Professional Documents
Culture Documents
Insiden neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per 100.000
sedangkan prevalensinya 115 per 100.000 jiwa.
Berdasarkan data The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) lebih dari 77%
pasien adalah wanita, 85% berkulit putih dan usia rata-rata 32 tahun.
Etiologi
1. Gambaran Akut
Monokuler
Hilangnya penglihatan terjadi dalam periode jam-hari
Nyeri pada mata yang semakin memberat bila bola mata digerakkan
Defek pupil aferen (afferent pupillary defect)
Defek lapang pandang
Papilitis dengan hiperemia dan edema diskus optik
Fotopsia
2. Gambaran Kronis
Kehilangan penglihatan secara persisten
Defek pupil aferen relatif tetap bertahan pada 25% pasien dua tahun
setelah gejala awal.
Desaturasi warna, terutama warna merah.
Fenomena Uhthoff
Diskus optik terlihat mengecil dan pucat
Klasifikasi
Papillitis
Hal ini mengacu pada keterlibatan optik disk akibat gangguan
inflamasi dan demielinasi. Kondisi ini biasanya unilateral tapi
kadang-kadang mungkin bilateral.
Retrobulbar neuritis
Ditandai dengan keterlibatan saraf optik di belakang bola mata.
Gambaran klinis neuritis retrobulbar akut dasarnya mirip dengan
akut papillitis kecuali untuk perubahan fundus dan perubahan
okular.
Diagnosis
1. Anamnesis
Pandangan berkabut atau visus yang kabur
kesulitan membaca
adanya bintik buta
perbedaan subjektif pada terangnya cahaya
persepsi warna yang terganggu
Rasa sakit pada mata, terutama ketika mata bergerak.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (≥ 20 / 30), sedang
(≥ 20 / 60), maupun berat (≤ 20 / 70).
Pemeriksaan lapang pandang. Tipe-tipe gangguan lapang
pandang dapat berupa: skotoma sentrosecal, kerusakan
gelendong saraf parasentral, kerusakan gelendong saraf yang
meluas ke perifer, kerusakan gelendong saraf yang melibatkan
fiksasi dan perifer saja.
Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya
langsung yang menurun atau hilang.
Penglihatan warna.
3. Pemeriksaan Penunjang
Funduskopi
MRI (magnetic resonance imaging)
MRI diperlukan untuk melihat nervus optikus dan korteks serebri. Hal ini
dilakukan terutama pada kasus-kasus yang diduga terdapat sklerosis
multipel.
Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat adanya
proses infeksi atau inflamasi.
Slit lamp
Penatalaksanaan
1. Pasien tanpa riwayat Multiple Sclerosis atau Neuritis optikus :
a. Dari hasil MRI bila terdapat minimum 1 lesi demielinasi tipikal :
Regimen selama 2 minggu :
3 hari pertama diberikan Methylprednisolone 1kg/kg/hari i.v
11 hari setelahnya dilanjutkan dengan Prednisolone 1mg/kg/hari
oral
Tapering off dengan cara 20 mg prednisone oral untuk hari
pertama ( hari ke 15 sejak pemberian obat ) dan 10 mg
prednisone oral pada hari ke 2 sampai ke 4
Dapat diberikan Ranitidine 150 mg oral untuk profilaksis gastritis
b. Dari hasil MRI bila 2 atau lebih lesi demielinasi :
Menggunakan regimen yang sama dengan yang
di atas
Merujukan pasien ke spesialis neurologi untuk terapi
interferon β-1α selama 28 hari
Tidak menggunakan oral prednisolone sebagai
terapi primer karena dapat meningkatkan resiko
rekuren atau kekambuhan
b. Dengan tidak ada lesi demielinasi dari hasil MRI :
Risiko terjadi MS rendah, kemungkinan terjadi sekitar
22% setelah 10 tahun kemudian
Intravena steroid dapat digunakan untuk
mempercepatkan pemulihan visual
Biasanya tidak dianjurkan untuk terapi kecuali muncul
gangguan visual pada mata kontralateral
MRI lagi dalam 1 tahun kemudian
2. Pasien dengan riwayat Multiple sclerosis atau Neuritis optikus :
Observasi
Memeriksa pasien pada minggu ke 4-6 setelah muncul gejala
dan pemeriksaan ulang tiap 3-6 bulan kemudian
Pasien yang berisiko tinggi MS atau demielinisasi sistem saraf
pusat dari hasil MRI sebaiknya dirujuk ke spesialis neurologi untuk
evaluasi dan terapi lanjutan
Mitoxantrone, suatu agen kemoterapi dan terapi antibiotik di
monoklonal telah memberikan hasil yang menjanjikan bagi
penyakit kambuhan-remisi (relapsing-remitting disease) yang
progresif dan sulit diatasi.
Diagnosa Banding