Professional Documents
Culture Documents
DIABETIKUM
( KAD )
KEPANITERAAN KLINIS SMF ILMU
PENYAKIT DALAM
FK UNIZAR / RSUD TANJUNG
KABUPATEN LOMBOK UTARA
AGUSTUS 2018
DEFINISI
Suatu keadaan darurat akibat kurangnya insulin
absolut maupun relatif disertai peningkatan hormon-
hormon counter regulatory (katekolamin, glukagon,
kortisol, dan growth hormone).
PENYEBAB
Penyakit atau
keadaan yang
meningkatkan
kenaikan
metabolisme
Penghentian sehingga kebutuhan Pasien baru DM tipe
pemberian insulin meningkat (infeksi, 1
trauma) dan
peningkatan kadar
hormon anti insulin
(glukagon, epinefrin,
kortisol)
PATOFISIOLOGI
HIPERGLIKEMIA
GANGGUAN
PENGARUH
GLIKOGENOLISIS PENGGUNAAN
GLUKONEOGENESI HORMON ANTI
DIPERCEPAT GLUKOSA OLEH
S MENINGKAT INSULIN
JARINGAN PERIFER
Secara klinis hiperglikemia akan menyebabkan diuresis osmotik, karena ginjal
mempunyai ambang terhadap KGD (180 mg/dl) yang dapat direabsorpsi
Diuresis osmotik (poliuria) akan menyebabkan dehidrasi dan rasa haus. Dehidrasi
ini akan menyebabkan berat badan menurun
Defisiensi insulin akan menyebabkan lipolisis sehingga kadar asam lemak dalam darah
meningkat. Asam lemak bebas kemudian diambil oleh hati yang selanjutnya dioksidasi
menjadi badan-badan keton (aseto asetat dan asam hidroksibutirat)
Pada KAD sering terjadi pseudohiponatremia, sehingga perlu dilakukan koreksi dengan
rumus: Na Yang diukur + {glukosa (mmol/L – 5,6} / 2
Pada KAD total body kalium rendah, sehingga walaupun pemeriksaan kalium darah
normal, kalium sebaiknya diberikan sejak awal tata laksana
Defisiensi insulin absolut
ATAU
Stress, infeksi atau asupan insulin yang tidak adekuat
Hormon counter-regulatory
Glukagon Kortisol
Katekolamin growth hormon
substrat
glukoneogenik
++
FFA ke hepar glukoneogenesis
hiperglikemia
ketogenesis
Fungsi ginjal
terganggu
DIAGNOSIS
KETOASIDOSIS
DIABETIKUM
Hiperglikemia bila kadar gula darah >11 mmol/L
(1 mmol/L = 18 mg/dL)
pH vena <7,3 atau bikarbonat <5 mmol/L
Bikarbonat <15 mmol/L
Ketonemia dan ketonuria
Berat ringannya KAD dibagi
berdasarkan tingkat asidosisnya:
2. MENGHENTIKAN
KETOGENESIS
4. MENCEGAH
• MELALUI PEMBERIAN
KOMPLIKASI (EDEMA
INSULIN,
INTRASEREBRAL,
HIPOGLIKEMIA DAN • SEHINGGA
HIPOKALEMIA) MENGHENTIKAN PROSES
• PROTEOLISIS DAN
LIPOLISIS
3. KOREKSI GANGGUAN
ELEKTROLIT
PERKIRAAN DERAJAT
DEHIDRASI PENDERITA
5% : turgor menurun, mukosa mulut kering,
takikardi, takipnea.
10% : kelopak mata cekung, ubun-ubun cekung,
turgor menurun lebih berat.
>10% : renjatan, nadi tak teraba atau sangat
lemah, hipotensi, oliguria.
CAIRAN
Status cairan harus tiap klai dinilai untuk melihat
apakah kita cukup memberikan rehidrasi.
Bila poliuria masih terus berlangsung mungkin
ballans cairan masih negatif dan kita belum
berhasil merehidrasi penderita dengan baik.
Penderita harus puasa sampai keadaan stabil.
RESUSITASI
Renjatan (hipotensi, perfusi perifer yang
mneurun oliguria):
Resusitasi cairan menggunakan 0,9% salin, dengan
dosis 10-20 ml/kgBB yang diberikan selama 1-2 jam.
Penggunaan cairan koloid belum terbukti lebih
baik dari pada cairan kristaloid
Pada penderita syok diberikan oksigen
BIKARBONAT JARANG DIPERLUKAN,
KECUALI bila :
-Renjatan berat
-pH darah < 6,9 dan/atau HCO3 < 5 mmol/L)
Dosis: 1-2 mmol/KgBB
NATRIUM
Asidosis
persisten
Hipokalemia
Edema
intraserebral
TERIMA KASIH