Professional Documents
Culture Documents
Oleh
Dr. Selviana, S.Ked
Pembimbing
Dr. Made Tirtha Yasa, Sp.A
Identitas Pasien
Kejang
Anamnesis
• RPS
post kejang 2 kali hari ini. Kejang pertama (pukul 13.00 WITA) selama ± 5 detik,
mata pasien tiba tiba melihat ke atas dan saat digendong pasien tiba tiba muntah
dan menangis. Kejang kedua (pukul 18.00 WITA) selama ± 15 menit, tipe kejang
bersifat kaku (tonik), saat kejang pasien tidak sadarkan diri.
Keluhan Demam (+) sejak tadi subuh, batuk (+) pilek (+) ± 1 minggu, muntah 1 kali
tadi siang, mencret (-). Nafsu makan menurun mulai hari ini, minum banyak (+), susu
Morinaga Soya
• RPD
- Riwayat GEA pada bulan mei
- Riwayat kejang pertama pada bulan juli
- Riwayat kejang kedua pada bulan desember
• RPK
– Riwayat Keluarga sakit Serupa (DM) : Kakak Kandung
• Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan di : Bidan dan Dokter
Frekuensi :
Trimester I : 1x/ 1 bulan
Trimester II : 2x/ 1 bulan
Trimester III : 2x/ 1 minggu
Keluhan selama kehamilan: tidak ada
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan
tablet penambah darah.
• Riwayat Kelahiran :
Pasien lahir di rumah sakit dengan berat badan lahir 3300
gram dan panjang 50 cm, lahir spontan, langsung menangis
kuat segera setelah lahir, usia kehamilan 39 minggu.
• Riwayat Postnatal :
Rutin ke dokter setiap bulan untuk menimbang badan dan
mendapat imunisasi.
Riwayat Imunisasi
• Riwayat Petumbuhan dan Perkembangan
Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
Duduk sendiri : 6 bulan
Berdiri sendiri : 11 bulan
Berjalan : 13 bulan
Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2,5 bulan
Berkata (tidak spesifik) : 8,5 bulan
Motorik halus
Memegang benda : 3,5 bulan
Personal sosial
Tersenyum : 2 bulan
Mulai makan : 6 bulan
Tepuk tangan : 9 bulan
Uvula ditengah, tonsil hiperemis (+), T3-T3 , Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
faring hiperemis (-) Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Leher Redup relatif di : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Trakea di tengah, kelenjar getah bening
Auskultasi : SD vesikuler (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-)
tidak membesar
Pemfis (next)
Abdomen Pemeriksaan Neurologis
Inspeksi : dinding dada setinggi
dinding perut Motorik : Koordinasi baik
Auskultasi : peristaltik (+) meningkat kekuatan
Perkusi : tympani
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar
tidak teraba, lien tidak teraba, turgor Sensorik : Belum dapat dinilai
kembali cepat.
Reflek Fisiologis
• Urogenital : dalam batas normal R. Biseps : (+2/+2)
R. Triseps : (+2/+2)
• Ekstremitas : R. Patella : (+2/+2)
Akral dingin (-) R. Archilles : (+2/+2)
Sianosis (-)
Oedem (-) Reflek Patologis
Wasting (-) R. Babinsky : (-/-)
ADP teraba kuat R. Chaddock : (-/-)
• CRT <2” R. Oppeinheim: (-/-)
Meningeal Sign
Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Pemeriksaan Penunjang :
Lab :Tanggal 14 Desember 2017
MCV 75
GDA 112
MCH 25
MCHC 34
Eos 2
Bas 1
Stab 0
Segment 84
Lymphosit 9
Monosit 4
Pemeriksaan Penunjang :
Lab :Tanggal 16 Desember 2017
Pemeriksaan Hasil
Tinja/ Feses
14.35
Makroskopis
Konsistensi Lembek
Warna Cokelat
Darah (-)
Lendir (+)
Mikroskopis
Eritrosit 1-2
Leukosit 2-3
Amoeba (-)
Kista (-)
Telur Cacing (-)
Sisa Makanan (+)
Lain- Lain Bakteri (+)
Resume
• S : Kejang (+) 2x hari ini, kejang pertama ± 5
detik, kejang kedua ± 15 menit bersifat tonik,
pasien tidak sadar selama kejang. Febris (+) mulai
subuh, batuk pilek (+) ± 1 minggu, nausea (+)
vomite (+) 1x tadi siang
• Ad vitam : Bonam
• Ad functionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Banding
Penatalaksanaan
Mencari dan
Pengobatan
mengobati
• Diazepam Penunjang • Profilaksis intermitten
•Rektal •Paracetamol
penyebab
•IV • Monitor jalan nafas •Ibuprofen • ISPA
• Melonggarkan pakaian ketat • Profilaksis Jangka Panjang • Otitis Media Akut
• Posisi kepala di miringkan •Fenitoin • Infeksi Saluran Kemih dan
untuk mencegah aspirasi •Fenobarbital Saluran Cerna
• kompres •Asam Valproat
• Ad vitam : Bonam
• Ad functionam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
Pembahasan Kasus
• Penegakan diagnosis kejang demam kompleks dilakukan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Dari anamnesis didapatkan, pasien mengalami kejang
saat demam sebanyak 2 x dalam waktu 24 jam, dengan lama
kejang I ±5 detik dan kejang II ± 15 menit. Kejang bersifat umum
yang didahului kejang parsial. Selama kejang pasien tidak sadar
dan pasien sadar diantara dua serangan kejang. Hal ini sesuai
dengan kriteria diagnosis kejang demam kompleks. Pasien juga
tidak mempunyai riwayat kejang pada saat tidak demam, untuk
menyingkirkan diagnosis epilepsi.
• Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya hiperemis pada tonsil
yang dicurigai sebagai penyebab kejang demam akibat
tonsilifaringitis. Tidak adanya kaku kuduk, rangsang meningeal,
refleks patologis menunjukkan penyebab kejang demam pada
pasien tidak disebabkan oleh proses intrakranial walaupun hal ini
harus dipastikan lebih lanjut dengan pemeriksaan pungsi lumbal.
• Dari pemeriksaan penunjang darah rutin yang penting menunjukkan
adanya peningkatan kadar leukosit dalam darah (12.200/mm3).
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaam kadar elektrolit dalam darah
untuk menyingkiran kemungkinan kejang akibat gangguan elektrolit
dan hasil dari pemeriksaan elektrolit tidak menunjukkan adanya
gangguan elektrolit. Pemeriksaan pungsi lumbal juga dianjurkan
pada pasien ini untuk memastikan tidak adanya penyebab
intrakranial untuk terjadinya kejang.
• Penatalaksanaan pasien ini pemberian cairan infus Kaen 3B. Hal ini
untuk memberikan kebutuhan glukosa, cairan, dan elektrolit pada
pasien yang saat demam, tidak terpenuhi asupannya. Pasien masuk
ke ruang perawatan dalam keadaan tidak kejang lagi, sehingga
seharusnya diberikan obat anti kejang profilaksis intermitten yaitu
diazepam dengan dosis 0,3mg/kgBB setiap 8 jam untuk oral atau
0,5 mg/kgBB setiap 8 jam untuk rektal.