Contoh
• Alkoholisme di Bali (Brem) dan Tapanuli (Tuak)
 kebiasaan yang wajar
• Homoseksualitas ditolerir di Ponorogo
(Gemblak)
• Transvestisme diperkuat di Jatim (Ludruk)
dan Jateng (Ketoprak)

Secara grs besar, fenomena dan sindrom


yang berkaitan dengan faktor sosial
budaya di Indonesia terbagi atas 2
golongan besar.
Tidak digolongkan sbg Ggn Jiwa
• Karena tdk memenuhi definisi ggn jiwa,
misalnya kesurupan/ kemasukan yg
merupakan fenomena dari upacara
keagamaan dan tradisi setempat.
• Contoh:
– Kesurupan dlm upacara keagamaan di
Bali (Tari Barong)

– Tarian Kuda Kepang/Lumping dan


Debus di Banten

– Gemblakan aktivitas Homoseksualitas


di Ponorogo
Yang tergolong sebagai ggn jiwa
1. Fenomena atau sindrom yg merupakan
gejala atau nama lain ggn jiwa spesifik 
kesurupan/kemasukan, babairan, koro,
kena guna-guna, cekik.
2. Fenomena atau sindrom yg merupakan
suatu ggn jiwa spesifik  latah, ancek
KESURUPAN/KEMASUKAN
• Suatu keadaan perubahan kejadian pd
seseorang yg disertai tanda2 yg tergolong
didalam ggn disosiatif, yg dpt dikategorikan
sebagai kepribadian ganda , atau ggn
disosiatif tak khas .
• Sering juga merupakan serangan akut dari
ggn psikotik  ggn schizophreniform
dengan perubahan gejala kejadian /
dream like state
KORO
• Suatu ketakutan yg terjadi mendadak disertai panik
dan pada umumnya terjadi pada pria. Ketakutan
hebat itu meliputi keyakinan yg biasanya sudah
bertaraf waham bahwa alat kelaminnya, khususnya
penis akan mengkerut masuk dan menghilang
kedalam tubuhnya sehingga dirinya akan mati.
• Oleh karena itu biasanya pasien berusaha
untuk mencegah agar jgn sampai alat
kelaminnya masuk kedalam tubuhnya.
Dgn cara memegang erat2, mengikat dgn
tali, atau meminta pada org lain untuk
memegangnya secara terus menerus.
• Kondisi ini merupakan gangguan psikotik
 schizophrenia atau schizophreniform.
KENA GUNA-GUNA
• Suatu keyakinan yg dapat bertaraf waham
bahwa dirinya dipengaruhi atau dikuasai oleh
kekuatan adikuasa atau gaib, yg biasanya
berniat jahat terhadap
kesehatan/kehidupannya.
• Perlu dibedakan antara kepercayaan
tradisional setempat tentang Guna2 dgn
keyakinan kena Guna2 yg bertaraf waham
(sering merupakan suatu waham aneh
atau waham dikendalikan yg dikategorikan
kedalam kriteria diagnosa A dari
Schizophrenia)
CEKIK
• Terjadi didesa Babalan-Demak/Jateng dalam
bulan puasa menjelang lebaran setiap tahun
• Suatu kondisi dengan kejang2 seluruh tubuh
dan kesadaran menurun. Sebelum kejang
pasien selalu menunjukkan gejala seperti org
tercekik dan sebagian besar mengalami
halusinasi visual menjelang atau saat
serangan
• Kondisi ini merupakan histeria konversi
LATAH
• Wanita setengah tua
• Kalangan rendah + kehidupan dan cara
pikir sederhana
• Pendidikan rendah
• Tak bersuami
• Gejala latah sering diawali imipi tentang alat
kelamin pria atau alat kelamin hewan
jantan, atau sesuatu yg melambangkan alat
kelamin yang bergantungan, misalnya di
dapur atau di dalam kamar tidurnya
Latah…

• Gejala ini merupakan gejala khas yg


timbul setelah ia kaget oleh sesuatu atau
gerakan dan segera ia bereaksi dgn
mengucapkan kata2 kasar yg biasanya
berkaitan dgn alat kelamin pria (koprolalia)
secara beruntun dan berulang. Sering
disertai oleh perbuatan / gerakan meniru
gerakan orang lain atau menjalankan
instruksi tertentu secara otomatis / tanpa
pengendalian
Latah…

• Bila episode berakhir, biasanya ia merasa


malu, menyesal, minta maaf atau
menyalahkan orang lain yg telah
mengejutkannya. Pada umumnya mereka
sangat menderita akan ketidakmampuan
dirinya mengendalikan kata2 kotor yang
diucapkan atau tindakan otomatiknya.
Latah…
• Diagnosis Differensial: ggn kepribadian histrionik
(histerik)
• Kriteria diagnosis
A. Sama dengan diatas
B. Gejala ini sudah berlangsung paling sedikit
selama 6 bulan disertai penderitaan mendalam
akan kondisinya itu
C. Tidak merupakan gejala ggn jiwa lain seperti:
– Gejala latah pada ggn kepribadian histrionik
– Ekolia + Ekopraksia sebagai gejala
Schizophrenia atau ggn Tourette (307.234)
AMUK (307.92)
Gambaran Utama
• Kriteria diagnosis:
A. Terdapat suatu episode tunggal dan terbatas dari
kegagalan menekan impuls, yg mengakibatkan suatu
tindak kekerasan yang ditujukan ke luar, sehingga
mengakibatkan malapetaka bagi orang lain.
B. Derajat agresivitas yg terjadi selama episode itu sangat
hebat apabila dibandingkan dengan stressor psikososial
yang merupakan fator pencetus
C. Sebelum episode itu tidak terdapat tanda-tanda impuls
atau agresivitas yg umum
D. Tidak disebabkan oleh Schizophrenia, ggn keperibadian
antisosial, ggn tingkah laku atau ggn eksplosif
Intermitten
AMUK

• Bila episode telah selesai, biasanya ndividu


itu tenang sekali dan menyesal atau
mengalami amnesia tentang sebagian
seluruh perbuatannya itu. Kadang2 dapat
pula ia melakukan tindakan mencederai diri
sendiri.
PIBLOKTO wanita Eskimo
• Gejala : depresi + banyak lamunan, tremor,
ansietas, berteriak, menangis, berlarian di salju dan
melompat dalam air sampai kejang, berlangsung
30 menit
• Kadang2 bisa destruktif  melukai/membunuh
orang
Menurut Gussow gejalanya  perubahan
kesadaran yg hilang timbul, kecapaian,
depresi, kebingungan, amnesia. Mungkin oleh
karena suasana iklim di kutub yg
menimbulkan perasaan sepi dan perasaan
akan “lenyap”/kiamat
Gejala timbul sebagai pertahanan terhadap
panik, masa depan yang gelap dgn
kemungkinan timbulnya kelaparan dan
penderitaan.
Susto atau Espanto (Mexico)

• Ansietas karena kehilangan roh (soul loss)


yg disebabkan oleh ketakutan tiba-tiba,
“mata jahat”, guna-guna, dll
• Gejala: iritabiltas, astenia, anoreksia,
imsomnia, fobia, libido kurang, mengigau,
gemetaran, keringat banyak, takikardia,
diare, muntah-muntah, dapat terjadi
kematian oleh karena komplikasi Jantung
Dhat
• Culture  bound sex neurosis
• India, Nepal, Srilanka, Bangladesh, Pakistan
• Dhat  Dhatu (Sansekerta)  cairan yg membentuk
tubuh  7 macam cairan  “semen” dianggap cairan
yg terpenting
• Budaya Hindu
– 40 piring makanan setara dengan 1 tetes darah
– 40 tetes darah setara dengan 1 tetes sumsum
tulang
– 40 tetes sumsum tulang setara dengan 1 tetes
semen
Dhat
• Gejala2 somatik yg hebat (lelah, lemah,
palpitasi, ngantuk) dengan atau tanpa ggn
psikiatri dan atau disfungsi seksual yg
dianggap oleh pasien sebagai akibat
kehilangan semen (urin/masturbasi/hubungan
seks). Rata2 timbul pada usia 20-an dan
kebanyakan belum nikah.
• Keluhan utama: dihubungkan dengan
kehilangan semen dan sebagian menderita
pula impotensi dan ejakulasi prematur.
• Sebagian besar pasien
memperlihatkan gejala psikiatrik
seperti:
– Depresi neurotik
– Depresi psikotik SINDROM
DHAT
– Nerosis cemas
Terapinya berupa anti cemas dan
anti depresi.
Psikoterapi (konseling) sulit untuk
meyakinkan pasien bahwa
kehilangan semen tidak
berbahaya

You might also like