Professional Documents
Culture Documents
Profil Ekstraoral
• Dilihat dari mesofacial tampak
cembung dengan bibir atas
dan bawah protrusif.
• Cepalogram anteroposterior
menunjukkan septum hidung
yang miring tanpa disertai
asimetri wajah
6
Transposisi Gigi
• Incisive lateral rahang atas kiri Incisive central dan
dengan caninus sulung rahang premolar pertama rahang
atas kiri atas kanan rotasi 90◦
• Supernumery teeth dengan kekanan
premolar pertama rahang atas
Incisive lateral dan molar
kanan
kedua sulung rahang atas
kiri ada / dipertahankan
• Kontrol setelah
perawatan
menunjukkan tujuan
dari treatment telah
tercapai. Wajah
menunjukkan estetika
profil, overjet dan
overbite yang
terkoreksi.
Analisa sefalometri pasca perawatan didapatkan
perubahan skeletal ANB=6,3o; Wits=3,5mm dan
sudut bidang mandibula stabil (SN-MP=4,2) gigi
insisif rahang atas proklinasi dengan sudut U1-
SN=91,1; gigi insisif rahang bawah retroklinasi
(IMPA=72,0)
21
Case report 1 from Department of Orthodontics, Government of Dental College and Hospital, Ahmedabad,
Gujarat, India ,2015
24
• Pemeriksaan ekstraoral
Pre-treatment extraoral
Jenis wajah pasien leptopropic dengan gaya berjalan dan postur tubuh
yang normal, profil jaringan lunak cekung, sulkus mentolabial dangkal,
wide buccal corridors dan terdapat jaringan parut dari perbaikan bibir
sumbing
26
Pre-treatment intraoral
Pemeriksaan intraoral
menunjukkan molar kanan
kelas I dan molar kiri
dengan relasi edge to edge.
terdapat pergeseran garis
median ke arah sisi kanan.
Pasien memiliki overjet -6
mm dan 4 mm overbite
dengan kurva of spee 1 mm
27
• Diagnosis
• Pasien cleft lip and palate unilateral, dengan relasi
molar Angle kelas I di sisi kanan dan edge to edge
pada molar di sisi kiri, pola skeletal Kelas III
dengan penurunan panjang lengkung rahang atas.
29
Tujuan perawatan
TEATMENT PLAN
1. Perawatan wajah yang abnormal dengan
intervensi bedah dilakukan after growth is
completed
2. Perawatan extraoral traction terhadap maxilla.
• Hasil
1. SNA meningkat dari 73 ke 75
2. ANB dari -2 ke + 2
3. Wits appraisal -9 mm menjadi + 3 mm.
4. Perbaikan dari Nasion ke titik A telah dicapai
(dari -10 mm ke -5 mm).
5. Angle of convexity dikoreksi dari -10 ke 0 profil
menjadi cekung dari lurus sebelumnya.
6. Upper incisor to NA berubah dari 30, 6 mm
hingga 27, 6 mm .
7. lower incisor to NB berubah dari 21, 4 mm ke
24, 7
38
Epidemiologi
• Cleft memiliki frekuensi yang berbeda-beda
pada berbagai budaya dan ras serta negara.
Diperkirakan 45% dari populasi adalah non-
Kaukasia.
(Tolarova, 2009).
42
Klasifikasi
1. Klasifikasi Morfologi (The Veau clasification 1931)
Kelompok
Kelompok1 1 : Cleft of the soft
Kelompok2 2 : Cleft of the hard and soft
Kelompok
palate only
palate till the incisive foramen
Pic:www.childrensmn.org
Pic:www.mitchmedical.us
44
www.pocketdentistry.com
www.jclcpa.org
45
Melibatkan struktur :
• Hanya bibir
• Bibir dan tulang alveolus (tulang alveolus adalah
tulang rahang atas yang ditempati oleh gigi dan
berada pada clefts defect tulang di alveolus dapat
disertai kehilangan gigi seri lateral rahang atas
• Bibir, alveolus, hard palate
• Lip, alveolus, hard and soft palate
• Hanya soft palate
48
49
• Faktor genetik :
Mutasi gen
Kelainan kromosom : 75% dari faktor keturunan
resesif dan 25% bersifat dominan.
(Vinod,2009)
50
Patogenesis
Aspek frontal dari wajah
A)Embrio 5 minggu
B)Embrio 6 minggu
Tonjol nasal sedikit demisedikit
terpisah darit onjol maksila
denganalur yang dalam
C)Embrio 7 bulan
D)Embrio 10 bulan
Tonjol maksila berangsur-
angsur bergabung dengan
lipatan nasal dan alur terisi
dengan mesenkim
Gangguan Dental
Infeksi Telinga
Gangguan Bicara
53
Gangguan Dental
1. Supernumerary teeth
2. Conginetal missing teeth
3. T-cingulum
4. Peg-shape teeth
5. Thick curved hypoplastic incisor
6. Natal teeth (riga fede syndrome)
7. Gemination conical tooth pada
regio insisif lateral
8. Delayed eruption gigi permanen
9. Hipoplasi gigi insisif
54
Pedegree
55
• Pendekatan multidisipliner
Memperbaiki
Menghindari nutrisi Ibu
merokok