You are on page 1of 21

KELOMPOK 8

LARAS PUTRI SYAHERA (1511011003)


INDRIYANI (1511011008)
FAIRUZA AULIA (1511011022)
AZIZA WARDI (1511012032)
Tetanus adalah toksemia aku
karena neurotoksin dari Gambar 1. Pewarnaan Gram pada kultur
Clostridium Tetani dengan Pembesaran
Clostridium tetani ditandai 1000x 3

dengan spasme otot secara


periodik dan berat

Bakteri Gram positif basilus, panjang


2–5 um dan lebar 0,3–0,5 um,
bersifat anaerob. C. tetani dapat
dibedakan dari tipe lain
berdasarkan flagella antigen.
(Adams, 1997 & Safrida, 2010)
C. tetani (spora) → masuk ke tubuh melalui
luka (luka tusuk, luka bakar, luka lecet, otitis
media, infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis,
abortus, tali pusar) yang terkontaminasi
dengan debu, tanah, tinja binatang, pupuk.

(Safrida, 2010)
(Safrida, 2010)
Masa inkubasi tetanus antara 3–21 hari, namun dapat singkat
(1–2 hari) dan kadang > 1 bulan.

Makin pendek masa inkubasi makin jelek


prognosisnya.

Ada hubungan antara jarak tempat invasi C. tetani dengan


susunan SSP dan interval antara luka dan permulaan penyakit,
dimana makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin panjang.

(Safrida, 2010)
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis dan
riwayat luka infeksi
* • Pemeriksaan laboratorium kurang menunjang

• Dapat dilakukan pemeriksaan darah rutin,


elektrolit, ureum, kreatinin, mioglobin Urin,
* AGD, EKG serial dan kultur untuk infeksi.

• Pada pemeriksaan darah rutin tidak


ditemukan nilai– nilai yang spesifik; lekosit
* dapat normal atau dapat meningkat

(Safrida, 2010)
(Safrida, 2010)
Tujuan terapi:

mengeliminasi kuman tetani

menetralisirkan peredaran toksin

mencegah spasme otot

memberikan bantuan pemafasan


sampai pulih

(Adams, 1997)
Tujuan dapat dicapai dengan

Merawat dan membersihkan luka


sebaik-baiknya

Diet cukup kalori dan protein

Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan


tindakan terhadap penderita.

Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi


bila perlu

Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

(Adams, 1997)
bertujuan membunuh bentuk
• Antibiotika: vegetatif dari C.tetani, bukan untuk
toksin yang dihasilkannya.

Peniciline 1,2 juta unit/ hari selama


10 hari, secara IM.

Pada ANAK: Peniciline 50.000 Tetrasiklin 30-40 mg/kgBB/


Unit/ KgBB/ 12 jam secara IM 24 jam, tidak lebih 2 gram
selama 7-10 hari dan diberikan dalam dosis
terbagi (4 dosis).

Peniciline 200.000 unit/ kgBB/


24 jam secara IV, dalam 6
dosis terbagi selama 10 hari.
(Adams, 1997)
• Antitoksin

Human Tetanus Tetanus antitoksin (dari hewan),


Immunoglobulin (TIG) dosis dosis 40.000 U, dengan cara
3000-6000 U, 1 x pemberian pemberian: 20.000 U + 200 cc
saja, secara IM (tidak boleh lar. NaCl fisiologis, pemberian
secara IV), karena TIG harus selesai waktu 30-45 menit
mengandung "anti secara IV. Setengah dosis sisa
complementary aggregates of (20.000 U) secara IM pada
globulin“→ reaksi allergi serius. daerah bagian luar.

(Adams, 1997)
• Tetanus Toksoid (TT)

Pemberian pertama bersamaan


dengan pemberian antitoksin tetapi
pada sisi dan alat suntik berbeda
secara IM. Pemberian harus
dilanjutkan sampai imunisasi dasar
terhadap tetanus selesai.

(Adams, 1997)
• Antikonvulsan

• Diazepam 0,5 – 1,0 mg/ kg BB/


4 jam (IM)
Untuk mengatasi kejang • Meprobamat 300 – 400 mg/ 4
jam (IM)
yang ditimbulkan oleh • Klorpromasin 25 – 75 mg/ 4 jam
tetanus neonatorum (IM)
• Fenobarbital 50 – 100 mg/ 4 jam
(IM)

(Adams, 1997)
TATA LAKSANA TETANUS
GENERALISATA DENGAN KARIES GIGI
(LAPORAN KASUS)
Pasien Tn. I berumur 46
tahun, datang ke RS dengan
kekakuan seluruh tubuh Pasien juga merasakan demam
pada saat 1 minggu sebelum
sejak 7 hari yang lalu
masuk RS & keluhan gigi
sebelum masuk RS. Awalnya berlubang yang sering terasa
pasien merasakan kekakuan nyeri sejak 1 bulan terakhir.
pada rahangnya sehingga Terkadang pasien mencongkel
sulit membuka mulut dan gigi yang berlubang dengan
menelan, kemudian pasien peniti dan pentul. Pasien tidak
merasakan tubuhnya seperti memiliki & tidak mengalami
robot yang sulit bergerak, riwayat penyakit kejang
berjalan, berbicara dan sebelumnya
mengalami hambatan
dalam segala aktivitas.
(Safrida, 2010)
Pasien adalah seorang nelayan
yang sehari-hari bekerja di
Keluarga pasien tidak ada
laut dan tambak. Pasien tidak
yang pernah menderita
pernah menggunakan sandal
epilepsi dan tidak pernah
atau sepatu ketika bekerja.
menderita penyakit seperti
Pasien juga mengaku sering
yang diderita pasien. Pasien
mengalami luka akibat terkena
berasal dari keluarga ekonomi
serpihan keong dan benda-
menengah ke bawah yang
benda tajam lainnya. Namun
sehari-hari menggantungkan
pasien mengaku luka tersebut
kehidupannya dari pekerjaan
sembuh dan tidak pernah
sabagai nelayan
mengalami gangguan yang
seperti pasien rasakan saat ini

(Safrida, 2010)
Pada saat pemeriksaan fisik
pertama kali pasien tampak
gelisah, rahang dan seluruh
tubuh kaku dengan GCS
E4M6V5. Tanda vital: tekanan
darah 144/94 mmHg, frekuensi
nadi 104 x/ menit, volume
cukup, regular, frekuensi napas
30 x/ menit, simetris, regular,
kedalaman cukup, dan suhu
tubuh 37 °C.

(Safrida, 2010)
(Safrida, 2010)
• Tetanus adalah suatu toksemia akut karena neurotoksin dari
Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan
berat pada fase akut (paralitik spastik) karena tetanospasmin.
• Diagnosa tetanus didasarkan pada klinis dan riwayat infeksi sebagai
port d entry.
• Penatalaksanaan yang tepat dan cepat sangat menentukan
prognosis pasien. Prognosa didasarkan pada onset, masa inkubasi,
umur, penatalaksanaan, adanya kejang dan demam.
• Tatalaksana infeksi sebagai port d entry penting dilakukan pada
pasien untuk mencegah berkembangnya toksin.
• Edukasi terhadap pasien mengenai sumber infeksi dan immunisasi
tetanus penting dilakukan guna mencegah berulangnya tetanus.

(Safrida, 2010)
• Adams. R.D,et al. 1997. Tetanus in: Principles of New'ology,
McGraw-Hill.
• Safrida, Wati dan Syahrul.2010. Tata Laksana Tetanus
Generalisata Dengan Karies Gigi (LAPORAN Kasus).
Cakradonya Dental Journal. Residen Neurologi Fakultas
Kedokteran Unsyiah-RSU

You might also like