You are on page 1of 57

Morning Report Pembimbing:

dr. Kana Wulung A.I.P, Sp. P

Laki-Laki Umur 42 tahun dengan


Hemoptoe + TB paru Kasus Baru
(destroyed lung) on tx OAT Kat 1

Disusun oleh: dr. Baiq Yuni Rahmaningsih


IDENTITAS PASIEN
Nama Tn. S
Nomer RM 327xxx
Umur 42 tahun

Jenis Kelamin Laki-laki

Alamat Mataram

Suku / Bangsa Sasak / Indonesia

Agama Islam
Berat Badan 50 kg

Tanggal Masuk RS 31 Maret 2019

Tanggal Pemeriksaan 5 April 2019


ANAMNESIS

Keluhan Utama Riwayat Penyakit Riwayat Penyakit Riwayat Kebiasaan


Sekarang

Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Pasien merupakan


Batuk darah 1. RPD perokok aktif selama 15 th,
Cakranegara. Datang dengan keluhan demam
R. Penyakit: batuk sejak 6 menghabiskan 2 bungkus
disertai batuk darah sejak 5 hari terakhir, frekuensi bulan yll rokok/hari. Namun sudah
R. Penyakit lain: HT berhenti merokok 3 bulan
2-3x/hari dengan volume kurang lebih 1 gelas.
2. RPK: - terakhir.
Pasien juga mengeluh sering berkeringat ketika 3. RPO: OAT 1 hari SMRS
malam hari, dan mengalami penurunan BB sekitar 5
kg selama 3 bulan terakhir. Mual (+), muntah (+).
BAB dan BAK (+) biasa. Dari PKM, pasien telah
melakukan pemeriksaan dahak, dg hasil BTA (+).
Sehari sebelum ke IGD RS, pasien sudah
mengkonsumsi OAT yang diberikan dari PKM.
Anamnesis Sistem

Cerebrospinal Genitourinarius
Penurunan kesadran (-), nyeri Disuria (-), hematuria (-), sulit
kepala (-), pusing (-) BAK (-)

Cardiovaskuler Gastrointestinal
Akral dingin (-), sianosis (-) Mual (+), muntah (+), sulit
BAB (-)

Respiratorius Muskuloskeletal
Batuk (+) disertai darah, Kelemahan anggota gerak (-),
dahak (-), pilek (-), sesak atrofi (-)
napas (-)

Integumentum
Gatal (-), ruam (-)
STATUS GENERALIS
Jantung
Kepala & Leher
Paru Ins Ictus cordis tak tampak
Pal Ictus cordis tidak angkat
• Kepala : Normocephale, Ins Bentuk normal, simetris, retraksi (-) Batas Kiri Jantung
CA(-/-), SI (-/-), PKGB(-/-).
• Leher : Limfonodi tidak Ketinggalan gerak (-), fremitus raba • Atas : SIC II linea parasternalis sinistra
Pal
membesar, deviasi trakea simetris
• Bawah : SIC V linea mid clavicula sinistra
(-), Kel. tiroid tidak Per Sonor di paru kanan dan kiri Per
membesar. Batas Kanan Jantung
Aus SDV (+/+), Rh (+/+), Wheezing (-/-).
• Atas : SIC II linea parasternalis dextra
• Bawah : SIC V linea parasternalis dextra

Aus BJ I/II normal, bising (-), gallop (-)


Abdomen
Ekstremitas
Ins Bentuk sedikit cembung, sikatriks (-) Kulit
Superior Dex Akral hangat (+), edema (-)
Aus Suara peristaltik normal, Suara tambahan (-)
Superior Sin Akral hangat (+), edema (-)
NT epigastrium (+), hepatomegali (-), Benjolan (-), sikatrik (-),
Pal Inferior Dex Akral hangat (+), edema (-) jejas/lesi (-)
splenomegali (-)
Inferior Sin Akral hangat (+), edema (-)
Per Pekak beralih (-), timpani (+)
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang

Status lokalis Thorax Assesment


Inspeksi: simetris, retraksi (-)
Hemoptoe + TB paru Kasus
Palpasi: fremitus (+/+)simetris, NT (-)
Baru (destroyed lung) on tx
Perkusi: Sonor (+/+) pd pulmo
OAT kat 1
Auskultasi: ves (+/+), rh (+/+), wh (-/-)
BJ I II reg, murmur (-)

Vital Sign Infus Aminofluid : pz = 2:1 30 tpm


Darah Lengkap Inj Lanzoprzol 2x1 amp
TD : 160/90 mmHg
WBC: 8.75x10^3 /uL Inj Granisetron 2x1 amp
RBC: 4.37x10^3 /uL RR : 22 x/m
HR : 104 x/m Inj As. Traneksamat 3x1 amp
Hb: 11.3 g/dL
Ht: 33.4% T : 37,6 0C Inj Cefoperazone 2x1 gr
PLT: 280x10^3 /uL Inj Vit. K 3x1
Codein 3x10mg
Kimia darah Elektrolit Diet TKTP
GDS 143 mg/dL Na 137 mmol/L Stop OAT sementara
Urea darah 28.4 mg/dL K 4.3 mmol/L
Kreatinin 0.97 mg/dL Cek SGOT, SGPT, Bilirubin,
Cl 103 mmol/L
Albumin
Diet TKTP
Posisi Trendelenberg Planning
Lab
Dr. Kana, Sp. P
Px Penunjang
Rontgen Thorax AP
EKG

Kesan:
Sinus Rhytme
Left Axis Deviation
Infark Inferior (Gambaran adanya kavitas, fibrosis,
atelektasis)
Kesan: Destroyed Lung
FOLLOW UP (Hari ke 1 dan 2)
Hari/
Subyektif Obyektif Assesment Rencana terapi
Tanggal

TD: 140/80 mmhg


RR: 20x/menit Stop OAT
Lab 1 April 2019
HR: 84x/menit Etambutol 1x Albumin: 3,1
Senin/
Batuk darah (+), mual (+), T: 36.6 C
Hemoptoe TB
750mg SGOT: 27
muntah (+), penurunan nafsu SL: Streptomisin SGPT: 56
1 April Paru New case
makan (+), demam (-), pusing (-), I: simetris 1x750mg
2019
BAB (-), BAK (+) P:
on Tx OAT kat 1
Inj Moxifloxacin Bilirubin Tot: 0,8
P: sonor (+/+) 400mg/24 jam Bilirubin Direct: 0,38
A: ves (+/+), rh (-/-), Tx lanjut Bilirubin Indirect: 0,42
wh (-/-)

TD: 150/120 mmhg


RR: 22x/menit
HR: 74x/menit
Batuk darah (+), mual (+),
T: 36.5 C
Selasa/ muntah (+), penurunan nafsu Hemoptoe TB Tx lanjut
SL:
2 April makan (+), demam (-), pusing (-), Paru New case Besok cek OT/PT,
I: simetris
2019 BAB (-), BAK (+) on Tx OAT kat 1 Bilirubin, BUN
P:
P: sonor (+/+)
A: ves (+/+), rh (-/-),
wh (-/-)
FOLLOW UP (Hari ke 3 dan 4)
Hari/
Subyektif Obyektif Assesment Rencana terapi
Tanggal

TD: 140/90 mmhg Lab 3 April 2019


RR: 20x/menit SGOT:23
HR: 84x/menit SGPT: 15
Batuk darah (+), mual (+), T: 36.6 C
Rabu/
muntah (-), penurunan nafsu SL:
Hemoptoe TB
Codein 3x10mg Bilirubin Tot: 0,3
3 April Paru New case
2019
makan (+), demam (-), pusing (-), I: simetris
on Tx OAT kat 1
Tx lain lanjut Bilirubin Direk: 0,14
BAB (-), BAK (+) P: Bilirubin Indirek: 0,16
P: sonor (+/+)
A: ves (+/+), rh (-/-),
Ureum: 23, 3
wh (-/-) Kreatinin: 0,84

TD: 130/80 mmhg


RR: 20x/menit
HR: 84x/menit
Batuk darah (-), mual (-), muntah
T: 36.5 C
Kamis/ (-), penurunan nafsu makan (-), Hemoptoe TB Tx lanjut
SL:
4 April demam (-), pusing (-), BAB (-), Paru New case Mobilisasi BPL
I: simetris
2019 BAK (+) on Tx OAT kat 1 besok
P:
P: sonor (+/+)
A: ves (+/+), rh (-/-),
wh (-/-)
FOLLOW UP (Hari ke 5)
Hari/
Subyektif Obyektif Assesment Rencana terapi
Tanggal

TD: 110/80 mmhg


RR: 20x/menit BLPL
HR: 77x/menit Obat pulang:
Batuk darah (-), mual (-), muntah T: 36.6 C Cefixime 2x1
Jumat/ Hemoptoe TB
(-), penurunan nafsu makan (-), SL: Codein 3x1
5 April Paru New case on
demam (-), pusing (-), BAB (-), I: simetris Lansoprazole 2x1
2019 Tx OAT kat 1
BAK (+) P: Sucralfat 3x1
P: sonor (+/+) Diet TKTP
A: ves (+/+), rh (-/-
), wh (-/-)
Tinjauan
Pustaka
Situasi Dunia

Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan 9 juta kasus tuberkulosis baru terjadi


secara global pada tahun 2013 dan sebanyak 480.000 kasus diantaranya adalah
multi drug-resistant TB (MDR-TB). Hanya seperempat dari jumlah kasus MDR
tersebut (kurang lebih 123.000) terdeteksi dan dilaporkan. Sementara itu, XDR-TB
dilaporkan terjadi di 105 negara pada tahun 2015. Sekitar 9,7% pasien dengan
MDRTB diperkirakan memiliki XDR-TB (WHO, 2015).
Situasi di Indonesia
Tuberkulosis di Indonesia

Indonesia berada pada peringkat 8 dari 27 negara


dengan MDR-TB terbanyak di dunia. Perkiraan jumlah
pasien MDR-TB di Indonesia adalah sebesar 6.900 jiwa
atau 1% dari kasus baru dan 12% dari kasus pengobatan
ulang (WHO global repost 2013).
Etiologi
Perjalanan Alamiah TBC
Siapa yang lebih menular?
PATOGENESIS & PATOFISI0LOGI TB
Laten TB
TB infection
No Disease
Not Sick
Not Infectious

Active TB
TB infection which has
progresses to TB
disease
SICK usually
Infectious if Pulmonary
(usually)
Not Infectious if not
pulmonaru (usually)
Diagnosis
A Keluhan pasien datang dengan gejala dan tanda penyakit TB paru seperti batuk
berdahak ≥ 2 minggu dan dapat disertai sedikitnya salah satu dari gejala berikut:
N
• Lokal respiratorik: dapat bercampur darah atau batuk darah, sesak nafas, dan
A nyeri dada atau pleuritic chest pain (bila disertai peradangan pleura).

M
• Sistemik: nafsu makan menurun, berat badan menurun, berkeringat malam
N tanpa kegiatan fisik, demam meriang, badan lemah dan malaise.

E
• Riwayat kontak
S
I • Riwayat pengobatan sebelumnya

S
• Faktor risiko penurunan daya tahan tubuh (HIV, DM, dan lain sebagainya)
Inspeksi : Palpasi:
Bila lesi minimal, biasanya tidak Bila lesi minimal, biasanya tidak
ditemukan kelainan ditemukan kelainan

Bila lesi luas, dapat ditemukan Bila lesi luas, dapat ditemukan
bentuk dada yang tidak kelainan berupa fremitus

Pemeriksaan Fisik
simetris mengeras atau melemah

Perkusi : Auskultasi :
Bila lesi minimal, biasanya tidak Bila lesi minimal, tidak ditemukan
ditemukan kelainan kelainan
Bila ada kelainan tertentu, dapat
terdengar perubahan suara Bila lesi luas, dapat ditemukan
perkusi seperti hipersonor kelainan berikut: Ronki basah kasar
pada pneumotoraks, atau terutama di apeks paru, suara napas
pekak pada efusi pleura. melemah atau mengeras, atau
stridor.
Suara napas bronkhial/amforik/ronkhi
basah/suara napas melemah di
apeks
Pemeriksaan Penunjang
Mikroskopis

• BTA atau kultur kuman dari specimen sputum/ dahak SPS


• Untuk TB ekstra paru, spesimen dapat diambil dari bilas lambung, cairan serebrospinal, cairan
pleura ataupun biopsi jaringan.
• Diagnosis pasti Kultur M.Tb

Radiologi

• Foto thorax PA-Lateral/ top lordotik.


• Contoh : dugaan terdapat komplikasi (efusi pleura, pneumotoraks, batuk darah)

Pemeriksaan tambahan

• Dikerjakan atas indikasi


• Pemeriksaan Xpert MTB/Rif jika tersedia di fasilitas
• Biakan kuman TB
• Uji kepekaan terhadap OAT lini pertama di laboratorium yang sudah tersertifikasi.
• Pemeriksaan fungsi hati
• Pemeriksaan fungsi ginjal
• Pemeriksaan darah rutin
• Pemeriksaan gula darah
• Pemeriksaan HIV
Pemeriksaan dahak
Px dahak mikroskopis  dahak SPS

Pemeriksaan biakan untuk identifikasi M.tb dimaksudkan untuk


menegakkan diagnosis pasti TB pada pasien tertentu, misal:

Pasien TB ekstra paru Pasien TB dengan hasil px


Pasien TB anak dahak langsung BTA (-)

Jika memungkinkan

Tes cepat (GeneXpert)

Xpert MTB/RIF
Indikasi pemakaian Xpert
• Highly-automated molecular test (Real-Time PCR)
• Diagnosis TB
• Mendeteksi M. tb dan resisten Rifampicin
• Mendeteksi resistensi terhadap
• Proses pengerjaan 100 menit
Rifampisin langsung dari sputum
• Biosafety = pemr. Mikroskopik
• Tidak untuk “follow up” pengobatan
• Sampel: sputum 3 ml
Radiologik Lesi TB aktif:
• Bayangan berawan / nodular di
segmen apikal dan posterior Lesi TB inaktif:
lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah • Fibrotik pada segmen apikal dan
atau posterior lobus atas
• Kaviti, terutama lebih dari satu,
Px standar: foto dikelilingi oleh bayangan opak • Kalsifikasi atau fibrotik
toraks PA dengan berawan atau nodular • Kompleks ranke
atau tanpa foto • Bayangan bercak milier • Fibrotoraks/Fibrosis parenkim
• Efusi pleura unilateral paru dan atau penebalan pleura
lateral. Pemeriksaan
(umumnya) atau bilateral
lain atas indikasi : (jarang)
foto apiko-lordotik,
oblik, CT-Scan.

Luluh Paru (Destroyed Lung): Luas lesi yang tampak pada foto thorax untuk
kepentingan pengobatan dapat dinyatakan sbb
Gambaran radiologik luluh paru terdiri dari (terutama pada kasus BTA dahak negatif) :
atelektasis, multikaviti dan fibrosis parenkim
• Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian
paru. dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih
Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit dari volume paru yang terletak di atas
hanya berdasarkan gambaran radiologik chondrostemal junction dari iga kedua depan dan
tersebut. prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau
korpus vertebra torakalis 5 (sela iga 2) dan tidak
• Perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologik dijumpai kaviti
untuk memastikan aktiviti proses penyakit • Lesi luas Bila proses lebih luas dari lesi minimal
Gambaran TB Paru Aktif

Awan-awan & kavitas besar Kavitas sisa (residual cavity)


(ukuran total 4 cm)
Gambaran TB Paru Aktif

(Bayangan Bercak Miliar)


Gambaran “Badai Salju” (Snow Storm
Appearance)
Gambaran TB Paru Inaktif

• Tuberkulosis Post Primer. Sarang-sarang seperti garis (fibrotik)


• Temuan pada foto thorak ini atau bintik - bintik kapur (kalsifikasi),
adalah fibrosis lobus yang biasanya menunjukkan proses
superior bilateral. telah tenang.
Tes IGRA
 tes deteksi M. Tb baik aktif maupun
laten dg px darah.
 bekerja dg mengukur respon imunitas
selular atau sel T terhadap infeksi TB
 Sel T teraktivasi oleh sensitasi Early
Secretory Antigenic Target-6 (ESAT-6)
dan Culture Filtrat Protein-10 (CEP-10)
 INF y yang diukur dalam
pemeriksaan.
 Sangat spesifik tidak terpengaruh
vaksin BCG, 6x lebih akurat
dibandingkan tes tuberculin
Definisi Pasien TB

Pasien TB berdasarkan konfirmasi


Pasien TB terdiagnosa secara Klinis
pemeriksaan Bakteriologi

• Pasien TB paru BTA (+) • Pasien TB paru BTA (-) dg hasil


• Pasien TB paru hasil biakan M.tb foto thorax yang mendukung TB
(+) • Pasien TB ekstraparu yang
• Pasien TB ekstraparu terdiagnosis secara klinis maupun
terkonfirmasi secara bakteriologis, laboratoris dan histopatologis
baik dengan BTA, biakan maupun tanpa konfirmasi bakteriologis.
tes cepat dari contoh uji jaringan • TB anak yang terdiagnosis dengan
yang terkena sistem skoring
• TB anak yang terdiagnosis dengan
pemeriksaan bakteriologis
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA (-)
Sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
SPS hasil BTA (+)

TB Paru BTA (-)


TB Paru BTA (+)

Foto thorax abnormal sesuai dg


1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) dan gambaran tuberkulosis
foto thorax dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis

Tidak ada perbaikan setelah


1 atau lebih spesimen dahak hasilnya (+) pemberian Ab non OAT, bagi
setelah 3 spesimen dahak SPS pada pasien dg HIV (-)
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA (-)
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
Ab non OAT
Dipertimbangkab oleh dokter
untuk diberi pengobatan
Klasifikasi TB

Hasil
Riwayat
Lokasi anatomi pemeriksaan
pengobatan Status HIV
penyakit uji kepekaan
sebelumnya
obat
Lokasi Anatomi
Tuberkulosis yang
menyerang jaringan Tuberkulosis yang
Tuberkulosis (parenkim) paru tidak Tuberkulosis menyerang organ
paru termasuk pleura ekstra paru tubuh lain selain paru
(selaput paru) dan
kelenjar pada hilus.
TB Ekstra Paru Ringan 
TB kelenjar limphe, pleuritis
TB milier dianggap eksudativa unilateral, tulang
sebagai TB paru (kecuali tulang belakang), sendi
karena ada lesi pada & kel getah bening
jaringan paru.
TB Ekstra Paru Berat 
meningitis, millier, perkarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TB tulang belakang, TB
usus, TB saluran kencing dan
alat kelamin
Riwayat Pengobatan
Pasien TB baru: adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan
sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (<28
dosis).

Pasien yang pernah di obati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah
menelan OAT selama 1 bulan atau lebih (≥28 dosis). Pasien ini selanjutnya
diklasifikasikan berdasarkan pengobatan terakhir, yaitu:

• Sembuh: dari bakteriologis positif menjadi negatif di akhir pengobatan


• Lengkap: Pengobatan lengkap tetapi hasil akhir pengobatan tidak diketahui
• Kambuh (relaps): pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap
dan saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik
yang benar-benar kambuh atau reinfeksi)
• Gagal: dahak tetap positif atau kembali positif pada bulan ke lima atau lebih, atau hasil
dahak menunjukan resisten obat
• Meninggal ( oleh sebab apapun)
• Lost to follow up (putus obat): pasien TB yang tidak minum obat atau berhenti berobat
secara terus menerus > 2 bulan

Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui


Hasil Pemeriksaan Uji Kepekaan Obat
Mono Resisten • Resisten terhadap salah satu OAT lini pertama saja
(TB MR)

Poli Resisten • Resisten terhadap lebih dari satu jenis OAT lini pertama
SELAIN Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
(TB PR)

Multi Drug • Resisten terhadap Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
Resisten (TB MDR) bersamaan

• TB MDR yang sekaligus juga resisten terhadap salah satu


Extensive Drug dari OAT golongan fluorokuinolon dan minimal salah satu
Resisten (TB XDR) OAT lini kedua jenis suntikan (Kanamisin, Kapreomisin, dan
Amikasin)

Resisten • Resisten terhadap Rifampisin dengan atau tanpa resistensi


terhadap OAT lain yang terdeteksi menggunakan metode
Rifampisin (TB RR) genotip (tes cepat) atau metode fenotif (konvensional)
PADUAN OAT, DOSIS DAN PERUNTUKANNYA
Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3

• Pasien TB paru baru • Pasien dengan riwayat • Pasien TB paru BTA


BTA postif pengobatan negatif, dengan foto
• Pasien TB paru BTA sebelumnya: thorax lesi minimal
negatif, dengan foto • Pasien kambuh
thorax gambaran proses • Pasien default (lalai) 2RHZE/4RH
spesifik • Pasien gagal
• Pasien TB ekstraparu pengobatan
ringan dan berat Kategori 4 (TB Kronik)

Sesuai uji resistensi atau


2RHZE/4R3H3 2RHZES /RHZE/ 5R3H3E3 H seumur hidup

Kategori 5 (TB MDR)


Kategori Anak: 2RHZ/ 4RH
Sesuai uji resistensi +
kuinolon atau H seumur
hidup
Dosis Pengobatan Kategori 1 (2HRZE/4R3H3)

TAHAP INTENSIF TAHAP LANJUTAN


BB Tiap hari selama 8 minggu 3x/minggu selama 16 minggu
RHZE (150/75/400/275) RH (150/150)

30 – 37 kg 2 tablet 4 FDC 2 tablet 2 FDC


KDT
(FDC) 38 – 54 kg 3 tablet 4 FDC 3 tablet 2 FDC

55 – 70 kg 4 tablet 4 FDC 4 tablet 2 FDC

≥70 kg 5 tablet 4 FDC 5 tablet 2 FDC

Dosis perhari/kali Jumlah


Tahap Lama hari/kali
pengobatan pengobatan Kaplet R Tablet H Tablet Z Tablet E menelan
450mg 300mg 500mg 250mg obat
Kombipak
Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
Lanjutan 4 bulan 1 1 - - 48
Dosis Pengobatan Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5R3H3E3)
TAHAP INTENSIF
Selama 3 bulan TAHAP LANJUTAN
RHZE (150/75/400/275) + S 3X/minggu selama 5bln
BB
(20minggu)
Tiap hari selama 2bln Tiap hari selama RH (150/150) + E(400)
(8minggu) 1bln (4minggu)
KDT
(FDC) 30 – 37 kg
2 tab 4FDC + 500mg
2 tab 4FDC
2 tab 2FDC + 2 tab
strept inj Ethambutol
3 tab 4FDC + 750mg 3 tab 2FDC + 3 tab
38 – 54 kg 3 tab 4FDC
strept inj Ethambutol
4 tab 4FDC + 1g strept 4 tab 2FDC + 4 tab
55 – 70 kg 4 tab 4FDC
Kombipak inj * Ethambutol
5 tab 4FDC + 1g strept 5 tab 2FDC + 5 tab
≥ 70 kg 5 tab 4FDC
inj* Ethambutol

Dosis perhari/kali
Tahap Lama Jumlah hari/kali menelan
pengobatan pengobatan Kaplet R Tablet H Tablet Z Tablet obat
450mg 300mg 500mg E 250mg E 400mg S injeksi

2 bulan 1 1 3 3 - 56
Intensif 750 mg
1 bulan 1 1 3 3 - 28
Lanjutan 4 ulan 1 2 - 1 2 - 60
Terapi MDR TB
Pemberian pengobatan pada
• first- line terapi oral, misalnya: pirazinamid, etambutol, rifampisin dasarnya “tailor made”, bergantung
Grup 1 dari hasil uji resistensi

• injeksi, misalnya: kanamisin, amikasin, capreomycin, streptomisin 2-3 OAT yang masih sensitif dan obat
Grup 2 tambahan lain yang dapat digunakan
yaitu golongan fluorokuinolon,
aminoglikosida,etionamid, sikloserin,
klofazimin, amoksilin+ as.klavulanat.
• golongan fluoroquinolon, misalnya: levofloksasin, moxifloksasin, ofloksasin
Grup 3

• second- line terapi oral bakteriostatik, misalnya: cycloserine, terizidone, asam para
aminosalisilat (PAS), etionamide, protionamide
Grup 4

• bilamana ke 4 grup obat tersebut diatas tidak mungkin diberikan kepada pasien,
seperti pada XDR-TB.
Grup 5 • Penggunaan obat ini mesti dikonsultasikan terlebih dahulu dengan spesialis
penyakit paru. Contoh obatnya: clofazimine, linezolid, amoksisilin klavulanat,
thiocetazone, imipenem/cilastatin, klaritromisin, INH dosis tinggi.
Efek Samping OAT

Jenis OAT Sifat Efek Samping


Flu syndrom, gangguan GIT, urine warna merah, gangguan fungsi
R Bakterisidal
hati, trombositopenia, demam, skin rash, sesak nafas, anemia hemolitik

H Bakterisidal Neuropati perifer, gangguan fungsi hati, psikosis toksik, kejang

Z Bakterisidal Gangguan GIT, gangguan fungsi hati, Gout arthritis


Nyeri di tempat suntikan, gangguan keseimbangan dan
S Bakterisidal pendengaran, syok anafilaktik, anemia, agranulositosis,
trombositopenia

E Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna, neuritis perifer


Efek Samping Penyebab Penatalaksanaan
Bercak kemerahan kulit dengan atau tanpa rasa
R, H, Z, S Anti histamin
gatal
Gangguan pendengaran (tanpa ditemukan
S S dihentikan
serumen)
Gangguan keseimbangan S S dihentikan
Semua OAT dihentikan sampai
Ikterus tanpa penyebab yang lain R, H, Z
ikterus menghilang

Efek
Mual, muntah (dicurigai terjadi gangguan fungsi Semua OAT dihentikan. Segera
Semua jenis OAT
hati apabila disertai ikterus) lakukan pemeriksaan fungsi hati
samping Gangguan penglihatan E E dihentikan
OAT dan Purpura, renjatan (syok), GGA R R dihentikan
tatalaksana Penurunan produksi urine S S dihentikan
OAT ditelan malam sebelum tidur.
Tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut R, H, Z Apabila keluhan tetap ada, OAT
ditelan dengan sedikit makan
Beri aspirin, paracetamol atau
Nyeri sendi Z
OAINS

Kesemutan atau rasa kebas di telapak kaki H Beri vit. B6 50-75 mg/hari

Urin kemerahan R Tidak membahayakan, KIE pasien


Flu syndrom (demam menggigil, lemas, sakit Pemberian R dirubah dari
R dosis intermitten
kepala, nyeri tulang) intermitten menjadi setiap hari
Tipe pasien TB Tahap
Hasil px dahak Tindak lanjut
pengobatan
(-) Tahap lanjutan dimulai
Akhir tahap
intensif Lanjutkan dg OAT sisipan selama 1 bulan. Jika masih (+) selama sisipan:
(+)
tahap lanjutan tetap diberikan. Jika memungkinkanbiakan, tes resistensi
Pasien baru (-) Pengobatan dilanjutkan
dengan Pada bulan ke-5
pengobatan pengobatan Pengobatan diganti dg OAT Kategori 2 mulai dari awal. Jika
(+)
kategori 1 memungkinkan, lakukan biakan, tes resistensi
(-) Pengobatan dilanjutkan
Akhir
pengobatan Pengobatan diganti dg OAT Kategori 2 mulai dari awal. Jika
(+)
memungkinkan, lakukan biakan, tes resistensi
(-) Teruskan pengobatan dengan tahap lanjutan
Akhir intensif Beri sisipan 1 bulan. Jika masih (+) selama sisipan: teruskan pengobatan
(+)
Pasien paru tahap lanjutan. Jika memungkinkan, lakukan biakan, tes resistensi
BTA(+) dengan (-) Pengobatan diselesaikan
Pada bulan ke-5
pengobatan
pengobatan (+) Pengobatan dihentikan, rujuk ke layanan TB MDR
ulang kategori 2
Akhir (-) Pengobatan diselesaikan
pengobatan (+) Pengobatan dihentikan, rujuk ke layanan TB MDR
Tx TB pada kondisi khusus

TB - Kehamilan TB – Ibu menyusi dan bayinya TB - Pengguna kontrasepsi

• WHO: hampir semua OAT • Semua jenis OAT aman • Rifampisin berinteraksi dg
aman u/ kehamilan, kecuali • Pemberian OAT mencegah kontrasepsi hormonal 
gol. Aminoglikosida penularan ke bayi efektifitas kontrasepsi ↓
(streptomisin atau kanamisin) • Pengobatan pencegahan • Sebaiknya menggunakan
 ototoxic pd bayi dengan INH diberikan pd bayi kontrasepsi non hormonal
(menembus barier plasenta) sesuai BB
• Beri piridoxin 50mg/hari
• Vit K 10mg/hari (dianjurkan
bila Rimfampisin digunakan pd
Trimester 3 menjelang partus)
Tx TB pada kondisi khusus
TB – Hepatitis Akut TB – Hepatitis Kronis TB – Hepatitis imbas Obat

• OAT ditunda hingga • Z tidak boleh diberikan • OAT dihentikan bila:


hepatitis akutnya • Bila hasil px fungsi hati >3x 1. Klinis (+) ikterik (+), gejala
mengalami penyembuhan. normal sebelum pengobatan, mual, muntah (+)
dapat dipertimbangkan paduan 2. Gejala klinis (+) dan SGOT,
OAT berikut: SGPT ≥3 kali
• 2 obat yg hepatotoksik  3. Gejala klinis (-), bilirubin >2
2RHSE/ 6RH atau 9 RHE 4. Gejala klinis (-), dan SGOT,
• 1 obat yg hepatotoksik SGPT ≥5 kali
2HES/ 10HE
• Tanpa obat yg hepatotoksik OAT dapat diteruskan namun
18-24 SE + salah satu gol. dengan pengawasan bila:
Fluorokuinolon Gejala klinis (-) dan SGOT,
SGPT ≥3 kali
Tx TB pada kondisi khusus

Paduan OAT TB-hepatitis imbas obat TB - DM TB – Gagal Ginjal

• Hentikan OAT yang bersifat • GD terkontrol  paduan • R dan H diekskresi melalui


hepatotoksik  RHZ OAT = TB tanpa DM empedu  tidak perlu
• Setelah itu monitor klinis dan • GD tidak terkontrol  lama perubahan dosis.
lab. Bila bilirubin, SGOT, pengobatan hingga 9 bulan, • Z dan E diekskresi melalui
SGPT kembali normal maka fase lanjutan 7 bulan ginjal perlu perubahan.
tambahkan INH desensitasi • Hati-hati ES Dosis pemberian 3x/mggu
hingga dosis penuh 300mg. Etambutolmata bagi Z (25mg/kgBB) dan
Bila klinis dan lab kembali • Perhatian terhadap E (15mg/kgBB).
normal tambahkan R, Rifampisin efektifitas • Hindari S, bila harus diberikan
desensitasi hingga dosis Sulfonilurea ↓ dosisnya S (15mg/kgBB), 2
penuh (sesuai BB) • Selesai pengobatan perlu atau 3x/mggu dengan dosis
• Sehingga paduan OAT RHES pengawasan u/ deteksi max 1 gr
• Z tidak boleh diberikan lagi kekambuhan
Tx TB pada kondisi khusus
TB – HIV

• Pasien TB-HIV (+) 


diberikan OAT dan ARV
dengan mendahulukan
pengobatan TB untuk
mengurangi angka kesakitan
dan kematian.
• Pengobatan ARV sebaiknya
dimulai segera dlm waktu 2-
8 mggu pertama setelah
dimulai pengobatan TB dan
dapat ditoleransi baik.
• Pemilihan ARV EVR lebih
direkomendasikan karena
interaksi dengan R lebih
ringan drpd Nevirapin.
Tx TB pada kondisi khusus

Kortikosteroid utk TB

• Meningitis TB dg ggn
kesadaran dan dampak
neurologis
• TB Milier • Dosis:
• Efusi pleura dg ggn nafas Prednisolon (oral):
berat atau efusi pericardial Anak: 2mg/kgBB, 1x/hr
• Laringitis dg obstruksi Dewasa: 30-60 mg, 1x/hr
sal.nafas atas Apabila pengobatan >4 mggu
• TB sal.kemih  dosis harus tappering off
• PKGB dg penekanan pd
bronkus dan pemb. darah
• Hipersensitif berat terhadap
OAT
• IRIS
Daftar Pustaka

1. PDPI. Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tuberkulosis Di Indonesia, 2006. Available


URL: http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
2. CDC. Transmission and Pathogenesis of Tuberculosis. 2016 https://www.cdc.gov
3. National Strategic Plan of Tuberculosis Control 2016-2020, Kementerian Kesehatan RI, 2016.
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Indonesia Bebas Tuberkulosis. Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI
2014
4. WHO, Guidelines for treatment of drug-susceptible tuberculosis and patient care, 2017 update
5. WHO, 2017. Global Tuberculosis Report 2017, Jenewa
6. Zulkifli Amin, Asril Bahar. Tuberkulosis Paru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I ed. VI :
Jakarta. Interna Publishing 2014 : 863-872
7. Diagnosis, Treatment, Public Health Tuberculosis. International Standards For Tuberculosis
Care (ISTC). Edisi 3. 2014
8. Interferon-Gamma Release Assays (IGRAs) - Blood Tests for TB Infection. Available URL:
http://www.cdc.gov/tb/publications/factsheets/testing/igra.htm
THANK YOU

Hari TBC Sedunia 24 Maret

You might also like