You are on page 1of 34

Tutorial Klinik

Emergency of Orthopedy

Pembimbing : dr. Tresna Angga B, Sp.OT

Moch. Iqbal maulana


J510185110
Emergency = Kegawatdaruratan

• Gawat : suatu kondisi dimana memerlukan tindakan


segera untuk mmenghindari kematian
• Darurat : suatu kondisi dimana memerlukan tindakan
segera untuk menghindari kecacatan
Suatu kondisi cedera
muskuloskeletal yang jika
tidak ditangani segera akan
EMERGENSI ORTOPEDI menimbulkan komplikasi
berlanjut, kerusakan yang
signifikan atau bahkan
kematian.
FRAKTUR TERBUKA (OPEN FRACTURE)

 Fraktur : kerusakan struktur tulang atau terputusnya


kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa.
 Faktur terbuka (open fracture) : fraktur yang
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
luka pada kulit.
Klasifikasi Faktur

 Tipe I : luka kecil < 1 cm panjangnya, biasanya karena luka


tusukan dari fragmen tulang yang menembus keluar kulit.
Terdapat sedikit kerusakan jaringan dan tidak terdapat
tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak.
 Tipe II : laserasi kulit > 1 cm tetapi tidak ada
kerusakan jaringan yang hebat atau avulsi kulit,
terdapat kerusakan yang sedang dari jaringan
dengan sedikit kontaminasi dari fraktur.
 Tipe III : terdapat kerusakan yang hebat dari
jaringan lunak termasuk otot, kulit, dan struktur
neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat. Tipe
ini biasanya disebabkan oleh karena trauma dengan
kecepatan tinggi
Sub Tipe III

 Tipe IIIa : Jaringan lunak cukup menutup tulang


yang patah walaupun terdapat laserasi yang hebat.
Fraktur bersifat segmental atau komunitif yang
hebat.
 Tipe IIIb : fraktur disertai dengan trauma hebat
denga kerusakan dan kehilangan jaringan, terdapat
pendorongan (stripping) periost, tulang terbuka,
kontaminasi yang hebat serta fraktur komunitif yang
hebat.
 Tipe IIIc : Fraktur terbuka yang disertai dengan
kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa
memerhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.
Tatalaksana

 Evaluasi klinis secara menyeluruh


 Prinsip ATLS (Airway, Breathing, Circulation,
Disability, Exposure)
 Bila ada perdarahan, lakukan bebat tekan
 Luka tutup dengan kassa yang telah dibasahi dengan
larutan salin
 Lakukan koreksi awal patah tulang dan immobilisasi
dalam sistem bidai
 Beri antibiotik
 Beri anti tetanus
Compartment syndrome

 Merupakan suatu sindrom yang terjadi karena


peningkatan tekanan intrakompartmen yaitu
kompartmen osteofasial yang tertutup sehingga
mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan
tekanan oksigen jaringan. Gejala klinis :
1. Pain
2. Pallor
3. Pulselesness
4. Parestesia
5. Paralisis
 Penurunan volume kompartmen  penutupan defek
fascia, traksi internal berlebihan pada fraktur
esktrimitas
 Peningkatan tekanan eksternal  balutan yang
terlalu ketat, berbaring di atas lengan, pemasangan
gips
 Peningkatan tekanan pada struktur kompartmen 
pendarahan atau trauma vascular, luka bakar,
penggunaan otot berlebihan, gigitan ular, obstruksi
vena
Tatalaksana

 Bedah  fasciotomy harus segera dilakukan jika


tekanan intrakompartmen di atas 30 – 40 mmHg.
 Non bedah  hindari elevasi, pemberian SABU,
membuka gips atau bebat tekan, terapi cairan,
diuretik dan manitol jika diperlukan untuk
mengurangi tekanan intrakompartmen
TRAUMATIK AMPUTASI

 Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan


memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas.
 Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan
adalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah
organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak
mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan
teknik lain atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh penderita secara
utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat
menimbulkan komplikasi infeksi.
Indikasi Amputasi

 Dead
Penyakit vaskular perifer menyebabkan hampir 90%
amputasi. Sebab lainnya yang menyebabkan kematian
tulang adalah, luka bakar, trauma, dan frostbite.
 Dangerous
tumor malignant, sepsis dan
crush injury.
 Damn nuisance
pain, loss fuction, recurrent sepsis
Jenis Amputasi

 Amputasi terbuka  dilakukan pada kondisi infeksi


yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot
pada tingkat yang sama. Biasanya dilakukan pada
kasus kasus yang gawat.
 Amputasi tertutup  dilakukan dalam kondisi yang
lebih memungkinkan dimana dibuat skaif kulit
untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong
kurang lebih 5 cm di bawah potongan otot dan
tulang.
Amputasi Terbuka

Amputasi Tertutup
Tatalaksana

 Fungsi vital penderita diperbaiki


 Hentikan pendarahan
 Luka dibungkus secara steril atau bersih lalu
dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap air lalu
diikat. Selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong
plastik II yang berisi campuran air dan potongan es
batu (4 derajat celcius)
 Pemotongan otot pada amputasi memegang prinsip otot
bagian medial bertemu dengan otot lateral dan otot bagian
anterior bertemu dengan otot posterior
 Kemudian dijahit membentuk bentukan klonus (bulat
lancip), pemotongan dengan bentuk seperti ini bertujuan
untuk pemasangan protese.
 Protese baru dipasang ketika pembengkakan dan tanda
tanda infeksi sudah mereda, karena jika diukur pada saat
masih bengkak maka ukurannya akan berubah, dan pada
saat luka masih infeksi akan menimbulkan rasa sakit.
 Selama belum terpasang protese, harus dilakukan
fisioterapi dulu.
Mayor Pelvic Ring Injury

 Fraktur pelvis berkekuatan-tinggi merupakan cedera


yang membahayakan jiwa.
 Perdarahan merupakan penyebab utama kematian
pada pasien dengan fraktur pelvis, dengan
keseluruhan angka kematian antara 6-35%.
 Kefatalannya disebabkan oleh perdarahan
retroperitoneal dan cedera-cedera lain sehubungan
dengannya.
 Ex : kecelakaan motor / mobil, jatuh dari ketinggian
 Penatalaksanaan disrupsi cincin pelvis dengan
perdarahan:
 Resusitasi cairan
 Hentikan perdarahan, dengan
 Direct pressure
 Pemasangan stagen, pelvic sling
 Terapi definitif, pemasangan C-CLAMP.
 Ruju
Vascular injury
 Lesi vaskuler besar yang tersering adalah arteri
poplitea dan arteri radialis, arteri inguinalis, arteri
brachialis dan arteri femoralis.
 Diagnosis umumnya ditegakkan dengan arteriografi
atau Dopler, dan pengukuran saturasi O2 jari distal.
 Penanganan cedera vena diligasi dan berikan resusitasi
cairan. Kontrol pendarahan dengan penekanan untuk
pembuluh darah proksimal dari cedera (misalnya,
tekanan femoralis di luka ekstremitas bawah)
Septic arthritis
 Merupakan infeksi pada rongga sendi dan biasanya
merupakan infeksi bakterial.
 Septic arthritis merupakan bentuk akut arthritis yang
paling berbahaya, dan merupakan kasus
kegawatdaruratan pada bidang ortopedi, keterlambatan
dalam mendiagnosa dan memberikan terapi dapat
menyebabkan kerusakan sendi yang menetap bahkan
dapat menyebabkan morbiditas yang nyata bahkan
kematian.
 Etiologi :
 S aureus, beta-hemolytic streptococci, Streptococcus
pneumoniae
Tanda dan gejala
 Onsetnya cepat
 Nyeri sendi
 Pembengkakan Sendi
 Rasa panas di daerah sendi
 Sendi yang Kemerahan
 Demam
 Penurunan Range of Motion
 Nyeri pada saat gerakan ROM aktif maupun pasif
Decreased range of motion
Penanganan awal
 Drainase
Manajemen medis arthritis infektif berfokus pada drainase
yang memadai dan tepat waktu dari cairan sinovial yang
terinfeksi, pemberian terapi antimikroba yang tepat, dan
imobilisasi sendi untuk mengontrol rasa sakit.
 Antibiotik
Lama pengobatan biasanya berlangsung sekitar dua sampai
enam minggu
 Mobilisasi sendi secara lembut
Setelah infeksi dapat dikontrol, rekomendasikan pasien
melakukan gerakan lembut untuk menjaga fungsi sendi.
Acute hematogenous osteomyelitis
 Osteomyelitis adalah proses inflamasi akut atau
kronik pada tulang dan struktur sekundernya karena
infeksi oleh bakteri piogenik.
 Etiologi : bakteri tersering adalah Staphylococcus
aureus
 Lokasi tersering pada tulang adalah metafisis.
 Nyeri lokal hebat berdenyut
 Demam, malaise
 Pemeriksaan lokalis : pembengkakan, kemerahan,
perabaan hangat, nyeri tekan lokal
Penatalaksanaan
 Supportive treatment for pain and dehidration
 Appropiate antimicrobial therapy
 Surgical drainage
TERIMA KASIH

You might also like