You are on page 1of 17

REFERAT ANATOMI MATA

PUPIL - RC DIRECT/INDIRECT - RAPD - UVEA - LENSA - TEAR FILM

Pembimbing :
dr. Nanda Lessi Hafni Eka Putri, Sp.M

Disusun oleh:
Evan Albert / 406171016

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN MATA
RSUD CIAWI KAB. BOGOR
PERIODE 22 OKTOBER - 25 NOVEMBER 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PUPIL

• Pupil mata anak anak berukuran kecil akibat belum


berkembang saraf simpatis.

• Pupil dewasa berukuran sedang  akan mengecil akibat


rasa silau yang di bangkitkan oleh lensa yang sklerosis

• Pupil saat tidur kecil  berkurangnya rangsangan


simpatis dan kurangnya rangsangan hambatan miosis
PUPIL
• Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis.
Pada waktu bangun tidur korteks menghambat pusat
subkorteks sehingga terjadi midriasis.

• Waktu tidur hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi


kerja subkorteks yang sempurna yang akan menjadiakan
miosis.

• Fungsi mengecilkan pupil untuk mencegah abrasi


kromatis pada akomodasi dan untuk memperdalam fokus
seperti pada kamera foto yang diafragmanya dikecilkan
PUPIL
• Jalur Reaksi pupil :

• Bila sinar mengenai mata akan terjadi rangsangan pada


sel kerucut dan batang  masuk saraf optik  sebagian
dekuasi pada kiasma optik  traktus optik  sebelum
masuk ganglion genikulatum masuk pretektal 
dipindahkan nucleus pretektal  memberikan cabang ke
nukleus Edinger Westphal pada kedua sisi  diteruskan
ke iris.
REFLEKS CAHAYA

• DIREK : mengecilnya pupil yang disinari. Mata disinari 3 detik


dan akan terlihat konstriksi pupil. Bila tidak terdapat konstriksi
pada penyinaran ini sedang pupil sebelahnya berkonstriksi hal
ini terjadi oada parese iris karena trauma

• INDIREK (Konsensual) : mengecilnya pupil yang tidak disinari.


Refleks ini terjadi akibat adanya dekuasi.
REFLEKS CAHAYA
• Midriasis ( >5mm ):
– Fisiologis  kaget, takut, rangsangan
– Obat simpatomimetik, antihistamin, anestesi topikal, steroid topikal
– Patologis  atrofi iris, glaukoma, trauma paralitik iris
– Lesi ganglion siliar  herpes zoster, oftalmoplegia
– Marcus Gunn pupil  neuritis optik, ablasi, atrofi papil saraf optik, lesi
prekiasma yang menekan saraf optik

• Miosis ( < 2mm ):


– Fisiologis  tidur, lelah, anestesi stadium III, reflek oblikular
– Obat parasimpatomimetik, simpatolitik, morfin, intoksikasi alkohol
– Patologis  Rangsangan kornea, iritis, hipotoni akut
– Hornerr Syndrome
– Lesi pontin akut, tetanus fasial
– Argyll Robertson pupil  sifilis, diabtes, multiple sklerosis, trauma orbita
RELATIVE AFFERENT PUPILLARY DEFECT (RAPD)
• Pada keadaan normal, pupil yang merespon cahaya akan mengakibatkan rangsangan
konstriksi sfingter pupil kontralateral .RAPD / Marcuss Gunn Pupil adalah kondisi temuan
medis yang ditemukan saat pemeriksaan refleks cahaya pada pupil dengan mengayunkan
penlight ke arah pupil.
• Pada pupil normal bila diberikan rangsang cahaya pada salah satu mata normal maka
pupil kontralateral akan ikut memberikan respon yang sama.
• Ketika pada pupil yang abnormal (neuropati) tidak memberikan respon refleks cahaya
maka pada pupil kontralateral pun tidak memebrikan respon ( tetap midriasis )
RELATIVE AFFERENT PUPILLARY DEFECT (RAPD)
• Fenomena Relative Afferent Papillary Defect (RAPD) biasanya
merupakan tanda penyakit nervus optikus tetapi dapat juga
terjadi pada penyakit retina.
• Bila terdapat suatu lesidi nervus optikus, reflex pupil terhadap
cahaya (baik reflex langsung dan tak langsung)kurang kuat
saat mata yang sakit dirangsang dibandingkan saat mata yang
normal dirangsang.
• Fenomena ini disebut RAPD (Relative Afferent Papillary
Defect). Fenomena ini juga akan positif bila terdapat suatu lesi
di retina atau lesi berat di makula.
• Katarak yang padat sekalipun tidak menganggu respon pupil.
Penyebab penurunan penglihatan unilateral tanpadefek pupil
aferen termasuk gangguan refraksi.
UVEA
• Terdiri dari iris, badan siliar, dan koroid
• Iris
– Lanjutan dari badan siliar kedepan
– Merupakan diafragma yang membagi bola mata menjadi dua segmen,
yaitu segmen anterior dan posterior
– Iris membagi bilik mata depan (camera Oculi Anterior) dan bilik mata
belakang (Camera Oculi Posterior)
– Otot-otot yang ada di dalamnya adalah :
• M. Sphincter Pupillae, berjalan sirkular, terletak di dalam stroma dekat pupil
dan diatur oleh saraf parasimpatis (N. III)
• M. Dilatator Pupillae, berjalan radier dari akar iris ke pupil, terletak di
posterior stroma dan diatur oleh saraf simpatis
– Vaskularisasi :
• Diatur oleh A. Siliaris Posterior Longus (sirkulus arteriosus mayoris dan
sirkulus arteriosus minoris)
– Persarafan
• Saraf aferen (melalui N.II)
• Saraf eferen (melalui N III)
UVEA
Cilliary Body

• Badan siliar merupakan lanjutan dari koroid pada ora


serrata
• Berbentuk segitiga
– bagian anteriornya membentuk bagian sudut anterior dan
posterior chamber
– bagian luar segitiga bersinggungan dengan sklera (dengan ruang
suprakoroidal di antaranya)
– bagian dalam segitiga dibagi menjadi 2 bagian:
• anterior (± 2mm) berbentuk seperti jari  pars plicata
• Posterior (± 4mm) berbentuk halus  pars plana

• Iris menempel pada bagian tengah badan siliar


CILIARY BODY
Badan siliar terbentuk dari 5 lapisan:
1. Lamina suprasiliar  merupakan bagian terluar
dari stroma yang padat dan terdiri dari serat
kolagen berpigmen. Pada bagian posterior,
merupakan kelanjutan dari lamina
suprachoroidal dan pada bagian anterior
menyatu dengan membran yang membatasi iris

2. Stroma badan siliar  terdiri dari jaringan ikat kolagen dan fibroblast.
Terdapat otot siliaris, pembuluh darah, saraf, sel pigmen dan sel-sel lain.
Otot siliar menempati sebagian besar bagian luar badan siliaris.
Otot siliar merupakan otot non-lurik yg memiliki tiga bagian:
(i) serat longitudinal atau meridian yang membantu dalam outflow
aqueous;
(ii) serat sirkular yang membantu dalam proses akomodasi; dan
(iii) serat radial atau oblik yang memiliki cara kerja yang sama seperti serat
longitudinal.
Otot siliaris dipersarafi oleh serabut parasimpatetik melalui saraf siliaris
pendek.
CILIARY BODY
3. Lapisan epitel pigmen  merupakan lanjutan dari epitel pigmen retina,
pada bagian anterior menyatu dengan epitel pigmen anterior iris.
4. Lapisan epitel non-pigmen  terdiri dari sebagian besar sel kolumnar
rendah atau sel kubus, merupakan lanjutan dari sensori retina, pada
bagian anterior menyatu dengan epitel pigmen posterior (internal) iris
5. Internal limiting membrane  merupakan lanjutan dari internal limiting
membrane pada retina
Ciliary Process
Merupakan proyeksi seperti jari dari bagian pars plicata dari badan siliar. Jumlahnya
sekitar 70-80. Setiap processes berukuran panjang sekitar 2 mm dan diameter 0,5
mm, berwarna putih.
Setiap processes dilapisi oleh dua lapisan sel epitel. Inti dari processes silia
mengandung pembuluh darah dan jaringan ikat longgar. Processes ini merupakan
tempat produksi aqueous.
Fungsi badan siliaris : Pembentukan humor aqueous dan Otot siliar membantu
dalam akomodasi
LENSA

• Berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam


bilik mata belakang, bagian posterior lebih konveks
• Penggantung lensa : Zonula zinn
• Lensa dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa didalam kapsul lensa (kapsula lentis).
• Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus
sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa dibagian
sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa
LENSA

• Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu


dibentuk
• Dibagian luar nukleus ini terdapat lensa yang lebih muda disebut
kortek lensa
• Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding lensa
yang lebih muda

• Fungsi : memfokuskan cahaya di retina


• Pengubahan akomodasi dengan pengubahan lengkung lensa
terutama kurvatura anterior
TEAR FILM

• Tear Film terdiri atas : Lipid layer - Aqueous Layer - Mucin Layer
• Tear film normal diperlukan untuk mempertahankan fungsi
permukaan okuler.
• Perubahan patologis yang terlihat pada “dry eye disease”
mempengaruhi semua komponen tear film ,mengubah bagian
permukaan okuler yang awalnya bersifat “ocular surface
supportive” menjadi “pro-inflamatory”.
LAPISAN TEAR FILM

Lapisan Superfisial
• Merupakan film lipid monomokuler yang berasal dari kelenjar
meibom. Diduga lapisan ini menghambat penguapan dan
membentuk sawar kedap air saat palpebra ditutup.

• Lapisan ini terdiri dari lipid polar dan non polar yang menyebar
ke seluruh permukaan mata saat mata berkedip. Penyebaran
lipid ini penting karena penumpukan lipid, khususnya lipid
nonpolar, dapat mengkontaminasi lapisan musin yang dapat
mengakibatkan lapisan ini tidak bisa dibasahi.
LAPISAN TEAR FILM
Lapisan akueosa
• Lapisan yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor dan minor,
mengandung substansi larut air (garam dan protein).
• Lapisan ini mengandung oksigen, elektrolit dan banyak protein
seperti growth factors, yang berfungsi sebagai sumber nutrisi dan
menyediakan lingkungan yang cocok untuk epitel permukaan.
• Keadaan epitel permukaan bergantung pada growth factors seperti
EGF, HGF dan KGF. Immunoglobulin dan protein lainnya seperti
laktoferin, lisozim, defensin dan IgA, menjaga pemukaan mata dari
infeksi bakteri dan virus. Protein lain seperti interleukin,
meminimalkan inflamasi pada permukaan mata.
• Kandungan elektrolit pada tear film, memiliki konsentrasi yang
sama dengan elektrolit serum dengan osmolaritas 300mOsm/L
yang mempertahankan volume volume sel epitel. Ion juga
membantu proses enzimatik dengan melarutkan protein.
Osmolaritas yang tepat dibutuhkan untuk mempertahankan
potensial membran saraf, homeostasis seluler, dan fungsi sekresi

You might also like