You are on page 1of 17

JOURNAL READING

Presentation and Diagnosis of


Tuberous Sclerosis Complex in
Infants
Peter E. Davis, MD, Rajna Filip-Dhima, MS, Georgios Sideridis, PhD, Jurriaan M. Peters, MD, PhD, Kit Sing Au, PhD, e Hope
Northrup, MD, E. Martina Bebin, MD, MPA, f Joyce Y. Wu, MD, Darcy Krueger, MD, PhD, Mustafa Sahin, MD, PhD,on behalf
of the Tuberous Sclerosis Complex Autism Center of Excellence Research Network

GILANG WIDRATAMA PUTRA


1807101030011

Pembimbing
Dr. dr. SUHERMAN, Sp.S (K)
Pendahuluan

Tuberous sclerosis complex (TSC) adalah kelainan genetik


neurokutan dengan prevalensi epilepsi dan gangguan
perkembangan saraf yang tinggi. TSC dapat menjadi tantangan
untuk didiagnosis pada bayi karena mereka sering menunjukkan
banyak tanda-tanda klinis sejak dini.
• TSC adalah penyakit genetik neurokutan dengan kejadian ∼1 dalam 6000
kelahiran hidup. TSC adalah penyakit genetik yang menyebabkan
terbentuknya pertumbuhan abnormal di beberapa bagian organ tubuh
yang menyebabkan adanya benign tumors dan hamartomas di otak, kulit,
ginjal, paru-paru, dan mata.

• Di dalam otak, ini termasuk area kortikal yang abnormal dan


perkembangan selular subcortical (tubers) serta subependymal giant sel
astrocytomas (SEGAs).
• TSC1&TSC2 : membantu mengkontrol pertumbuhan dan
divisi sel dalam tubuh

TSC1 encode Protein Hamartin


Tumor Supressor
TSC2 encode Protein Tuberin
*Memperlambat pertumbuhan sel & mencegah tumor

• Mechanistic Target of Rapymycin (mTOR)


*Mempercepat siklus sel dan meningkatkan
Proliferasi sel
Hamartin-Tuberin Protein Complex berikatan dengan mTOR
sehingga memperlambat pertumbuhan sel dan divisi.

Apabila terjadi mutasi di salah satu TSC1 or TSC2, fungsi


Hamartin-Tuberin Protein Complex tidak dapat berfungsi.

Terbentuknya Benign Tumors (Hamartomas) didalam tubuh

*Tumor yang terbentuk dari sel darimana dia berasal


Metode
• Dua penelitian multisenter, prospektif, mendaftarkan 130 bayi
dengan diagnose pasti TSC berdasarkan kriteria klinis atau
genetik dan mengikuti mereka secara longitudinal hingga usia
36 bulan.

• Kunjungan studi berkala termasuk riwayat medis dan kejang,


pemeriksaan fisik dan neurologis, dan penilaian
perkembangan. Usia di mana gejala mayor dan minor dari TSC
dan kejang diidentifikasi pertama kali dan dianalisis.
Hasil

• Gambaran awal TSC yang paling umum adalah rhabdomyoma


jantung (59%) dan makula hipomelanotik atau Ïemuan kulit
lainnya (39%), dan 85% bayi dengan salah satu atau keduanya.
• Pada akhirnya, fitur TSC diagnostik yang paling umum adalah
makula hipomelanosis (94%), tuber atau displasia kortikal
lainnya (94%), subependymal (90%), dan rhabdomyoma
jantung (82%). Tiga puluh lima persen bayi sebelum lahir, 41%
lahir saat lahir atau dalam bulan pertama kehidupan, dan 74%
memenuhi kriteria untuk diagnosis TSC pada atau dalam 30
hari. Onset kejang terjadi sebelum atau pada presentasi awal
hanya pada 15% bayi, tetapi 73% mengembangkan epilepsi
pada tahun pertama kehidupan.
Onset Epilepsi
• Prevalensi keseluruhan epilepsi dalam kelompok ini adalah
76%, dengan 57% mengalami kejang infantil, 55% memiliki
kejang fokal, dan 12% memiliki tipe kejang lain.

• 32% bayi memiliki 1 tipe kejang, 41% memiliki 2 tipe kejang,


dan 3% memiliki 3 tipe kejang. Kejang infantil dan kejang fokal
terlihat pada 36% dan lebih mungkin terjadi bersamaan
daripada terjadi sendiri pada individu.
Kejang jenis apa pun terjadi pada frekuensi yang lebih
rendah pada bayi dengan varian TSC1 (20%) dibandingkan
dengan varian TSC2 (87%) atau NMI (67%)
(P <0,001).

Ini juga merupakan kasus kejang infantile (TSC1 7%, TSC2


68%, dan NMI 42%;
P <.001)

kejang fokus (TSC1 13%, TSC2 66%, dan NMI 42%; P <.001)
tetapi tidak untuk jenis kejang lainnya.
Kesimpulan

• Meskipun banyak fitur TSC tidak muncul sampai kemudian


dalam kehidupan, sebagian besar bayi dengan TSC dapat
diidentifikasi dengan ekokardiogram untuk rhabdomyoma
jantung dan pemeriksaan kulit untuk makula hipomelanotik
• Diagnosis TSC dini pada bayi membuka peluang untuk diobati
sebelum timbulnya epilepsi atau gangguan perkembangan
saraf lainnya dan memungkinkan pengawasan ketat terhadap
gejala sisa TSC.
• Berdasarkan hasil statistik tingkat keparahan gejala
klinis(kejang) TSC terlihat pada TSC2
TERIMA KASIH 

You might also like