You are on page 1of 36

PRESENTASI KASUS

Demam Tifoid
Oleh:
Jonathan Richard
406172077
Pembimbing:
dr. Ity Sulawati, Sp.A, M.Kes

Kepaniteraan Bagian Ilmu Kesehatan Anak


RSUD Ciawi
IDENTITAS PASIEN

 Nama lengkap : An SRS


 Tempat/Tanggal Lahir : Bogor, 26 Juli 2007
 Alamat : Jero Rante
 Pekerjaan :-
 Status perkawinan : Belum menikah
 Suku Bangsa : Sunda
 Umur : 11 tahun 6 bulan
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pendidikan : SD
 Agama : Islam
 Tanggal masuk RS Ciawi : 11 Februari 2019
ANAMNESIS

 Tanggal 12-02-2019 jam 07.00. dilakukan secara aloanamnesis ke ibu pasien.

Keluhan Utama : Demam 1 minggu yang lalu SMRS.


Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dibawa oleh ibunya ke RSUD Ciawi pada


tanggal 12/02/19 dengan keluhan demam 1 minggu
SMRS, demam naik turun, pasien sudah diberi obat
paracetamol, setelah diberikan panas turun tetapi suhu
naik lagi. Pasien memiliki riwayat batuk berdahak
kurang lebih sejak 3 hari yang lalu. Pasien muntah 3 hari
SMRS setiap diberikan makan dan minum. Pasien
mengeluh ada nyeri perut 3 hari SMRS, saat ini sudah
tidak lagi. BAB dan BAK pasien normal, nafsu makan
pasien berkurang sejak mulai sakit dan susah minum.
Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa,
riwayat alergi makanan maupun obat-obatan
disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga pasien tidak ada yang memiliki riwayat
keluhan serupa, riwayat alergi disangkal
Riwayat Perinatal
Selama ibu pasien mengandung, ibu menyangkal
pernah sakit atau dirawat di RS. Ibu memeriksakan
kondisi kehamilannya di bidan dan Ibu juga
mengatakan selama kehamilan hanya
mengkonsumsi vitamin dan obat penambah darah.
Ibu menyangkal pernah mengkonsumsi obat-
obatan lainnya. Ibu juga tidak merokok maupun
minum alkohol.
Riwayat Persalinan

Pasien merupakan tunggal. Pasien lahir di RS


dengan ditolong oleh bidan. Saat lahir usia
kandungan sudah cukup bulan (39 minggu).
Ibu mengatakan saat lahir pasien langsung
menangis dengan kencang. Berat badan lahir
pasien adalah 2700 g dan panjang badan
pasien adalah 48 cm.
Riwayat Asupan Nutrisi

Pasien mendapat asi eksklusif pada usia 6 bulan


pertama. Ibu pasien memberi makan pendamping
ASI pada usia 6 bulan seperti biskuit dan serela. Asi
diberi sampai usia 2 tahun, saat ini pasien makan
makanan keluarga yaitu 4 sehat 5 sempurna. Ibu
pasien mengatakan anaknya banyak minum.
Riwayat Imunisasi: Usia 4 bulan :
Usia 0 bulan : HBO (+) (DPT+HiB+HB)3, Polio 3 (+)
Usia 1 bulan : BCG, polio 0(+) Usia 9 bulan : Campak (+)
Usia 2 bulan : (DPT+HiB+HB)1, Usia 18 bulan :
Polio 1 (+) DPT+HiB+HB, Polio 4
Usia 3 bulan : (DPT+HiB+HB)2,
Polio 2 (+)
Riwayat tumbuh kembang
Pasien dapat mengangkat kepala usia 2 bulan, tengkurap
dan terlentang sendiri usia 4 bulan, duduk usia 6 bulan,
berdiri berpegangan dan merespon jika dipanggil
namanya pada usia 10 bulan. Jalan dengan bantuan
pada usia 11 bulan, jalan sendiri tanpa bantuan pada usia
12 bulan. Dapat lari dan naik tangga pada usia 1,5 tahun,
menendang bola dan melompat pada usia 2,5 tahun.
Naik sepeda roda 3 pada usia 3,5 tahun.
Status gizi

 BB: 25 kg, TB: 102 cm, Usia 11 tahun


6 bulan Berdasarkan kurva CDC
untuk anak 2 sampai 20 tahun —>
Gizi Buruk
 BB / U : 25 / 38 x 100 = 66%
PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 12-02-19 Jam : 07:30
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Tanda Vital
Frekuensi nadi : 93x/m, regular, isi cukup
Frekuensi napas : 18x/m, reguler
Suhu tubuh : 37,9 o C
Data antropometri : BB: 25 kg ; TB: 134 cm
Pemeriksaan Sistem
Pemeriksaan Sistem
o Kepala :
 Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba benjolan, rambut hitam terdistribusi merata dan tidak mudah
dicabut. Kulit kepala tidak tampak kelainan.
o Mata :
 Palpebra superior et inferior, dextra et sinistra tidak tampak oedem / cekung. Konjungtiva tarsal inferior,
dextra et sinistra tidak tampak pucat, sklera tidak ikterik, kornea jernih. Pupil bulat, isokor, Ø 3 mm. Refleks
cahaya +/+.
o Telinga :
 Bentuk normal, nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik aurikel (-). KGB pre- dan retro- aurikuler tidak teraba
membesar, liang telinga lapang, tidak ada serumen, tidak ada sekret. Membran timpani tidak tampak
kelainan.
o Hidung :
 Bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada septum deviasi, dan mukosa hidung tidak hiperemis.
o Mulut :
 Tidak ada perioral sianosis. Mukosa mulut tidak hiperemis. Tidak terdapat lesi dalam rongga mulut
(bercak atau stomatitis). Tonsil T1-T1 tidak hiperemis. Mukosa dinding faring hiperemis, Lidah Tifioid.
Pemeriksaan Sistem
 Leher :
 Trakea ditengah, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, KGB submandibular dan servikal dextra et
sinistra tidak teraba membesar.
 Thoraks :
 Paru
 Inspeksi : Bentuk Normal, Simetris dalam diam dan pergerakan nafas. Tidak
tampak retraksi otot-otot pernafasan.
 Palpasi : Stem fremitus sama kuat
 Perkusi : Sonor, batas paru hepar di ICS VI MCL dextra
 Auskultasi : Suara Nafas vesikuler, Ronchi -/-, wheezing -/-
 Jantung
 Inspeksi : Pulsasi ictus cordis tampak.
 Palpasi : Pulsasi ictus cordis teraba di Intercostal Space (ICS) V Midclavicular Line (MCL)
sinistra.
 Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, Gallop (-), murmur (-).
Pemeriksaan Sistem
Abdomen :
Inspeksi : Perut tampak datar.
Auskultasi : Bising Usus Meningkat.
Palpasi : Supel, hepar-lien tidak teraba membesar.
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran perut.
Anus dan genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan.
 Ektremitas : Akral hangat, pulsasi nadi dan perfusi perifer baik dan
sama kuat, tidak ada sianosis, CRT < 2 detik
Kulit : Tidak terlihat lesi/ luka pada kulit, turgor kulit baik.
Pemeriksaan Sistem

KGB : KGB submandibular, servikal, aksila,


supraklavikula, infraklavikula tidak teraba membesar
Pemeriksaan Saraf : Kaku kuduk (-), Brunzinki I & II
(-)
Nervus cranialis tidak dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium

Hematologi 11/02 Nilai Rujukan

Hemoglobin 12.7 g/dL 11.5 - 13.5 g/dL

Hematokrit 36.3 % 45 - 52%

Leukosit 14.6 ribu/UL 4 -13.5 ribu/UL

Trombosit 352 ribu/UL 150 – 440 ribu/UL

GDS 91 mg/dL 80-120 mg/dL


Pemeriksaan Laboratorium

Widal Test 11/02 Nilai Rujukan

S. Typhi O 1/160 Negatif

S. Parathypi AO 1/80 Negatif

S. Parathypi BO 1/160 Negatif

S. Parathypi CO Negatif Negatif

S. Thypi H 1/80 Negatif

S. Parathypi AH Negatif Negatif


Resume
Telah diperiksa pasien perempuan 4 tahun yang dibawa oleh
ibunya ke RSUD Ciawi pada tangal 12/02/19 dengan keluhan
demam 1 minggu SMRS. Demam naik turun pasien sudah diberi
obat paracetamol, setelah diberikan panas turun tetapi suhu
naik lagi. Pasien memiliki riwayat batuk berdahak kurang lebih
sejak 3 hari yang lalu. Pasien muntah 3 hari SMRS setiap
diberikan makan dan minum. Pasien mengeluh ada nyeri perut
3 hari SMRS, saat ini sudah tidak lagi.
Pada pemeriksaan Fisik didapatkan suhu 37.9 o C, faring
hiperemis, lidah tifoid dan bising usus meningkat.
Pada pemeriksaan penunjang dalam Hematokrit menurun dan
Widal test positif.
DAFTAR MASALAH

Diagnosis kerja : Diagnosis Banding :


Gastroenteritis
Demam Tifoid
Influenza
Malaria
• C. Rencana Terapi Farmakologis
• Kaen 3B 14 tpm
• Diazepam pulv 3 x 1.5 PO
• Diazepam 4 mg IV eksta bila kejang
• PCT Syr 3 x 7.5 ml
• PCT 150 mg IV jika demam (>38C)
• Ampicilin 4 x 400 mg
• Ondansentron 2 x 1.5 mg IV
• D. Rencana Terapi non-Farmakologis
Tirah baring
Cairan yang cukup
Rencana Evaluasi
- Obs suhu
- Obs gangguan pada saluran cerna
- Obs jika terjadi penurunan kesadaran
Edukasi
• Cuci tangan.
• Hindari minum air yang tidak dimasak.
• Pilih makanan yang matang.
Prognosis

 Ad vitam : bonam
 Ad Sanationam : dubia ad bonam
 Ad functionam : bonam
Definisi

Demam tifoid disebut juga dengan Typus


abdominalis atau typhoid fever. Demam tipoid ialah
penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada
saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan
pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran.
Epidemiologi
 Data World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan
terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan
insidensi 600.000 kasus kematian tiap tahun.
 Di negara berkembang, kasus demam tifoid dilaporkan sebagai
penyakit endemis dimana 95% merupakan kasus rawat jalan
sehingga insidensi yang sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar
dari laporan rawat inap di rumah sakit.
 Di Indonesia kasus ini tersebar secara merata di seluruh propinsi
dengan insidensi di daerah pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun
dan di daerah perkotaan 760/100.000 penduduk/ tahun atau sekitar
600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita yang terkena di
Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus.
Etiologi

Bakteri Gram Negatif Antigen Somatik


Flagela (O) yaitu
Tidak berkapsul oligosakarida
tidak membentuk Antigen flagellar
spora fakultatif (H)
anaerob
Antigen protein (K)
terdiri polisakarida
Patogenesis
Manifestasi klinik

Demam
Lidah tifoid
Roseola (emboli kuman salmonella)
Pembesaran limpa dan hepar
Rose spot (Jarang pada Indonesia)
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah Uji Serologis


tepi 1. Uji Widal
2. Tubex Test
• Anemia
3. Metode enzyme
• Peningkatan laju immunoassay (EIA) DOT
endap darah 4. Metode enzyme-linked
immunosorbent assay
(ELISA)
5. Pemeriksaan dipstik
Diagnosis dan Banding

Gejala DD banding
1. Demam (Nyeri kepala,
malaise anoreksia dan Influenza
letargi) Gastroentritis
2. Gangguan Saluran
Pencernaan (Diare) Malaria
3. Penurunan Kesadaran
Penatalaksanaan

Non medika mentosa


Tirah Baring
Nutrisi (TKTP)
Cairan
Kompres air hangat
Penatalaksanaan
Antibiotik
 Chloramphenicol, dosis 50-100 mg/kg/hari dibagi menjadi 4 dosis PO.
 Cotrimoxazole dengan perbandingan 1:5, Dosis Trimetoprim 10
mg/kg/hari dan Sulfametoxzazole 50 mg/kg/hari dibagi dalam 2 dosis.
 Ampicillin dan Amoxicillin dosis 100-200 mg/kg/hari dibagi menjadi 4
dosis.
 Sefalosporin generasi ketiga (Ceftriaxone, Cefotaxim, Cefixime).
 Ceftriaxone dengan dosis 100 mg/kg/hari IV dibagi dalam 1-2 dosis
(maksimal 4 gram/hari) selama 5-7 hari.
 Cefotaxim 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis
 Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama 10 hari PO
Komplikasi
Komplikasi pada usus Komplikasi diluar usus
halus halus
Perdarahan usus Bronkitis dan
bronkopneumonia
Perforasi usus
Kolesistitis
Peritonitis
Typhoid ensefalopati
Meningitis
Infeksi saluran kemih
Pencegahan

Cuci Tangan
Hindari minum air yang tidak masak
Makanan yang matang
Prognosis
Prognosis pasien demam tifoid tergantung
ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi. Di
negara maju, dengan terapi antibiotik yang
adekuat, angka mortalitas <1%. Di negara
berkembang, angka mortalitasnya >10%, biasanya
karena keterlambatan diagnosis, perawatan, dan
pengobatan.

You might also like