You are on page 1of 77

HUKUM KESEHATAN DASAR

Oleh :
dr. Suryo Wijoyo. SpF., MH(Kes)
Kasus dr.Ayu
PENDAHULUAN

Tuntutan hukum
terhadap dokter Kesadaran pasien akan
meningkat hukum meningkat

Kesadaran pasien
tentang hak-hak pasien

Interpretasi yang salah


tentang malpraktek

Seorang dokter tidak dapat disalahkan apabila tindakan yang dilakukan


sudah sesuai STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP)
Dokter tidak dapat dituntut bila :

• Berusaha mengobati pasien secara sungguh-


sungguh
• Tidak menelantarkan pasien
• Meringankan penderitaan pasien
• Bekerja secara tulus iklas
• Menggunakan ilmu dan keterampilan secara
maksimal
• Berusaha menyelamatkan pasien
 Walaupun pasiennya cacat atau meninggal dunia
Sikap Profesional Dokter

1. Sikap pribadi  sesuai etika profesi


2. Sikap bertanggung jawab pada :
• Pribadi/ Tuhan  sumpah dokter
• Masyarakat  pasien
• Pemerintah  Undang-undang Kesehatan
3. Sikap empati pada :
• Pasien
• Sesama Dokter
• Guru
4. Sikap Altruism (rela berkorban)
5. Sikap disiplin  bekerja sesuai tempat & waktu
Long Life Learning

Pendidikan di Fakultas Kedokteran :


Pendidikan dasar  kurikulum Standar
Pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis
Pendidikan Lanjutan :
Mengikuti Seminar/ Simposium
Diklat
Workshop
CME  Continuing medical Education
DOKTER ADALAH

Telah melalui sarjana pendidikan kedokteran (Fakultas Kedokteran)

Mampu mempraktekan ilmu dan ketrampilannya kepada orang sakit

UU No.29 tahun 2004 Mengucapkan sumpah


tentang praktek kedokteran dokter
Memiliki ijasah dokter
umum/spesialis
Memiliki Sertifikat
Kompetensi Kedokteran
Memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat
Izin Praktek (SIP) maks.3
tempat
Kewajiban Dokter

Bertanggung jawab dalam melakukan tindakan (Responsibilty and Liability)

Prinsip moral profesi

Autonomy Veracity
Menghormati hak pasien Kebenaran

Beneficence Fidelity
Berorientasi kepada kebaikan
Kesetiaan
pasien

Nonmaleficence
Privacy and Confidentiality
Tidak memperburuk kondisi
Menjagapasien
kerahasiaan

Justice
Keadilan distribusi dan meniadakan diskriminasi
HUKUM

• Kamus Besar B. Indonesia 1997 :


– Peraturan/ adat secara resmi mengikat &
dikukuhkan o/ penguasa, pemerintah/ otoritas
– UU, Peraturan, dsb u/ mengatur kehidupan
masyarakat
– Patokan (kaidah, ketentuan)
– Keputusan yang ditentukan o/ hakim dlm
pengadilan
Hukum Kesehatan

• Perumusan Prof. Leenen:


 Kesemua peraturan hukum yang
berhubungan langsung pada pemberian
pelayanan kesehatan dan penerapannya
pada hukum perdata, hukum administrasi dan
hukum pidana
Hukum perdata :

Hukum yang mengatur hubungan antar


individu dalam masyarakat.
Dikelompokan menjadi 5 bagian :
- Hukum keluarga
- Hukum harta kekayaan
- Hukum benda
- Hukum perikatan
- Hukum waris
GUGATAN HUKUM

(PERDATA & ADMINISTRASI)


• “Penggugat “ menggugat “tergugat”
dimuka Pengadilan Negeri, dengan
surat gugatan
• Penggugat : orang yang merasa
dirugikan
• Tergugat : orang yang digugat
• Surat Gugatan berisi materi yang
digugat
Hukum Pidana :

• Hukum yang mengatur perbuatan-


perbuatan yang dilarang oleh UU dan
berakibat diterapkannya hukuman bagi
siapa saja yang melakukannya dan
memenuhi unsur-unsur perbuatan yang
disebutkan dalam undang-undang pidana
tersebut
Perbuatan yang diatur dalam
Hukun Pidana
• Kejahatan  perbuatan yang tidak hanya
bertentangan dengan nilai moral, nilai
agama dan rasa keadilan masyarakat,
seperti mencuri, membunuh, berzinah,
dan memperkosa
• Pelanggaran  perbuatan yang hanya
dilarang oleh UU, contohnya pelanggaran
lalu-lintas antara lain; tidak pakai helm,
tidak mematuhi rambu-rambu lalu-lintas
TUNTUTAN HUKUM
(Pidana)

Tuntutan yang diajukan oleh Jaksa


/Penuntut Umum karena terjadinya
kejahatan
DEFINISI
MALPRAKTEK Mal = salah Praktek=Pelaksanaan/tindakan

Pelaksanaan atau tindakan yang salah dalam


rangka pelaksanaan suatu profesi.
Dalam hukum → suatu tindakan yang
disengaja (intentional) seperti pada
misconduct tertentu, tindakan kelalaian
(negligence) ataupun suatu
kekurangmahiran/ketidak kompetenan
yang tidak beralasan.
MALPRAKTIK KEDOKTERAN :
WORLD MEDICAL ASSOCIATION (WMA) 1992 :

“KEGAGALAN DOKTER UNTUK MEMATUHI STANDAR


PENGOBATAN DAN PERAWATAN TERHADAP PASIEN
ATAU ADANYA KEKURANGTRAMPILAN ATAU KELALAIAN
DALAM PENGOBATAN DAN PERAWATAN YANG
MENIMBULKAN CIDERA PADA PASIEN”
Pemahaman Masyarakat Tentang
Malpraktek
Masyarakat : Kenyataan :

• Asumsi masyarakat • Pelayanan kedokteran :


tentang kesehatan – Kompleks dan berjenjang
menyimpang – Pekerjaan yang dilakukan
• Anggapan bahwa dengan sepenuh hati
layanan di RS harus – Berhubungan dengan
selalu sempurna  manusia (HAM)
Pasien sembuh • Permasalahan :
• Dokter dianggap serba – Pasien sering dibawa
terlambat
bisa  tidak sembuh 
– Dokter multifungsi 
Malpraktek banyak jabatan dan kerja
overload
JENIS-JENIS MALPRAKTEK

Ethical Malpractice Legal Malpractice

Administrative
malpractice

Civil
malpractice

Criminal
malpractice
Unsur-unsur malpraktek
Membuka rahasia
Menahan-nahan pasien kedokteran tanpa hak

PASAL
UU RI333No.KUHP
29 tahun: 2004 Tentang Praktek Kedokteran Pasal 4 :
PASAL 322 KUHP :
Aborsi ilegal
Rahasiadokter
Setiap kedokteran dapat gigi
atau dokter dibuka
1. Perbuatan yang “menahan/merampas kemerdekaan”
kesehatan pasien,
kedokteran memenuhi permintaan
wajib menyimpan
hanya
dalam untuk kepentingan
melaksanakan
Euthanasia praktik
aparatur penegak
rahasia kedokteran.
2. barangsiapa
Yang ditahan dengan
adalahsengaja
orang membuka rahasia yang wajib
hukum dalam rangka penegakan hukum, permintaan pasien
disimpannya
Pasal 2 KODEKI
3. Penahanan karena: jabatan
terhadap orang atau pekerjaannya,
tersebut melawan hak baik yang
asasi manusia
sendiri, atau berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
4. sekarang
Adanya
Adalah
Di maupun
unsur
pengakhiran
Indonesia, yangdengan
sesuai dahulu,
kesengajaan
hidup diancam
dan melawan
pasien dengan
dengan
Pancasila, hukum pidana
sengaja
dokter atas
harus penjara
permintaan
mengerahkan
Pasal
UU No.346,347,
23 tahun 348, 349
1992 KUHP
tentang :Kesehatan :
paling
Seorang lama
pasien
segala dokter
sendiri Memberikan
sembilan
harus
kepandaian bulan
dan senantiasa atau
keluarganya
dan keterangan
dendamelaksanakan
berupaya
kemampuannya paling
untuk palsu
banyak
meringankanprofesinya
sembilan
sesuai ribustandar
dengan
penderitaan rupiah.
dan profesi yang
memelihara tertinggi”
hidup.
Pencabutan ijin praktek dan atau
Mengijinkan pengguguran kandungan apabiladikenakan sanksi paling
terdapat lama medis.
indikasi 4
Akan tetapi
tahun penjara tidak untuk mengakhirinya.
PASAL
PASAL 267 267 KUHPKUHP::

Jika
1. Seorang
Melakukan
keterangan diberikan
dokter yang
praktek
dengan maksud
dengan
tanpa
untuk
sengaja
ijin
memasukkan
memberikan surat
seseorang ke dalam
keterangan palsurumah sakit
tentang adajiwa
atauatau untuk penyakit,
tidaknya menahannya di
kelemahan
situ,atau
dijatuhkan
cacat, pidana
diancam penjara paling
dengan lamapenjara
pidana delapan tahun
paling enam
lama empat
bulan.
tahun.
Sengketa Medik

Gagal Berkomunikasi

Krisis Waktu
Usaha – usaha menghindari malpraktek

Semua tindakan sesuai indikasi medis

Bekerja sesuai standar profesi

Membuat informed consent

Implied
Mencatat semua consentyang dilakukan
tindakan

Apabila ragu-ragu
Expressedkonsul dengan konsulen
consent
Memperlakukan pasien secara manusiawi

Menjalin komunikasi yang baik


Unsur Pelanggaran

Negligence
(kelalaian)
Malfeasance
(Pelanggaran jabatan)
Misfiasance
(ketidakhati-hatian)
Lack of skill
(kurang keahlian)
Negligence (kelalaian)
Melakukan kelalaian sehingga mengakibatkan kerugian pada pasien.

“Tidak semua kegagalan medis adalah akibat malpraktik medis.


Suatu peristiwa buruk yang tidak dapat diduga sebelumnya yang
terjadi saat dilakukan tindakan medis yang sesuai standar tetapi
mengakibatkan cedera pada pasien tidak termasuk dalam
pengertian malpraktik atau kelalaian medik”

Duty
Lalai Jika?? Dereliction of the duty
Damage
Idirect causal relationship
Malfeasance
(pelanggaran jabatan)

Melakukan tindakan yang melanggar hukum atau


tindakan yang tidak tepat dan tidak layak
Misfeasance
(ketidak hati-hatian)
Melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi

dilaksanakan dengan tidak tepat (improper performance)

Lack of skill (kurang keahlian)


Melakukan tindakan diluar kemampuan atau kompetensi seorang

dokter, kecuali pada situasi kondisi sangat darurat, seperti melakukan

pembedahan oleh bukan dokter, dan mengobati pasien diluar

spesialisasinya.
ALAT BUKTI dalam perkara pidana
(Pasal 184 KUHAP)

A. keterangan saksi;
B. keterangan ahli;
C. surat;
D. petunjuk;
E. keterangan terdakwa
sendiri.
Sanksi Malpraktek
UU Praktek
KUHP Kedokteran

Pasal Pasal
359 75 ayat 1

Pasal Pasal
360 ayat 1 76

Pasal Pasal
360 ayat 2 79
LEX SPECIALIS DEROGAT LEX GENERALIS
(HUKUM YANG KHUSUS
MENGESAMPINGKAN HUKUM YANG
UMUM)

KUHP sebagai LEX GENERALIS,


UU KESEHATAN & UU PRAKTIK
KEDOKTERAN sebagai LEX SPESIALIS
KUHAP mengatur tata cara berproses di
muka Pengadilan
SANKSI PIDANA diatur dalam pasal 10
KUHP :

• Pidana pokok :
= pidana mati; pidana penjara; pidana kurungan;
pidana denda

• Pidana tambahan, :
- Pencabutan hak-hak tertentu;
- Perampasan barang-barang tertentu;
- Pengumuman keputusan hakim.
SANKSI PELANGGARAN :
ETIK • Peringatan lisan
• Peringatan tertulis
• Pemecatan sementara sbg anggota IDI
• Pencabutan ijin praktek selama 3-12 bln

DISIPLIN  Pemberian peringatan tertulis


 Rekomendasi pencabutan registrasi dan
SIP
 Kewajiban mengikuti pendidikan
kedokteran

HUKUM  Perdata –ganti rugi


 Pidana –mati, penjara, kurungan, denda,
pid. Tambahan
 Administrasi – paksaan pemerintah, ganti
rugi, pencabutan ijin, kompensasi.
Pelanggaran Disiplin
Pelanggaran aturan-aturan dan/atau ketentuan-ketentuan
penerapan keilmuan dalam pelaksanaan praktik
kedokteran yang harus diikuti oleh dokter.
(Perkonsil No.2 Tahun 2011)

Sanksi Pelanggaran Disiplin


-Peringatan tertulis;
-Rekomendasi pencabutan STR atau SIP;
-Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan
Pengawas Disiplin Profesi

• Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia


(MKDKI) bertugas :
– Menerima pengaduan, memeriksa dan memutuskan
kasus pelanggaran disiplin dokter
• Dokter yang melanggar disiplin :
– Diberikan peringatan tertulis
– Rekomendasi pencabutan STR dan/ atau SIP
– Kewajiban mengikuti pendidikan dan pelatihan
tertentu yang dibutuhkan
Wewenang MKDKI terhadap Pelanggaran
Disiplin
• Menentukan ada tidaknya pelanggaran
disiplin kedokteran
• Menetapkan sanksi disiplin

MKDKI tidak berwenang:


-Menangani sengketa antara dokter dan pasien/
keluarganya
-Menangani permasalahan ganti rugi yang diajukan
pasien/keluarganya.
Tahap Pemeriksaan Awal
Pengaduan Penetapan
Pihak yang Ppemeriksa awal
tertulis  MPA oleh
diirugikan investigasi 
verifikasi MKDKI
keputusan MPA

Ditolak diluar Pelanggaran


disiplin etik Pelanggaran disiplin

PELAKSANAAN KEPUTUSAN MAJELIS PEMERIKSA AWAL

Pengadu Sekretariat Penetapan


MKDKI Majelis
Pemeriksa
Disiplin oleh
Organisasi Ketua MKDKI
Profesi
Tahap Pemeriksaan Disiplin
Penetapan
Pemeriksaan Majelis Pemeriksaan
awal Pemeriksa proses keputusan
pelanggaran oleh Ketua pembuktian
disiplin MKDKI

Bebas/ tidak Peringatan Rekomendasi Wajib mengikuti


bersalah tertulis pencabutan pendidikan/ pelatihan
STR/SIP

PELAKSANAAN KEPUTUSAN MAJELIS PEMERIKSA DISIPLIN

Sekretariat Sekretariat Sekretariat Sekretariat


MKDKI MKDKI MKDKI MKDKI

KKI Dinkes
KKI
STR SIP
Standar Profesi
Pedoman dokter dalam menjalankan profesinya untuk
menjaga mutu pelayanan.

Penjelasan pasal 50 UU No. 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran :


kemampuan (pengetahuan/ knowledge, keterampilan teknis/ skill dan
sikap perilaku/ professional attitude) minimal yang harus dikuasai oleh
individu untuk dapat melakukan kegiatan profesinya di masyarakat
secara mandiri yang dibuat oleh organisasi profesi.

Pasal 2 KODEKI : Seorang dokter harus senantiasa melakukan


profesinya menurut ukuran tertinggi
Standar Profesi yang disusun oleh Perhimpunan
Dokter (IDI) meliputi :
Standar kompetensi dokter di indonesia dibuat
Standar
dengan tujuan agar kemampuan profesi dapat diukur
Kompetensi dengan jelas

Standar
Dibahas dalam pedoman etik
Perilaku
Standar
Dibahas dalam standar pelayanan medik
Catatan medik
Standar
Dibahas dalam standar fasilitas kesehatan
Sarana
Standar pelayanan medis
Standar pelayanan medis disusun oleh ikatan dokter indonesia
sebagai salah satu upaya penertiban dan peningkatan manajemen
rumah sakit dengan memanfaatkan pendayagunaan segala sumber
daya yang ada di rumah sakit

-Pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan


standar prosedur operasional serta kebutuhan medis
pasien
-Jenis penyakit
-Penegakan diagnosis
-Lama rawat inap
-Pemeriksaan penunjang yg diperlukan
-Terapi yg diberikan
Upaya peningkatan mutu pelayanan
kesehatan di indonesia
Meningkatkan mutu dan kuantitas sumber daya, tenaga, dan
material yang diperlukan dengan menggunakan teknologi tinggi
atau dengan kata lain meningkatkan input atau struktur

Memperbaiki metode atau penerapan teknologi yang


dipergunakan dalam kegiatan pelayanan, hal ini berarti
memperbaiki proses pelayanan kesehatan

Pelayanan medis di rumah sakit wajib mempunyai standar pelayanan


medisstandar operasional prosedur(SOP)
Contoh kasus

KASUS DR W
Seorang pasien berinisial DC yang berusia 3 tahun pada 28 April 2011
datang ke RS Krian Husada, Sidoarjo, Jatim. DC datang diantar orang
tuanya karena mengalami diare dan kembung. Kemudian dr W langsung
memberikan tindakan medis berupa pemasangan infus, suntikan, obat sirup
dan memberikan perawatan inap. Keesokan harinya, dr W mengambil
tindakan medis dengan meminta kepada perawat untuk melakukan
penyuntikan KCL 12,5 ml. Saat itu, dr W berada di lantai 1 dan tidak
melakukan pengawasan atas tindakan perawat tersebut dan DC kejang-
kejang. Akibat hal ini, DC pun meninggal dunia.

Analisa Kasus
-Penyuntikan KCL seharusnya dapat dilakukan dengan cara mencampurkan
ke dalam infus sehingga cairan KCL dapat masuk ke dalam tubuh penderita
dengan cara masuk secara pelan-pelan
Contoh kasus
Sindrom Steven Johnson (SSJ)

Pada tahun 2011, tubuh RN melepuh setelah menjalani pengobatan di


Puskesmas Ciracas. Kadinkes DKI Dien Emawati menyebut penyakit RN
adalah Sindrom Steven Johnson (SSJ). Keluarga mencurigai kasus ini
adalah malpraktek.

Analisa kasus:
• SSJ merupakan suatu kumpulan gejala klinis berupa kulit melepuh
kemerahan pada seluruh bagian kulit, bagian lunak seperti bibir serta
mata.
• Alergi obat + multifaktorial
• Tidak dapat dicegah.
• Dokter hanya bisa berhati-hati dan waspada saat penderita terdapat
riwayat alergi obat.
Keselamatan Pasien Dalam
UU. Tentang Rumah Sakit th 2009

 Asas & Tujuan : Pasal 2 : RS diselenggarakan


berasaskan Pancasila dan didasarkan kpd nilai
kemanusiaan, etika & profesionalitas, manfaat,
keadilan, persamaan hak & anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien,
serta mempunyai fungsi sosial.
 Tujuan : Pasal 3 ayat b : memberikan perlindungan
terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan
RS dan SDM di RS
 Kewajiban RS : Pasal 29 ayat b : memberi pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, &
efektif dgn mengutamakan kepentingan pasien sesuai
standar pelayanan RS.
Keselamatan Pasien Dalam
UU. Tentang Rumah Sakit th 2009

 Keselamatan Pasien : Pasal 43 :


1. RS wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
2. Std Keselamatan Pasien dilaksanakan melalui
pelaporan insiden, mnganalisa & menetapkan
pemecahan masalah dlm rangka menurunkan angka
KTD
3. RS melaporkan kegiatan ayat 2 kepada komite yg
membidangi KP yg ditetapkan Menteri
4. Pelaporan IKP pd ayat 2 dibuat secara anonim &
ditujukan utk mengkoreksi sistem dlm rangka
meningkatkan KP
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai KP ayat 1 & ayat 2 
Peraturan Menteri
1. Masalah komunikasi
Penyebab yang paling umum terjadinya medical errors.
a. Kegagalan komunikasi: verbal / tertulis, miskomuni
kasi antar staf, antar shift
b. Informasi tidak didokumentasikan dgn baik / hilang
c. Masalah2 komunikasi : tim layanan kesehatan di 1
lokasi, antar berbagai lokasi, antar tim layanan dgn
pekerja non klinis, & antar staf dengan pasien

2. Arus informasi yang tidak adekuat


a. Ketersediaan informasi yang kritis saat akan
merumuskan keputusan penting
b. Komunikasi tepat waktu & dapat diandalkan saat
pemberian hasil pemeriksaan yang kritis
c. Koordinasi instruksi obat saat transfer antara unit
d. Informasi penting tidak disertakan saat pasien
ditransfer ke unit lain / dirujuk ke RS lain
(AHRQ Publication No. 04-RG005, December 2003.)-Agency for Healthcare Research and Quality-
3.Masalah SDM
a. Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses2
b. Dokumentasi suboptimal & labeling spesimen yang
buruk
c. Kesalahan berbasis pengetahuan, staf tidak punya
pengetahuan yg adekuat, utk setiap pasien pd saat
diperlukan

4. Hal2 yang berhubungan dengan pasien


a. Identifikasi pasien yang tidak tepat
b. Asesmen pasien yang tidak lengkap
c. Kegagalan memperoleh consent
d. Pendidikan pasien yang tidak adekuat

(AHRQ Publication No. 04-RG005, December 2003.)-Agency for Healthcare Research and Quality-
5.Transfer pengetahuan di rumah sakit
a. Kekurangan pada orientasi atau training
b. Tingkat pengetahuan staf utk jalankan tugasnya
c. Transfer pengetahuan di RS pendidikan dimana
para Dr dlm pendidikan terlalu sering dirotasi ke
banyak bagian

6.Pola SDM / alur kerja


a. Para Dr, Perawat, dan staf lain sibuk karena SDM
tidak memadai
b. Pengawasan / Supervisi yang tidak adekuat

(AHRQ Publication No. 04-RG005, December 2003. )-Agency for Healthcare Research and Quality-
7. Kegagalan2 teknis
a. Kegagalan alat / perlengkapan : pompa infus, monitor
b. Komplikasi / kegagalan implants atau grafts
c. Instruksi tdk adekuat, peralatan dirancang secara
buruk bisa sebabkan pasien cedera
d. Kegagalan alat tdk teridentifikasi secara tepat sbg
dasar cederanya pasien, & diasumsikan staf yg buat
salah
e. RCA yg lengkap, sering tampilkan kegagalan teknis, yg
mula2 tdk tampak, tapi terjadi pd suatu KTD

8. Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat


a. Pedoman cara pelayanan dapat merupakan faktor
penentu terjadinya banyak medical errors
b. Kegagalan dlm proses layanan dpt ditelusuri
sebabnya pd buruknya dokumentasi, bahkan tdk ada
pencatatan, atau SOP2 klinis yang inadekuat
(AHRQ Publication No. 04-RG005, December 2003. )-Agency for Healthcare Research and Quality-
SEMBILAN SOLUSI KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT
 9 SOLUSI 
1. Perhatikan Nama Obat, Rupa dan Ucapan Mirip (Look-Alike,
Sound-Alike Medication Names)
2. Pastikan Identifikasi Pasien
3. Komunikasi secara Benar saat Serah Terima/Pengoperan Pasien
4. Pastikan Tindakan yang benar pada Sisi Tubuh yang benar
5. Kendalikan Cairan Elektrolit Pekat (concentrated)
6. Pastikan Akurasi Pemberian Obat pada Pengalihan Pelayanan
7. Hindari Salah Kateter dan Salah Sambung Slang (Tube)
8. Gunakan Alat Injeksi Sekali Pakai
9. Tingkatkan Kebersihan Tangan (Hand hygiene) untuk
Pencegahan Infeksi Nosokomial.
Tiga Fokus Memulai Keselamatan Pasien

 Atasi Budaya Menyalahkan


(Blame & Shame Culture  Blame Free Culture)

 Belajar dari kesalahan


(melalui Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien)

 Tingkatkan Partisipasi Pasien-Keluarga


(Communication, Empowerment)
Apakah Budaya Safety ?

Menyadari sifat pelayanan kesehatan berrisiko tinggi &


cenderung / mudah terjadi kesalahan
Semua pihak bertanggung jawab mengurangi risiko
Mendorong komunikasi yang terbuka tentang “safety”
dalam lingkungan yg “non-punitive” / tidak menghukum;
bebas dari ketakutan akan permasalahan pelaporan
Memfasilitasi pelaporan insiden KP & masalah “safety”
Belajar dari kesalahan & mendesain ulang sistem yg
lebih aman
Memelihara akuntabilitas utk KP
Memastikan struktur organisasi, proses, tujuan &
“rewards” terkait dgn peningkatan KP
(JCAHO)
Manfaat Penerapan
Sistem Keselamatan Pasien

1. Budaya Safety meningkat dan berkembang.


(Blame-Free culture, Reporting culture, Learning culture >>)
2. Komunikasi dengan pasien berkembang.
3. KTD menurun (Kurva Belajar). Peta KTD selalu ada
dan terkini.
4. Risiko Klinis menurun.
5. Keluhan dan Litigasi berkurang.
6. Mutu Pelayanan meningkat.
7. Citra RS dan Kepercayaan masyarakat meningkat,
diikuti Kepercayaan Diri yang meningkat.
TINJAUAN PUSTAKA

• Definisi rekam medis


– Permenkes No. 269/ MENKES/ PER/ III/ 2008
Berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada
pasien

– Ikatan Dokter Indonesia (IDI)


Rekaman dalam bentuk tulisan atau gambaran
aktivitas pelayanan yang diberikan oleh pemberi
layanan medik atau kesehatan kepada seorang
pasien
Tujuan Rekam Medis

• Fungsi Rekam Medis menurut


International Federation Health
Organization
1. Fungsi komunikasi
2. Kesehatan pasien yang berkesinambungan
3. Evaluasi kesehatan pasien
4. Rekaman bersejarah
5. Medikolegal
6. Tujuan statistik
7. Tujuan pendidikan dan penelitian
Manfaat Rekam Medis

• Menurut Peraturan Menteri Kesehatan


No. 749 a tahun 1989
1. Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan
pengobatan pesien
2. Sebagai bahan pembuktian dalam perkara
hukum
3. Bahan untuk kepentingan penelitian
4. Sebagai dasar pembayaran biaya pelayanan
kesehatan dan
5. Sebagai bahan untuk menyiapkan statistik
Jenis-jenis Rekam Medis

Rekam medis konvensional Rekam medis elektronik

• Keuntungan: • Keuntungan:
• Mudah didapatkan • Ringkas
• Tidak memerlukan keterampilan • Bisamenampung dalam jumlah
khusus banyak
• Mudah dibawa • Tidak memerlukan banyak tempat
• Dapat diisi kapan saja dan dimana dalam penyimpanan
saja • Dapat disimpan dalam jangka waktu
• Kerugian: yang lama
• Dapat terjadi kesalahan dalam • Kerugian:
penuisan dan pembacaan • Tergantung pada teknologi
• Tidak ringkas informasi (software dan hardware)
• Tulisan mungkin sulit dibaca • Operator
• Mudah rusak • Tergantung listrik
• Mudah terbakar
• Penyimpanan terbatas
Komponen Rekam Medis

• Identitas
• Sosial
• Medis
• Finansial
Penyimpanan dan Pemusnahan Rekam
Medis

• Diatur oleh Permenkes No. 269/MENKES/PER/III/2008


– Pemusnahan rekam medis pada unit RS maka harus memenuhi aturan
sebagai berikut:
• Rekam medis pasien rawat inap wajib disimpan sekurang-kuangnya 5 tahun
• Setelah 5 tahun rekam medis dapat dimusnahkan kecuali ringakasan pulang dan
persetujuan tindakan medik
• Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik wajib disimpan dalam jangka
waktu 10 tahun
• Rekam medis dan ringkasan pulang disimpan oleh petugas
– Pemusnahan rekam medis pada unit non RS
• Rekam medis pasien wajib disimpan sekurang-kuangnya 2 tahun
• Kerahasiaan isi rekam medis harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi,
petugas kesehatan lain, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan. Untuk keperluan tertentu rekam medis tersebut dapat dibuka dengan
ketentuan
– Untuk kepentingan kesehatan pasien.
– Atas perintah pengadilan untuk penegakan hukum.
– Permintaan dan atau persetujuan pasien sendiri.
– Permintaan lembaga atau institusi berdasarkan undang-undang.
– Untuk kepentingan penelitian, audit, pendidikan dengan syarat tidak
menyebutkan identitas pasien
Kepemilikan Rekam Medis

• Rumah sakit atau tenaga kesehatan


• Pasien
• Umum
Pemaparan Rekam Medis

• Pemaparan rekam medis harus seizin


pasien, kecuali:
1. Keperluan hukum
2. Rujukan ke pelayanan lain untuk
kepentingan pasien atau keluarganya.
3. Evaluasi pelayanan di institusi sendiri
4. Riset atau edukasi
5. Kontrak badan atau organisasi pelayanan
Pemanfaatan Isi Rekam Medis

• Data tanpa identitas : tidak ada


masalah hukum
• Data dengan identitas : perlu
diperhatikan faktor:
– Siapa yang meminta data
• Pasien
• Penegak Hukum
• Pihak lain
– Kepentingan
• Kepentingan yang menguntungkan pihak pasien
Kepentingan penegak hukum
• Kepentingan yang menguntungkan pihak lain
Aspek Hukum, Disiplin, Etik Dan
Kerahasiaan Rekam Medis

• Rekam medis sebagai alat bukti


• Kerahasiaan Rekam Medis
• Sanksi hukum
• Sanksi disiplin dan etik
Definisi

Informed : telah diberitahukan, telah


disampaikan atau telah
diinformasikan
Consent : persetujuan yang diberikan
kepada seseorang untuk
berbuat sesuatu
Definisi
Permenkes no 290/MENKES/PER/III/2008

Pasal 1 Ayat (1)


“Persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang
diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah
mendapat penjelasan secara lengkap mengennai tindakan
kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan
terhadap pasien”
Landasan Hukum

• Fatwa PB IDI melalui SK PB-IDI No. 319/PB/A.4/88 pada


tahun 1988
• Permenkes No. 290/MENKES/PER/III/2008 tahun 2008
• UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
• UU No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran
• KUH Perdata Pasal 1338
• Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 Tentang
Tenaga Kesehatan
Fungsi Informed Consent

1. Penghormatan terhadap harkat dan


martabat paien selaku manusia dalam
menentukan nasibnya sendiri
2. Untuk mendorong dokter melakukan
kehati-hatian dalam mengobati pasien
3. Secara tidak langsung merupakan
pemberian ijin oleh pasien pada dokter
untuk melakukan tindakan medis
4. Merupakan Risk Transfer
Penerapan Informed Consent

1. Dalam kasus-kasus yang menyangkut dengan


pembedahan / operasi
2. Dalam kasus-kasus yang menyangkut dengan
pengobatan yang memakai teknologi baru yang
sepenuhnya belum dipahami efek sampingnya
3. Dalam kasus-kasus yang memakai terapi atau obat
yang kemungkinan banyak efek samping, seperti
terapi dengan sinar laser,dll.
4. Dalam kasus-kasus penolakan pasien
5. Dalam kasus-kasus dimana di samping mengobati,
dokter juga melakukan riset dan eksperimen
dengan berobjekan pasien
Pemberian Informasi

ALASAN
PERLUNYA
TINDAKAN
MEDIS

KERUGIAN
BILA SIFAT
MENOLAK

INFORMASI
TINDAKAN
MEDIS TUJUAN
ALTERNATIF

AKIBAT
RISIKO
IKUTAN
Pemberian informasi

FRAUD FEAR

FORCE
Siapa yang berhak memberikan
informasi

TANGGUNG
DOKTER J
A
W
A
D B
E
L
E
G A S I
PERAWAT
Prosedur Informed Consent

S
A
K
S
I
• INFORMASI

DOKTER PASIEN
• PERSETUJUAN
CARA PEMBERIAN

Tidak
Dinyatakan
dinyatakan

Tertulis Tindakan pasien

Aturan hukum
pada situasi
Lisan
tertentu(kegawat
daruratan)
informasi minimal yang harus
diberikan pada pasien

• Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran


• Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan
• Alternatif tindakan, dan risikonya
• Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
• Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
• Perkiraan pembiayaan
Risiko dan komplikasi yang tidak
perlu disampaikan :
• Risiko dan komplikasi yang sudah menjadi
pengetahuan umum
• Risiko dan komplikasi yang sangat jarang
terjadi atau yang dampaknya sangat
ringan.
• Risiko dan komplikasi yang tidak dapat
dibayangkan sebelumnya (unforeseeable)
Kondisi Gawat Darurat

• Tidak ada kesempatan lagi untuk meminta


informed consent
• Tidak ada waktu lagi untuk menunda-nunda
• Suatu tindakan harus segera diambil
• Untuk menyelamatkan jiwa pasien atau anggota
tubuhnya (life or limb saving)
• Permenkes No. 290 tahun 2008 pasal 4
Kasus Dr.Ayu

Tanggal 10 April 2010


Ny. JF (25) yang sedang hamil anak kedua masuk ke RS Dr Kandau
Manado atas rujukan Puskesmas atas indikasi ketuban pecah dini. Pada
waktu itu, ia didiagnosis oleh Puskesmas dalam tahap persalinan
pembukaan dua.
Selanjutnya di RS Dr Kandau Manado, Ny.F dilakukan observasi inpartu.
Namun setelah delapan jam, tidak ada kemajuan dalam persalinan dan
muncul tanda-tanda gawat janin, sehingga ketika itu diputuskan untuk
dilakukan pengambilan tindakan yaitu operasi sectio caesaria.
Pada saat sayatan pertama operasi caesar dimulai, pasien mengeluarkan
darah yang berwarna kehitaman. Dokter menyatakan hal tersebut adalah
tanda bahwa pasien kurang oksigen. Setelah itu bayi berhasil dikeluarkan,
namun pasca operasi kondisi pasien semakin memburuk dan sekitar 20
menit kemudian, pasien dinyatakan meninggal dunia
TERIMA KASIH

You might also like