You are on page 1of 17

Disusun Oleh :

Kelompok 6
1. Lorince Ludji (20161220032)
2. Titin Etika (20161220104)
3. Adeka Putri Wulan Nuari (20161220103)
Pengertian Utang Pajak
 Menurut hukum perdata, utang adalah perikatan yang
mengandung kewajiban bagi salah satu pihak (baik
perorangan maupun badan sebagai subjek hukum)

Kreditur
 Secara yuridis hal utang
dibedakan dua pihak
Debitur
Timbulnya sifat dari utang
 Utang perdata
 Utang pajak
Timbulnya utang pajak
 Terdapat dua ajaran mengenai saat timbulnya utang
pajak, yaitu:
1. Menurut ajaran materiil, utang pajak timbul jika ada sesuatu
yang menyebabkan (tastbestand), yaitu rangkaian dari
perbuatan-perbuatan, keadaan-keadaan, dan peristiwa-peristiwa
yang dapat menimbulkan utang pajak dan bukan karena
ketetapan oleh fiskus
2. Sedangkan menurut ajaran formal, utang pajak itu timbul
karena adanya surat ketetapan pajak oleh fiskus
Berakhirnya utang pajak
 Utang pajak dapat berakhir karena hal-hal berikut:
1. Pembayaran/pelunasan
2. Kompensasi
3. Penghapusan utang
4. Kadaluwarsa
5. Pembebasan
Sistem Pemungutan Pajak
 Ada tiga system pemungutan pajak yang berlaku,
yaitu:
1. Sistem Offical Assesment, adalah system pemungutan pajak
dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh
Wajib Pajak dihitung dan tetapkan Fiskus.
2. Sistem Self Assesment, adalah system pemungutan pajak dimana
Wajib Pajak harus menghitung, memperhatikan, membayar
sendiri dan melaporkan jumlah pajak yang terutang sesuai
dengan ketentuan peraturan perpajakan.
3. Sistem Witholding, adalah system pemungutan pajak dimana
besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga.
Fungsi Ketetapan Pajak
 Ketetapan pajak berfungsi sebagai berikut :
1. Koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT
Wajib Pajak .
2. Sarana untuk mengenakan sanksi administrasi
perpajakan.
3. Sarana administrasi untuk melakukan penagihan
pajak.
4. Sarana untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam
hal lebih bayar.
5. Saran untuk memberitahukan jumlah pajak yang
terutang.
Jenis Ketetapan Pajak
 Berikut ini merupakan jenis-jenis ketetapan pajak:
1. Surat Tagihan Pajak (STP)
2. Surat Ketetapan Pajak
3. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang ( SPPT )
Pembetulan Surat Ketetapan Pajak
Pembetulan Surat Ketetapan Pajak antara lain sebagai
berikut:
1. Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur
Jenderal Pajak dapat membetulkan Surat Ketetapan Pajak ,Surat
Tagihan Pajak,Surat Keputusan Pembetulan,Surat Keputusa
Keberatan , Surat Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi,
Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak,atau Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam penerbitannya
terdapat kesalahan tulis,kesalahan hitung,dan/atau kekeliruan
penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-
undangan perpajakan.
2. Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 ( enam
) bulan sejak tanggal surat permohonan pembetulan
diterima,harus memberi keputusan atas permohonan
pembetulan yang diajukan Wajib Pajak.
3. Apabila jangka waktu 6 (enam) bulan telah lewat,tetapi Direktur
Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pembetulan yang duajukan tersebut dianggap dikabulkan.
4. Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib
memberikan keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang
menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan Wajib Pajak.
Ketentuan Pelunasan Pajak dan
Hak Mendahulu
 Ketentuan-ketentuan Pelunasan Pajak
Ketentuan-ketentuan dalam pelunasan pajak adalah sebagai
berikut:
1. Surat tagihan pajak, surat keterangan pajak kurang bayar, serta
surat ketetapan pajak kurang bayar tambahan, dan surat
keputusan pembetulan, suat keputusan Keberatan, putusan
banding, serta putusan peninjauan kembali yang menyebabkan
jumlah pajak yang masih harus dibayar bertamabah, merupakan
dasar penagihan pajak.
2. Apabila surat ketetapan pajak kurang bayar atau surat ketetapan
pajak kurang bayar tambahan, serta surat keputusan pembetulan,
surat keputusan keberatan, putusan banding atau putusan
peninjauan kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih
harus dbayar, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang
dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 (dua) % per
bulan untuk seluruh masa.
3. Jika Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak juga dikenai sanksi administrasi berupa bunga
2% perbulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan
bagian dari bulan hitung 1 (satu) bulan.
4. Jika wajib pajak boleh menunda penyampaian surat
pemberitahuan dan ternyata perhitungan sementara terutang
kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang atas
kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenai bunga sebesar 2%
perbulan yang dihitung saat berakhirnya batas waktu
penyampaian surat pemberitahuan sampai dengan tanggal
dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut dan bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
5. Atas jumlah pajak yang harus dibayar, yang berda sarkan surat
tagihan pajak, surat ketetapan kurang bayar ,serta surat ketetapan
kurang bayar tambahan , dan surat keputusan pembetulan , surat
keputusan keberatan , putusan banding , serta putusan
peninjauan kembali yang menyebabkan jumlah pajak yang masih
harus di bayar bertambah , yang tidak di bayar oleh penanggung
pajak dalam jangka waktu 1(satu ) bulan sejak di terbitkan atau
bagi wajib pajak usaha kecil dan wajab pajak di daerah tertentu
yang mendapat perpanjangan paling lama menjadi 2 ( dua ) bulan
akan dilaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa sesuai
dengan kentuan peraturan perundang – undangan perpajakan .
6. Dikecualikan dari kententuan di atas (nomor 5) adalah
penagihan seketika dan sekaligus yang dilakukan.
7. Penagihan pajak dengan surat paksa di laksanakan sasuai
degan ketentuan peraturan perundang – undangan
perpajakan.
 Hak Mendahulu
Hal – hal yang berkaitan dengan hak mendahulu sebagai
berikut:
1. Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-
barang milik penanggung pajak.
2. Ketentuan tentang hak mendahului meliputi pokok pajak, sanksi
administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan biaya penagihan
pajak.
3. Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu
lainya, kecuali terhadap :
a) biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk
melelang suatu barang bergerak dan/atau barang tidak bergerak.
b) biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang.
c) biaya perkara,yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyesuaian suatu
warisan.
4. Jika wajib pajak dinyatakan pailit, bubar atau dilikuidasi maka
curator, likuidator, atau orang atau badan yang ditugasi untuk
melakukan pemberesan dilarang membagikan harta Wajib Pajak
dalam Pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham
atau kreditur lainya sebelum menggunakan harta tersebut untuk
membayar utang Wajib Pajak tersebut.
5. Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun
sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Keteatapan
Pajak Kurang Bayar, urat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
keberatan, Putusan banding, atau Putusan Peninjauan Kembali
yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah.
6. Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan:
a) jika surat paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi maka jangka waktu
5 (tahun) sebagaimana dimaksud pada ayat 4 dihitung sejak pemberitahuan
Surat Paksa atau.
b) jika diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran
pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut dihitung sejak
batas akhir penundaan diberikan.
Kedaluwarsa dan Gugatan
 Kedaluwarsa
 Gugatan
Kesimpulan
 Sistem pemungutan pajak kita sekarang ini menganut sistem self
assessment yaitu Wajib Pajak diwajibkan untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar sendiri, dan melaporkan pajak yang
terutang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
sehingga penentuan besarnya pajak yang terutang dipercayakan pada
Wajib Pajak sendiri melalui Surat Pemberitahuan (SPT) yang
disampaikannya. Penerbitan suatu surat ketetapan pajak hanya
terbatas kepada Wajib Pajak tertentu yang disebabkan oleh
ketidakbenaran dalam pengisian SPT atau karena ditemukannya data
fisik yang tidak dilaporkan oleh Wajib Pajak. Dengan demikian,
Ketetapan Pajak berfungsi sebagai:
1. Koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT Wajib Pajak.
2. Sarana untuk mengenakan sanksi.
3. Sarana untuk menagih pajak.
4. untuk mengembalikan kelebihan pajak dalam hat lebih bayar.
5. Sarana untuk memberitahukan jumlah pajak yang terutang.
Terimakasih

You might also like