You are on page 1of 30

Disusun Oleh: Pembimbing:

Billy Danarto
112016317 dr. Metra Syahar, SpU
IDENTITAS PASIEN

 Nama : TN. S
 Jenis kelamin : Perempuan
 Tanggal lahir (Umur) : 25/12/1952 / 65 tahun
 Suku Bangsa : Jawa
 Status perkawinan : Belum menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pensiunan
 Pendidikan : S1
 Alamat : GANG H. HASBI II NO.14D
Jatinegara
 No RM : 087681
 Tanggal masuk RS : 13 Mei 2018
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 14 Mei 2018 pukul
06.40 di Bangsal Merak RSAU dr. Esnawan Antariksa
 Keluhan Utama:
Sulit berkemih sejak 1 bulan yang lalu

 Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Poli Bedah RSAU dr. Esnawan Antariksa dengan keluhan sulit
berkemih sejak 1 bulan yang lalu, Os mengaku pancaran urin kecil saat BAK.
mengedan lama saat BAK (+) BAK terputus-putus (-), pancaran kencingnya
lemah(-), nyeri saat BAK (-), rasa tidak puas setelah BAK (+), kencingnya
menetes (+), sering BAK(+), OS mengaku 3x terbangun untuk BAK tiap
malam, tak bisa menahan BAK dalam waktu yang lama (+), nyeri saat BAK (-),
riwayat BAK keluar batu (-), BAK berdarah (-).Nyeri pada perut bawah maupun
pinggang disangkal pasien, demam(-). Riwayat kolesterol (+), darah tinggi (-),
DM (-), asam urat (+).

 Riwayat Penyakit Dahulu:


riwayat pemasangan kateter terakhir 2 tahun yang lalu, riwayat trauma (-),
riwayat infeksi genital sebelumnya disangkal, riwayat operasi batu kandung
kemih pada oktober 2016, dan operasi BPH pada Desember 2016.
ANAMNESIS
 Riwayat Pemakaian Obat:
Os rutin mengkonsumsi obat Tamsulosin, simvastatin,
allopurinol, aspilet, dan B complex

 Riwayat Penyakit Keluarga:


Keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan
serupa dengan pasien. Riwayat penyakit lain seperti;
riwayat kanker, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung dalam keluarga disangkal.
STATUS UMUM

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang


 Kesadaran : Compos mentis
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 76 x/menit
 Pernafasan : 18 x/menit
 Saturasi : 98 %
 Suhu : 36,5 0C
PEMERIKSAAN FISIK
 Kepala
Normosefali
 Rambut
Rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut, tidak alopesia
 Mata
Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor diameter 3 mm,
reflex cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
 Telinga
Normotia, sekret (-/-), darah (-/-),
 Hidung
Deviasi septum (-), sekret (-/-)
 Mulut
Sianosis (-)
 Tenggorokan
T1/T1 tenang, faring tidak hiperemis.
 Leher
Tidak teraba pembesaran KGB
PEMERIKSAAN FISIK
 Thorax
Pulmo:
Inspeksi: simetris kiri dan kanan saat statis dan dinamis, tidak ada bagian dada
yang tertinggal, tidak tampak retraksi sela iga.
Palpasi: Focal fremitus kanan kiri terasa sama kuat, nyeri tekan(-), benjolan (-),
retraksi sela iga (-)
Perkusi: Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi: suara nafas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

 Cor:
Inspeksi: ictus cordis tak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba pada ICS V, linea midclavicularis sinistra
Perkusi:
 Batas kanan: ICS IV linea sternalis dextra
 Batas atas: ICS II linea sternalis sinistra
 Batas kiri: ICS V 1/3 lateral dari linea midclavicularis sinistra
 Batas bawah: ICS VI linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK

 Abdomen
Inspeksi: Bentuk perut cembung, warna kulit sawo
matang, pelebaran pembuluh darah (-),
Auskultasi: bising usus (+) normal
Palpasi: supel, defens muskular (-), nyeri tekan (-),
massa (+) (multiple, mobile, lunak, batas tegas,
diameter 4-5cm, nyeri tekan (-)), hati, limfa dan ginjal
tidak teraba membesar
Perkusi: timpani pada seluruh lapang abdomen,
ascites (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Lengan Kanan Kiri
Otot
Tonus: Normotonus Normotonus
Massa: Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Sendi: Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri
Gerakan: Aktif, tidak ada keterbatasan Aktif, tidak ada keterbatasan
Kekuatan: Normal (5) Normal (5)
Edema: Tidak ada Tidak ada
Tungkai dan Kaki Kanan Kiri
Luka: Tidak ada Tidak ada
Varises: Tidak ada Tidak ada
Otot
Tonus: Normotonus Normotonus
Massa: Tidak teraba massa Tidak teraba massa
Sendi: Normal, tidak ada nyeri Normal, tidak ada nyeri
Gerakan: Aktif, tidak ada keterbatasan Aktif, tidak ada keterbatasan
Kekuatan: Normal (5) Normal (5)
Edema: Tidak ada Tidak ada
Refleks Kanan Kiri
Biceps: Positif Positif
Triceps: Positif Positif
Patella: Positif Positif
Achilles: Positif Positif
Refleks patologi: Negatif Negatif
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS UROLOGI
 Status lokalis ad Regio Flank CVA
 Palpasi : Ballotement (-)
 Nyeri ketok CVA -/-

 Status lokalis ad Regio Supra pubic


 Inspeksi : tidak terlihat massa.
 Palpasi : kandung kemih teraba menengang, NT (+)

 Status lokalis ad Regio Genitalia Eksterna :


 Inspeksi : massa (-), lesi kulit (-), discharge (-)
 Palpasi : massa(-), nyeri tekan (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Darah Rutin tanggal 4 Mei 2018 pukul 13:54 WIB


 Hemoglobin : 13,6 gr/dl
 Leukosit : 7000 mm3
 Hematokrit : 39%
 Trombosit : 174000 mm3
 Waktu Perdarahan : 3 menit
 Waktu Pembekuan : 6 menit

 FAAL GINJAL
 Ureum: 34 mg/dl
 Kreatinin: 1.0 mg/dl

 GDS: 133 mg/dl


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan urethrografi, pada tanggal 3 mei 2018


pukul 10:14 WIB
 Tampak kontras mengisi uretra pars spongiosa,
membranosa, bulbosa, prostatika sampai buli-buli
 Tampak penyempitan pada uretra pars membranosa
hingga pars prostatika, dengan tepi irregular.
 Pars spongiosa tampak normal
Kesan :
 Susp striktura uretra pars membranosa sampai pars
prostatika
RESUME
Seorang laki-laki berusia 65 tahun datang ke Poli Urologi RSAU dr. Esnawan
Antariksa dengan keluhan sulit berkemih sejak 1 bulan yang lalu, Os mengaku
pancaran urin kecil saat BAK disertai mengedan lama saat BAK (+) serta rasa
tidak puas setelah BAK, kencingnya menetes (+), sering BAK(+), OS mengaku
3x terbangun untuk BAK tiap malam, tak bisa menahan BAK dalam waktu yang
lama (+), Riwayat kolesterol (+), darah tinggi (-), DM (-), asam urat (+).
riwayat pemasangan kateter terakhir 2 tahun yang lalu, dan riwayat operasi batu
kandung kemih pada oktober 2016, dan operasi BPH pada Desember 2016. Os
rutin mengkonsumsi obat Tamsulosin, simvastatin, allopurinol, aspilet, dan B
complex.

Pada pemeriksaan fisik tanda tanda vital dalam batas normal, Palpasi abdomen
didapatkan massa (+) multiple, mobile, lunak, batas tegas, diameter 4-5cm,
nyeri tekan (-). Pada pemeriksaan supra pubic didapat kandung kemih teraba
menegang, nyeri tekan (-). Pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin tanggal 4 Mei 2018 pukul 13:54
WIB Hemoglobin 13,6 gr/dl, Leukosit 7000 mm3, Hematokrit 39%, Trombosit
174000 mm3, Waktu Perdarahan 3 menit, Waktu Pembekuan 6 menit.pada
pemeriksaan faal ginjal, Ureum 34 mg/dl, Kreatinin 1.0 mg/dl, GDS 133 mg/dl.
Pemeriksaan urethrografi, pada tanggal 3 mei 2018 pukul 10:14 WIB, didapatkan
Kesan Susp striktura uretra pars membranosa sampai pars prostatika.
DIAGNOSIS KERJA
 Striktur uretra

DIAGNOSIS BANDING
 Benign prsotat hiperplasia

ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Uroflowmetri
 USG
 urinalisis
PENATALAKSANAAN
 Rencana operasi uretrotomi

 PROGNOSIS
 Ad vitam : bonam
 Ad fungsionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
STRIKTUR URETRA

 EPIDEMIOLOGI
 Penyakit ini lebih banyak terjadi pada pria daripada
wanita karena adanya perbedaan panjang uretra.
Uretra pria dewasa berkisar antara 23-25 cm,
sedangkan uretra wanita sekitar 3-5 cm.
 Beberapa faktor resiko lain yang diketahui berperan
dalam insiden penyakit ini, diantaranya adalah pernah
terpapar penyakit menular seksual, ras orang Afrika,
berusia diatas 55 tahun, dan tinggal di daerah
perkotaan
KLASIFIKASI
Derajat penyempitan, ada 3 tingkatan :

Jenis striktur berdasarkan tempatnya:


 a.Pars membranosa, biasanya disebabkan oleh trauma pelvis atau
kesalahan saat kateterisasi
 b.Pars bulbosa, disebabkan karena cidera pada selangkangan dan pasca
uretritis
 c.Pars bulbo membranosa, hal ini diakarenakan fiksasi kateter yang
salah
 d.Meatus uretra, disebabkan pasca meatitis.
ETIOLOGI
 Kongenital
 Infeksi
 Tumor
 Trauma
 Trauma uretra anterior, misalnya karena straddle injury.
 Fraktur/trauma pada pelvis
 Kateterisasi
PATOGENESIS
MANIFESTASI
 Gejala penyakit ini mirip seperti gejala penyebab retensi urine tipe
obstruktif lainnya.
 sulit kencing atau harus mengejan untuk memulai kencing namun
 urine hanya keluar sedikit-sedikit
 overflow, yaitu keluarnya urine secara menetes, tanpa disadari, atau
tidak mampu ditahan pasien.
 disuria,
 frekuensi kencing meningkat,
 hematuria,
 perasaan sangat ingin kencing yang terasa sakit.
 Jika curiga penyebabnya adalah infeksidemam atau keluar nanah.
 pembengkakan/abses di daerah perineum dan skrotum,
 bila infeksi sistematik juga timbul panas badan, menggigil, dan
kencing berwarna keruh.
DIAGNOSIS
 Anamnesis yang lengkap
 Inspeksi: meatus eksternus sempit,pembengkakan
serta fistula di daerah penis, skrotum, perineum,
suprapubik.
 Palpasi: teraba jaringan parut sepanjang perjalanan
uretra anterior; pada bagian ventral penis, muara
fistula bila dipijit mengeluarkan getah/nanah
 Rectal toucher (colok dubur)
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan penunjang
 Uroflowmetri
 foto Retrograde Uretrogram dikombinasikan dengan
Voiding Cystouretrogram
 ultrasonografi (USG)
 uretroskopi dan sistoskopi,
 laboratorium
 urinalisis
 darah lengkap
PENGOBATAN

 Businasi (dilatasi)
 Uretrotomi interna
 Uretrotomi eksterna,
 Pemasangan Stent
 Uretroplasti
 Prosedur rekonstruksi multiple
KOMPLIKASI

 hidroureter,
 hidronefrosis
 gagal ginjal.
PROGNOSIS
 Striktur uretra kerap kali kambuh
 Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah dilakukan
observasi selama 1 tahun tidak menunjukkan tanda-
tanda kekambuhan.
 Untuk mencegah terjadinya kekambuhan, pasien
harus menjalani beberapa tindakan, antara lain
dilatasi berkala dengan busi
 kateterisasi bersih mandiri berkala (KBMB) atau CIC
(Clean intermitten catheterization), yaitu pasien
dianjurkan melakukan kateterisasi secara periodik
pada waktu tertentu dengan kateter yang bersih (tidak
perlu steril).
ANALISIS KASUS
 Dari kasus di atas, Tn. A usia 65 tahun datang dengan keluhan sulit buang air kecil
(miksi) sejak 1 bulan yang lalu. Keadaan ini disebut sebagai retensio urin yaitu suatu
keadaan dimana penderita tidak dapat kencing padahal kandung kemih penuh. Keadaan
ini bisa disebabkan oleh sumbatan mekanis pada uretra ataugangguan fungsional
kandung kemih dan sfingternya.

 Dari anamnesa didapatkan keluhan :


 berupa sulit BAK,
 BAK mengejan,
 setelah BAK penderita merasa tidak puas dan pancaran urin yang kecil,

Keluhan ini merupakan gejala obstruktif saluran kemih. Jadi kesimpulan yang diambil bahwa
penderita mengalami suatu gejala obstruktif saluran kemih.

Dan juga ditemukan adanya keluhan :


• sering berkemih ( frequency)
• terutama pada malam hari (nocturia),
• tidak mampu menahan rasa ingin berkemih (urgency)

sehingga pasien ini disimpulkan mengalami gejala iritatif dari saluran kemih.
Berdasarkan kondisi diatas pasien ini mengalami gejala obstruktif dan gejalairitatif saluran
kemih yang dikenal dengan LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms).
 pada riwayat penyakit dahulu, riwayat pemasangan kateter
terakhir 2 tahun yang lalu, dan riwayat operasi batu kandung
kemih pada oktober 2016, dan operasi BPH pada Desember
2016.
 Berdasarkan pemeriksaan fisik pada status generalis
didapatkan vital sign dalam batas normal, nyeri CVA (-),
bimanual -/- dan regio supra pubik didapatkan kandung
kemih teraba menegang, regio genitalia externa dalam batas
normal.
 Pada pemeriksaan darah rutin yang dilakukan didapatkan
normal. Pemeriksaan kimia klinik dalam batas normal.Dari
pemeriksaan penunjang uretrografi didapatkan kesan striktur
uretra.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, maka pasien ini didiagnosa dengan Striktur
Uretra. Pada pasien ini akan direncanakan untuk
dilakukan uretrotomi.

You might also like