Dalam usaha meningkatkan kemampuan berpikir kritis, maka harus memperhatikan fase-fase kemampuan berpikir kritis. Oleh karena itu, selanjutnya akan diuraikan fase-fase kemampuan berpikir kritis. Brookfield (1987) mengidentifikasi lima fase berpikir kritis, yaitu: (1) Trigger event (cepat tanggap terhadap peristiwa), yaitu pengenalan suatu peristiwa tak terduga yang mengakibatkan terjadinya konflik kognisi internal, (2) Appraisal (penaksiran), yaitu menilai situasi dan mulai bekerja secara teliti, menghadapi peristiwa tak terduga dengan berbagai cara, mengklarifikasi dan mengidentifikasi perhatian orang lain dalam menghadapi situasi serupa. (3) Exploration (eksplorasi), yaitu mencari makna ke resolusi, atau cara dalam menjelaskan pertentangan untuk mengurangi konflik kognisi, mendorong seseorang untuk mencari maksud/arti, menyelidiki cara pikir dan bertindak, (4) Development alternative perspective (mengembangkan alternatif perspektif), yaitu mengembangkan cara pikir baru yang membantu seseorang menyesuaikan kepada peristiwa yang tidak diharapkan. Transisi ini melibatkan suatu usaha untuk mengurangi ketidaksesuaian dalam hidup seseorang, dan (5) Integration (integrasi), yaitu menegosiasikan perspektif baru untuk menfasilitasi integrasi perubahan hidup seseorang, melibatkan pengintegrasian konflik kognisi secara internal atau eksternal untuk mencapai suatu resolusi. Norris dan Ennis (1989) mengidentifikasi lima fase berpikir kritis, yaitu: (1) Elementary clarification (klarifikasi tingkat rendah), yaitu memusatkan pencapaian klarifikasi umum suatu masalah melalui analis argumentasi, pertanyaan, atau jawaban, (2) Basic support (pendukung dasar), yaitu memutuskan sumber yang kredibel, membuat dan memutuskan hasil pengamatan sendiri; melibatkan informasi yang berbeda, kesimpulan yang diterima, dan latar belakang pengetahuan. (3) Inference (kesimpulan), yaitu membuat dan memutuskan kesimpulan secara induktif dan deduktif, (4) Advanced clarification (klarifikasi tingkat tinggi), yaitu membentuk dan mendefinisikan terminologi, memutuskan dan mengevaluasi definisi, menentukan konteks definisi berdasarkan alasan yang tepat, dan (5) Strategi and tactics (strategi dan cara-cara), yaitu berinteraksi dengan orang lain untuk memutuskan tindakan yang sesuai; mendefinisikan masalah, menaksir kemungkinan solusi dan mengkonstruksi alternatif solusi; monitoring keseluruhan proses pengambilan keputusan. Menurut Bullen (1997), ada empat fase berpikir kritis, yaitu: (1) Clarification (klarifikasi), yaitu menilai/ memahami sifat alami pada poin-poin pandangan yang berbeda pada isu, dilema, atau masalah. (2) Assessing evidence (menilai fakta), yaitu memutuskan kredibilitas sumber, menaksir bukti untuk mendukung kesimpulan, menetapkan dasar menarik kesimpulan. (3) Making and judging inference (membuat dan menarik kesimpulan), yaitu menduga secara induktif dan deduktif, dan menilai keputusan; pengambilan keputusan dengan pertimbangan bukti yang cukup untuk mendukung argumentasi, dan (4) Using appropriate strategies and tactics (menggunakan strategi dan cara-cara yang tepat), yaitu menggunakan heuristik atau strategi untuk mengarahkan pikiran dalam proses pencapai kesimpulan, membuat suatu keputusan, atau pemecahan suatu masalah secara efektif. Selanjutnnya, Knedler dalam L.Costa yang dikutip oleh Wahiddin (2008) mengemukakan bahwa berpikir kritis dapat dikelompokkan dalam tiga fase, yaitu: (1) Mengenali masalah yang didalamnya ada empat langkah yaitu mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok, membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan, memilih informasi yang relevan dan merumuskan masalah, (2) Menilai informasi yang relevan yang didalamnya terdapat lima langkah yaitu menyeleksi fakta, opini dan hasil nalar, mengecek konsistensi, mengidentifikasi asumsi, mengenali kemungkinan bias karena salah penafsiran, dan perbedaan orientasi nilai dan ideologi, (3) Pemecahan masalah dan penarikan kesimpulan. Berpikir kritis menurut Garrison, Anderson, dan Archer (2001) terbagi atas empat fase, yaitu: (1) Trigger event (cepat tanggap terhadap peristiwa), yaitu mengidentifikasi atau mengenali suatu isu, masalah, dilemma dari pengalaman seseorang, yang diucapkan instruktur, atau pelajar lain, (2) Exploration (eksplorasi), memikirkan ide personal dan sosial dalam rangka membuat persiapan keputusan, (3) Integration (integrasi), yaitu mengkonstruksi maksud/arti dari gagasan, dan mengintegrasikan informasi relevan yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya, dan (4) Resolution (mengulangi penyelesaian), yaitu mengusulkan solusi secara hipotetis, atau menerapkan solusi secara langsung kepada isu, dilema, atau masalah serta menguji gagasan dan hipotesis. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka kemampuan berpikir kritis dalam penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Garrison, Anderson, dan Archer, yaitu (1) Trigger event, (2) Exploration (eksplorasi), (3) Integration (integrasi), dan (4) Resolution (mengulangi penyelesaian). Jadi, Berpikir kritis dalam penelitian ini adalah berpikir melalui empat tahapan tersebut berdasarkan penalaran matematik. • Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis • Menurut Ennis dalam Hadi (2007) ciri-ciri penting siswa yang telah memiliki watak untuk berpikir kritis adalah sebagai berikut. • Mencari pernyataan atau pertanyaan yang jelas artinya atau maksudnya, mencari alasan atas suatu pernyataan, menggunakan dan menyebutkan sumber yang dapat dipercaya, mempertimbangkan situasi secara menyeluruh, berusaha relevan dengan pokok pembicaraan, berusaha mengingat pertimbangan awal atau dasar, mencari alternatif-alternatif, bersifat terbuka, mengambil posisi (atau mengubah posisi) apabila bukti-bukti dan alasan-alasan sudah cukup baginya untuk menentukan posisinya, mencari ketepatan seteliti-telitinya, berurusan dengan bagian-bagian secara berurutan hingga mencapai seluruh keseluruhan yang kompleks, menggunakan kemampuan atau keterampilan kritisnya sendiri, peka terhadap perasaan, tingkat pengetahuan dan tingkat kerumitan berpikir orang lain, menggunakan kemampuan berpikir kritis orang lain. • Kemampuan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui latihan. Berikut ini diberikan delapan langkah yang dapat membantu siswa atau orang yang ingin meningkatkan kemampuannya dalam berpikir kritis, yaitu: (a) menentukan masalah atau isu nyata, proyek, atau keputusan yang betul-betul dipertimbangkan untuk dikritisi; (b) menentukan poin-poin yang menjadi pandangan; (c) memberikan alasan mengapa poin-poin itu dipertimbangkan untuk dikritisi; (d) membuat asumsi-asumsi yang diperlukan; (e) bahasa yang digunakan harus jelas; (f) membuat alasan yang mendasari dalam fakta-fakta yang meyakinkan; (g) mengajukan kesimpulan; dan (h) menentukan implikasi dari kesimpulan tersebut. (Hadi 2007)