You are on page 1of 39

FX. SUKARMAN, M.Th.

TTL : Sukoharjo, 20 Juni 1969


Pekerjaan : JFU Penyaji Bahan Peny Katolik
Kankemenag Kab Malang
Jln. Kol. Sugiono 266 Malang
Rumah : Graha Valensia A10/1a Pakis
Pend. : S2 Institut Pastoral Indonesia
Nmr Hp/wa: 081333562789/082257590990
Materi KULIAH:
KELUARGA BERENCANA
TRANSPLANTASI
BAYI TABUNG
DONOR SPERMA
SEWA RAHIM
ADOPSI
ABORSI
PERAWATAN ORANG SAKIT DAN JENAZAH
A. Landasan Teologis

1. Manusia sebagai pribadi yang bermartabat, ia


diciptakan menurut gambaran ( citra ) Allah, berkat
Sakramen Baptis dibersihkan dari noda dosa,
diangkat menjadi putera-i Allah dan mengambil
bagian dalam hidup Ilahi.

2. Manusia dipandang sebagai kesatuan utuh jiwa


raganya(Plato dan Aristoteles) tubuhnya diciptakan
oleh Tuhan dengan sempurna, untuk itu Tuhan
menghendaki tubuh sebagai sesuatu yang positif.
Apa itu Sehat ?
Menurut Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO)
Kesehatan adalah keadaan nyaman seutuhnya
secara fisik, sosial dan mental psikis dan
bukan melulu bebas dari penyakit dan cacat.
Menurut Moral Agama Katolik kesehatan itu
adalah :
a. Sebagai anugerah dan nilai
b. Sebagai tugas
Bila jatuh sakit manusia wajib memulihkan
kesehatannya.
a. OBAT-OBATAN
Problematika
1.Efek sampingan.
2. Penyalahgunaan Obat.
Pandangan Moral Agama Katolik
1. Sejauh obat dibutuhkan untuk kesehatan, memang dapat
dikatakan ada hak atas obat dan adanya kewajiban untuk memakai
obat seperlunya, karena tubuh mempunyai daya penyembuh sendiri
sehingga obat mempunyai fungsi subsidier (penunjang
penyembuhan).
2. Penyalahgunaan obat tidak dapat dibenarkan, kewajiban
memakai obat harus dengan pertimbangan proporsional dengan
alasan seimbang.
AJARAN AGAMA KATOLIK
TENTANG KB
(KELUARGA BERENCANA)
Abstraksi
• Keluarga berencana merupakan salah satu faktor
penunjang terciptanya keluarga yang bahagia,
bahkan sampai negarapun ikut mengurusi
masalah ini (bdk. Tujuan Perkawinan Katolik)
• Timbul pertanyaan mengapa hal ini begitu penting
dibicarakan? Tentu ada tujuan yang mulia dari
program Keluarga Berencana ini.
• Gereja Katolik yang hidup di tengah-tengah
masyarakat mau tidak mau harus ikut peduli
dengan program pemerintah ini, sebab Gereja ada
dan hidup di tengah masyarakat yang ikut
bertanggung jawab atas kehidupan warganya.
Tujuan Keluarga Berencana
1. Untuk Kesejahteraan Keluarga
Alasan pertama adalah demi terbangunnya satu
keluarga yang sejahtera, karena keluarga sebagai sel
terkecil dari hidup masyarakat.
2. Kepentingan masyarakat dan umat manusia
secara universal.
Pelaksanaan KB dapat berakibat pada berkurangnya
laju pertumbuhan penduduk, keberhasilan program
Keluarga Berencana merupakan salah satu sarana
yang penting untuk mengantar bangsa ini keluar dari
keterbelakangan, kemiskinan dan ketidakadilan. Dapat
kita bayangkan bagaimana situasi dunia global apabila
laju pertumbuhan penduduk terus meningkat; dunia
makin sempit, sumber-sumber energi bumi terus
berkurang serta akibat-akibat ngeri lainnya dengan
kepadatan penduduk dunia.(Jakarta masuk kota dgn kategori
penduduk terpadat)
Faktor-faktor pendorong (motivasi) keluarga
melakukan KB
1. Demi kesehatan Ibu.
Baik sehat secara fifik maupun psikis. Setiap kehamilan dan
persalinan memakan banyak tenaga sang ibu. Dengan melakukan KB
diharapkan resiko kematian ibu dan bayi lebih diminimalisir.
2. Memperkaya relasi/hubungan suami istri.
Salah satu tugas utama suami istri adalah untuk pengadaan
(melahirkan) dan membesarkan anak, tetapi juga perlu dipikirkan
resiko dari hubungan suami istri untuk menjadi hamil. Maka dengan
mengikuti KB pasangan suami istri mengalami kebebasan yang lebih
besar dalam hubungan intimnya serta bisa memelihara relasi
cintanya secara lebih pantas.
3. Taraf hidup yang pantas.
Dengan kesanggupan para orang tua untuk mengatur lebih mudah
kelahiran anak sesuai dengan keinginan dan tanggung jawabnya,
pastilah berakibat pada taraf/standar hidup keluarga yang lebih baik.
4. Pendidikan anak lebih baik.
Dengan sedikit anak, para orang tua lebih bisa untuk memperhatikan
pendidikan anak-anaknya, karena kesejahteraan keluarga nantinya
sangat tergantung dari mutu pendidikan anak.
Penanggungjawab berlangsungnya
KB
1. Orang tua (pasangan suami istri).
Secara otomatis setiap pasangan suami istri yang
pertama dan utama memikul tanggung jawab program KB
ini, sebab merekalah yang memiliki potensi vital untuk
pengadaan anak.
2. Pemerintah
Pemerintah diberikan tugas berat untuk menjaga serta
memelihara kepentingan umum. Program NKKBS (norma
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera) dimaksudkan
untuk menghindari pertumbuhan penduduk yang melebihi
kemampuan negara untuk menaikkan produksi maupun
untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat secara
merata.
3. Pimpinan Agama.
Akhirnya juga pimpinan semua agama bertanggung jawab
untuk menyuluh, membimbing dan mendampingi para
penganut agamanya yang sudah menikah.
Pedoman Gereja Katolik tentang
KB
1. Tanggung jawab sepenuhnya diserahkan
kepada pasangan suami istri untuk mengatur
kelahiran, jumlah anak, jarak waktu melahirkan.
2. Tentang pemilihan alat-alat kontrasepsi.
Pada prinsipnya Gereja Katolik memperbo-
lehkan pasangan suami istri keluarga Katolik
memakai alat-alat kontrasepsi dengan catatan
a. Tidak merendahkan martabat pasangan
suami istri;
b. Tidak berlawanan dengan hidup manusia;
c. Alat-alat kontrasepsi yang menjadi pilihannya
dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
AJARAN AGAMA KATOLIK
TENTANG OPERASI DAN
TRANSPLANTASI
A. O P E R A S I
1. Definisi
Operasi adalah suatu tindakan terapis (pemulihan) terhadap
fungsi tubuh yang terganggu karena sakit atau cacat.

2. Problem
Operasi, terutama operasi plastik dapat timbul masalah, al :
a. Melakukan operasi untuk tujuan jahat, merubah wajah
untuk menyembunyikan identitas atas kejahatannya.
b. Perlu juga diperhatikan efek samping dari bahaya operasi

3. Pandangan Moral Katolik


Operasi dapat dibenarkan dengan prinsip totalitas, dan
memiliki alasan seimbang.
a. Untuk menunjang penampilan (harga diri, pekerjaan)
b. Fungsi tubuh dapat berjalan baik lagi.
c. Ada nilai keutuhan dan keindahan tubuh.
B. TRANSPLANTASI
1. Definisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, transplantasi adl
perpindahan jaringan tubuh dari suatu tempat ke tempat lain.
Menurut istilah kedokteran berarti usaha memindahkan sebagian
dari bagian tubuh dari suatu tempat ke tempat lain atau upaya
medis untuk memindahkan sel, jaringan, atau organ tubuh dari
donor kepada resipien.

2. Bentuk-Bentuk Transplantasi:
1. Transplantasi Ginjal
2. Transplantasi Jantung
3. Transplantasi Kulit
4. Transplantasi Hati
5. Transplantasi Kornea
Pandangan Moral Agama Katolik

Dibenarkan apabila dilakukan dengan prinsip


seimbang, karena adanya unsur solidaritas dan cinta
kasih terhadap sesama.
Dengan niat ikhlas dan tidak
untuk diperjualbelikan. Karena agama Katolik itu
sangat menjunjung tinggi kehidupan.
PANDANGAN
MORAL AGAMA KATOLIK
TENTANG
PENGHARGAAN TERHADAP
HIDUP
Abstraksi :
Manusia tidak hanya memelihara dan manjaga hidup dan
kesehatan, tetapi juga menghargai keutuhan tubuh yang juga
merupakan nilai yang harus dilindungi.
Unsur-unsur nilai keutuhan tubuh antara lain:
1. Berkaitan dengan kesehatan
Keutuhan tubuh (khususnya organ-organ), berkaitan dengan
berfungsinya tubuh dan menyangkut kesehatan. Gangguan
organ dapat berarti merosotnya kesehatan, makanya dapat
dikatakan bahwa keutuhan tubuh merupakan syarat untuk
berfungsinya tubuh dan terbinanya kesehatan.
2. Berkaitan dengan keindahan dan keserasian penampilan
Keutuhan tubuh juga menyangkut keindahan ( nilai estetis )
dan bahkan keserasian penampilan. Meskipun kesehatan tidak
terganggu, organ-organ tetap berfungsi, tetapi penampilan
seseorang dapat terganggu bila keutuhan tubuh terganggu.
2(dua) tindakan bertentangan dgn keutuhan
tubuh, yakni :

1. Euthanasia
Euthanasia adalah suatu tindakan untuk menolong
seseorang dengan memotong bagian dari organ
tubuhnya dengan alasan yang seimbang, dimana
anggota/organ tubuh tidak mempunyai nilai dalam diri
sendiri tetapi demi keseluruhan, artinya ialah ada nilai
lain yang tidak kalah pentingnya yang tidak dapat
diwujudkan tanpa pengorbanan keutuhan tubuh.

2. Mutilasi
Mutilasi berarti memotong sebagian dari
tubuh/mematikan fungsi tubuh/bagian dari tubuh tanpa
alasan yang seimbang.
3. Pandangan Moral Agama Katolik

a. Gereja Katolik memegang prinsip totalitas, yakni


bahwa keutuhan tubuh merupakan nilai yang
harus dilindungi.
b. Manusia tidak bisa mempercepat kematian
hidupnya/orang lain walau hanya sejengkal saja.
c. Hidup dan mati manusia adalah kehendak Tuhan.
1. Pembunuhan (Killing)
a. Abstraksi :
Sabda dan teladan Tuhan Yesus Kristus
yang kita temukan dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru memperlihatkan bagaimana
Ia memperhatikan manusia; menyembuh-
kannya, membebaskannya dari pen-
deritaan. Teologi Agama Katolik mengem-
bangkan gagasan Kitab Suci, maka tidaklah
mengherankan bila juga larangan
membunuh yang dalam kehidupan serba
rumit ini tidak selalu mudah dilaksanakan.
b. Dasar larangan membunuh
antara lain :
1) Bahwa Allah sebagai pemilik/Tuhan atas hidup
dan matinya manusia. Allah merupakan
penguasa tunggal atas hidup dan mati,
sedangkan manusia hanya diberi wewenang
untuk memeliharanya, tidak untuk
menghancurkannya atas namanya dan dengan
kuasanya sendiri. Kalau manusia membunuh
berarti melanggar wewenangnya sendiri.
2) Manusia memiliki martabat dan hak atas hidup.
Larangan membunuh berdasarkan pengakuan
hak azazi manusia dengan martabat yang tidak
dapat diganggu gugat, martabat yang harus
dilindungi karena manusia adalah citra Allah.
3) Manusia tidak memiliki hak/wewenang untuk
mematikan hidup.
c. Kematian sebagai efek sampingan
ada situasi dimana hampir tidak mungkin
menghindari perbuatan yang mengaki-
batkan kematian seseorang. Menurut Moral
Katolik perbuatan dengan akibat sampingan
mati ini boleh dengan satu syarat yakni
adanya alasan berat yang seimbang,
misalnya; tindakan itu untuk mencapai suatu
tujuan yang baik, tidak ada jalan lain untuk
mencapainya selain itu. Misalnya membela
diri dengan akibat sampingan bahwa
penyerang mati.
2. Pengguguran (Aborsi)
a. Prinsip Gereja Katolik
tentang Aborsi :
- Hidup manusia harus dilindungi sejak
pembuahan.
- Hidup manusia tidak dinilai menurut
kegunaannya.
- Hidup manusia sebelum dan sesudah
lahir sama nilainya.
b. Indikasi tindakan Aborsi
1) Indikasi medis – vital
Hidup ibu dalam bahaya. Penerapan prinsip
satu perbuatan dengan akibat ganda, mana
yang lebih mungkin dapat diselamatkan.
2) Indikasi Eugenis/genetis/keturunan.
Cacat fisik atau mental buah kandungan oleh
Gereja Katolik tidak diterima sebagai alasan
yang cukup untuk menggugurkannya,
manusia tetap manusia dengan martabat dan
hak atas hidup kendatipun cacat.
3) Indikasi kriminologis
Buah kandungan hasil pemerkosaan juga
tidak boleh digugurkan.
4) Indikasi psikologis-sosial-ekonomis.
c. Tinjauan hukum dan
moral
1) Hukum
Bagaimana pemerintah/negara me-
ngatur adanya kasus abortus, baik si
pelaku maupun yang menolongnya.
2) Moral
Tidak ada konsukensi nyata terhadap
kasus abortus.
d. Saran dari Gereja Katolik
1) Pemerintah perlu menciptakan sangsi
hukum yang jelas bagi pelaku abortus.
2) Menciptakan suasana pendampingan
bagi kasus-kasus orang yang ada
indikasi abortus, dengan jalan mencari
jalan pemecahanya sesuai dengan
sifat indikasinya lewat sarana
ekonomi, konsultasi, adopsi dsb.
PANDANGAN MORAL AGAMA KATOLIK
TENTANG ETIKA KEHIDUPAN
( BIO ETHICS )
Beberapa hal tindakan medis yang berkaitan
dengan eugeniuka yang sering kita temui dalam
prakteknya adalah sebagai berikut :
1. Inseminasi
a. Definisi
Inseminasi adalah pembuahan sel telur
sumbangan dari orang lain.
b. Pandangan Gereja Katolik.
Hakekat perkawinan katolik yang satu dan
kudus melarang adanya tindakan bagi
pasangan suami istri yang menerima
sumbangan sel telur dari orang lain.
2. Bayi Tabung ( Cloning )
a. Definisi
Cloning adalah pembuahan sel telur di luar
rahim (kandungan)

b. Pandangan Gereja Katolik


Gereja tidak menutup mata atas kemajuan
ilmu/tehnologi kedokteran, berkaitan
dengan ini ; sejauh sel telur tersebut milik
sah pasangan suami istri diperbolehkan,
tapi bila salah satu bukan miliknya,
dilarang melakukan cloning.
AJARAN AGAMA KATOLIK
TENTANG KB
(KELUARGA BERENCANA)
Abstraksi
• Keluarga berencana merupakan salah satu faktor
penunjang terciptanya keluarga yang bahagia,
bahkan sampai negarapun ikut mengurusi
masalah ini.
• Timbul pertanyaan mengapa hal ini begitu penting
dibicarakan? Tentu ada tujuan yang mulia dari
program Keluarga Berencana ini.
• Gereja Katolik yang hidup di tengah-tengah
masyarakat mau tidak mau harus ikut peduli
dengan program pemerintah ini, sebab Gereja ada
dan hidup di tengah masyarakat yang ikut
bertanggung jawab atas kehidupan warganya.
Tujuan Keluarga Berencana
1. Untuk Kesejahteraan Keluarga
Alasan pertama adalah demi terbangunnya satu
keluarga yang sejahtera, karena keluarga sebagai sel
terkecil dari hidup masyarakat.
2. Kepentingan masyarakat dan umat manusia
secara universal.
Pelaksanaan KB dapat berakibat pada berkurangnya
laju pertumbuhan penduduk, keberhasilan program
Keluarga Berencana merupakan salah satu sarana
yang penting untuk mengantar bangsa ini keluar dari
keterbelakan, kemiskinan dan ketidakadilan. Dapat kita
bayangkan bagaimana situasi dunia global apabila laju
pertumbuhan penduduk terus meningkat; dunia makin
sempit, sumber-sumber energi bumi terus berkurang
serta akibat-akibat ngeri lainnya dengan kepadatan
penduduk dunia.
Faktor-faktor pendorong (motivasi) keluarga
melakukan KB
1. Demi kesehatan Ibu.
Baik sehat secara fisik maupun psikis. Setiap kehamilan dan
persalinan memakan banyak tenaga sang ibu. Dengan melakukan KB
diharapkan resiko kematian ibu dan bayi lebih diminimalisir.
2. Memperkaya relasi/hubungan suami istri.
Salah satu tugas utama suami istri adalah untuk pengadaan
(melahirkan) dan membesarkan anak, tetapi juga perlu dipikirkan
resiko dari hubungan suami istri untuk menjadi hamil. Maka dengan
mengikuti KB pasangan suami istri mengalami kebebasan yang lebih
besar dalam hubungan intimnya serta bisa memelihara relasi
cintanya secara lebih pantas.
3. Taraf hidup yang pantas.
Dengan kesanggupan para orang tua untuk mengatur lebih mudah
kelahiran anak sesuai dengan keinginan dan tanggung jawabnya,
pastilah berakibat pada taraf/standar hidup keluarga yang lebih baik.
4. Pendidikan anak lebih baik.
Dengan sedikit anak, para orang tua lebih bisa untuk memperhatikan
pendidikan anak-anaknya, karena kesejahteraan keluarga nantinya
sangat tergantung dari mutu pendidikan anak.
Penanggungjawab berlangsungnya
KB
1. Orang tua (pasangan suami istri).
Secara otomatis setiap pasangan suami istri yang
pertama dan utma memikul tanggung jawab program KB
ini, sebab merekalah yang memiliki potensi vital untuk
pengadaan anak.
2. Pemerintah
Pemerintah diberikan tugas berat untuk menjaga serta
memelihara kepentingan umum. Program NKKBS (norma
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera) dimaksudkan
untuk menghindari pertumbuhan penduduk yang melebihi
kemampuan negara untuk menaikkan produksi maupun
untuk meningkatkan taraf kehidupan rakyat secara
merata.
3. Pimpinan Agama.
Akhirnya juga pimpinan semua agama bertanggung jawab
untuk menyuluh, membimbing dan mendampingi para
penganut agamanya yang sudah menikah.
Pedoman Gereja Katolik tentang
KB
1. Tanggung jawab sepenuhnya diserahkan
kepada pasangan suami istri untuk mengatur
kelahiran, jumlah anak, jarak waktu melahirkan.
2. Tentang pemilihan alat-alat kontrasepsi.
Pada prinsipnya Gereja Katolik memper-
bolehkan pasangan suami istri keluarga Katolik
memakai alat-alat kontrasepsi dengan catatan
a. Tidak merendahkan martabat pasangan
suami istri;
b. Tidak berlawanan dengan hidup manusia;
c. Alat-alat kontrasepsi yang menjadi pilihannya
dapat dipertanggungjawabkan secara medis.
PERAWATAN JENAZAH:
Aturan mengenai pemakaman gerejawi ada di Kitab Hukum
Kanonik (KHK), tepatnya di Kanon 1176-1185. Di situ
disebutkan bahwa, "Umat beriman kristiani yang telah
meninggal dunia harus diberi pemakaman gerejawi menurut
norma hukum." (Kan 1176-1) Lebih lanjut, diatur juga
bahwa, "Pemakaman bagi setiap orang beriman yang telah
meninggal dunia harus dirayakan pada umumnya dalam
gereja parokinya sendiri." (Kan 1177-1) Aturan ini selaras
dengan pemikiran bahwa, saat ada anggotanya yang
meninggal, Gereja, dalam hal ini kelompok umat beriman
yang tergabung dalam suatu paroki, turut berduka
dan mendoakan yang meninggal, dan turut
serta memberikan penghiburan kepada keluarga yang
ditinggalkan.
Saat jenazah disemayamkan di rumah duka; bisa di
rumah duka pribadi atau di rumah duka publik. Di
rumah duka dapat diselenggarakan berbagai ritual,
mulai dari perawatan jenazah, ibadat sabda dan doa
arwah sampai penutupan peti. Selanjutnya, pada
hari pemakaman atau kremasi jenazah dibawa ke
gereja untuk Misa Arwah, baru kemudian
diberangkatkan ke kuburan atau krematorium.
Jenazah katolik bisa diantar ke peristirahatan terakhir
Melalui:
1.Kremasi
2.Pemakaman
3.Aturan adat

Gereja Katolik memiliki perkumpulan kematian:


Pangruktiloyo, atau perkumpulan lainnya yang
Memberi jasa perawatan dan penghormatan arwah
(memandikan jenazah, peti dan kelengkapannya,
Kereta jenazah, dan pemakaman)
Terima
kasih

You might also like