You are on page 1of 6

1.

Pengolahan Air Limbah Secara Biologis


Aerob dengan Pertumbuhan Tersuspensi
(Suspended Growth)
Suspended Growth Process adalah proses pengolahan dengan pemanfaatan
mikroorganisme pengurai zat organik tersuspensi dalam limbah cair yang akan diolah.
Diantara yang termasuk dalam kelompok tersebut adalah proses lumpur aktif (activated
sludge process) dan kolam stabilisasi atau oksidasi (activated sludge process).
a. Pengolahan lumpur aktif
Lumpur aktif (activated sludge) adalah flok yang terbentuk oleh mikroorganisme
(terutama bakteri), partikel inorganik, dan polimer exoselular yang mengendap di tangki
penjernihan. Lumpur aktif (activated sludge) merupakan proses pertumbuhan mikrobater suspensi. Proses
ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organik
menjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Udara disalurkan melalui pompa blower
(diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di
tangki penjernihan (Gariel Bitton, 1994).

1
b. Kolam Stabilisasi atau Oksidasi
Kolam oksidasi mirip dengan kolam dangkal yang luas, biasanya berbentuk empat
persegi panjang dengan kedalaman hanya 1-1,5 meter. Pada proses ini, seluruh limbah cair
diolah secara alamiah dengan melibatkan ganggang hijau untuk mengolah limbah cair yang
berasal dari rumah tangga.

2.2 Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Aerob dengan Attached Growth Process
Attached Growth Process adalah pengolahan yang memanfaatkan mikroorganisme
yang menempel pada media yang membentuk lapsan film untuk mengurangi zat organik.
Proses ini sering disebut juga sebagai fix bed. Influen akan melakukan kontak dengan media
ini sehingga terjadi proses biokimia. Akibatnya bahan organik yang ada pada limbah cair
tersebut dapat diturunkan kandungannya. Beberapa teknik pengolahan limbah cair yang
termasuk di dalam kelompok ini, antara lain : saringan tetes (tricking filter).

2.2.1 Trickling Filter


1. Pengertian trickling filter
Trickling filter merupakan salah satu aplikasi pengolahan air limbah dengan
memanfaatkan teknologi biofilm. Trickling filter ini terdiri dari suatu bak dengan media
permeabel untuk pertumbuhan organisme yang tersusun oleh lapisan materi yang kasar, keras,
tajam dan kedap air. Kegunaannya adalah untuk mengolah air limbah dengan mekanisme
air yang jatuh mengalir perlahan-lahan melalui lapisan batu untuk kemudian tersaring.

2. Prinsip Kerja tricking filler


Air buangan yang diolah dengan trickling filter harus terlebih dahulu diendapkan,
karena pengendapan dimaksudkan untuk mencegah penyumbatan pada distributor dan media
filter. Air limbah diteteskan secara periodik dan terus-menerus ke atas media trickling filter.
Bahan organik yang ada dalamair limbah diuraikan oleh mikroorganisme yang menempel
pada media filter. Bahan organik sebagai substrat yang terlarut dalam air limbah diabsorbsi
biofilm atau lapisan berlendir dan kemudian dilepaskan sebagai bahan suspensi yang
berkoagulasi yang kemudian karena massanya lebih berat maka lebih mudah mengendap.
berkoagulasi yang kemudian karena massanya lebih berat maka lebih mudah mengendap.
Bahan organik yang ada dalam limbah cair diuraikan oleh mikroorganisme yang menempel
pada media filter.
Pada bagian luar biofilm, bahan organik diuraikan oleh mikroorganisme
aerobik. Pertumbuhan mikroorganisme akan mempertebal lapisan biofilm (0,1-0,2 mm).
Oksigen yang terdifusi dapat dikonsumsi sebelum biofilm mencapai ketebalan maksimum.
Pada saat mencapai ketebalan penuh, oksigen 2dapat mencapai penetrasi secara penuh,
akibatnya bagian dalam atau permukaan media menjadi anaerobik.
Pada saat lapisan biofilm mengalami penambahan ketebalan bahan organik
yang diabsorbsi dapat diuraikan oleh mikroorganisme, namun tidak dapat mencapai
mikroorganisme yang berada dipermukaan media. Dengan kata lain, tidak tersedia
bahan
organik untuk sel karbon pada bagian permukaan media sehingga mikroorganisme
pada bagian permukaan akan mengalami fase indigenous (mati). Pada akhirnya,
mikroorganisme sebagai biofilm tersebut akan lepas dari media. Cairan yang masuk
akan turut melepas atau mencuci dan mendorong biofilm keluar. Setelah itu lapisan
biofilm baru akan segera tumbuh. Fenomena lepasnya biofilm dari media disebut juga
sloughing.

3. Pengolahan Limbah Secara Biologis Anaerob


Pengolahan limbah secara biologis anaerob merupakan pengolahan limbah dengan
mikroorganisme tanpa injeksi udara/oksigen ke dalam proses pengolahan. Pengolahan air
limbah secara biologis anaerob bertujuan untuk merombak bahan organik dalam limbah
menjadi bahan yang lebih sederhana yang tidak berbahaya. Disamping itu pada proses
pengolahan secara biologis anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti gas CH4 dan CO2. Proses
ini dapat diaplikasikan untuk limbah organik dengan beban bahan organik (COD) yang tinggi.
Pada proses pengolahan secara biologis anaerob terjadi empat (4) tahapan proses yang
terlibat diantaranya :
1. Proses hydrolysis : suatu proses yang memecah molekul organik komplek menjadi
molekul organik yang sederhana.
2. Proses acidoglenisis : suatu proses yang merubah molekul organik sederhana
menjadi asam lemak.
3. Proses acetogenisis : suatu proses yang merubah asam lemak menjadi asam asetat
dan membentuk gas-gas seperti gas H2, CO2, NH4 dan S.
4. Proses methanogenisis : suatu proses yang merubah asam asetat dan gas-gas yang
dihasilkan pada proses acetogenisis menjadi gas metana CH4 dan CO2.
Proses pengolahan limbah secara biologis anaerob dengan model pertumbuhan
mikroorganisme melekat adalah seperti berikut :
 Pembiakan mikroorganisme dalam media trickling fliter, pembiakan mikroorganisme
dilakukan dengan mengalirkan mikroorganisme ke dalam trickiling filter melalui
distributor, mikroorganisme akan mengalir dari bagian atas ke bawah dan menempel
pada media porous, setelah mencapai ketebalan tertentu dan merata pada media
porous, aliran mikroorganisme dihentikan.
 Mengalirkan air limbah ke dalam trickling filter melalui distributor, memastikan aliran
air limbah mengenai media porous secara merata agar terjadi kontak antara air limbah
dengan mikroorganismenya.
 Air limbah yang telah berkontak dengan mikroorganisme akan keluar melalui bagian
bawah trickling filter, aliran air akan mengandung mikroorganisme dalam jumlah
yang kecil, mikroorganisme ini dipisahkan dalam tangki clarifier dan dialirkan
kembali ke dalam trickling filter, sedangkan air limbah hasil pengolahan akan
mengalir secara over flow dari bagian atas tangki clarifier.
 Pada proses pengolahan secara biologis anaerob akan dihasilkan gas-gas seperti CH4,
CO2, NH3, gas-gas ini dikeluarkan dari bagian atas tangki trickling filter.
 Gas-gas yang dihasilkan pada pengolahan air limbah secara biologis anaerob seperti
CH4 dan CO2 dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam operasional pengolahan limbah secara
biologis anaerob ini adalah :
 Laju alir air limbah masuk. Laju alir air limbah yang masuk perlu dilakukan
pengendalian agar waktu kontak antara air limbah dan mikroorganisme terpenuhi, laju
alir air limbah yang terlalu besar dapat mengakibatkan lepasnya mikroorganisme yang
telah melekat pada media porous.
 Bahan media porous. Bahan media yang dipergunakan harus porous agar
mikroorganisme dapat melekat dengan kuat dan tidak mudah lepas akibat aliran air
limbah.
 Penyusunan media porous. Penyusunan media porous akan mempengaruhi waktu
kontak antara air limbah dan mikroorganisme. Media porous disusun sedemikian rupa
sehingga dapat memberikan waktu kontak yang agak lama.
Berbagai media porous yang telah dibuat untuk trickling filter adalah seperti pada gambar 2.8
berikut :
Gambar 2.8 Berbagai bentuk media porous yang dibuat untuk trickling filter
Media porous yang dibuat sangat diharapkan dapat memberikan waktu tinggal (waktu
kontak) yang cukup lama, seperti gambar di atas dibuat bentuk yang berbelok-belok sehingga
waktu kontaknya menjadi lebih lama.

2.4 Perbedaan Pengolahan Air Limbah Secara Biologis Aerob dan Anaerob
Perbedaan mendasar pengolahan air limbah secara biologis anaerob dengan aerob
yaitu :

Gambar 2.9 COD balance anaerobic


Pada pengolahan air limbah secara biologis anaerob, bahan organik (COD) dikonversi
menghasilkan 90% gas CH4 dan CO2, 10% nya menjadi lumpur. Gas-gas yang dihasilkan
dapat dimurnikan dengan proses absorbsi gas CO2, sehingga dihasilkan gas CH4 murni yang
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Gambar 2.10 COD balance aerobic


Pada pengolahan air limbah secara biologis aerob, bahan organik (COD) dikonversi
menghasilkan 50% panas (gas CO2) dan 50% nya lumpur. Ini menunjukan pada pengolahan
air limbah secara biologis anaerob akan menghasilkan lumpur jauh lebih kecil dibanding
pengolahan secara biologis aerob. Namun, waktu pengolahan limbah secara biologis anaerob
lebih lama dibandingkan dengan pengolahan limbah secara biologis aerob.
Berdasarkan analisis proses pengolahan limbah secara biologi, dapat diketahui bahwa
pengolahan limbah secara biologi ini memberikan dampak negatif terhadap kualitas udara,
karena banyaknya gas-gas seperti CO2 dan CH4 yang dihasilkan terbuang keudara. Beberapa
limbah padat organik yang tidak dilakukan pengolahan akan mengalami proses anaerob
secara alami sehingga dihasilkan gas-gas seperti CH4 dan CO2 yang dapat mencemari udara
dan ikut berperan serta dalam peningkatakan pemanasan global.

You might also like