You are on page 1of 21

NEURITIS OPTIK

Nervus optikus adalah saraf yang membawa rangsang


dan retina menuju otak. Saraf optik terdiri dari 1 juta lebih
akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina
yang memanjang ke arah korteks oksipital. Panjang saraf
optik berkisar antara 35-55 mm (rata-rata 40 mm) dan
secara anatomis terbagi menjadi segmen intaokular,
intraorbital, intrakanalikular dan intracranial yang berakhir
sebagai kiasma optik
Definisi

Neuritis Optik merupakan radang saraf optic


dengan gejala penglihatan mendadak turun
pada saraf yang sakit
Epidemiologi

 Insiden neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per 100.000
sedangkan prevalensinya 115 per 100.000 jiwa.
 Berdasarkan data The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) lebih dari 77%
pasien adalah wanita, 85% berkulit putih dan usia rata-rata 32 tahun.
Etiologi

Penyebab neuristis optik :


 Autoimun
 Infeksi jamur Cryptococcosis
 Infeksi bakteri tuberculosis
 Sifilis
 infeksi virus ensefalitis
 rubella, herpeszoster, parotitis
 infeksi saluran napas atas
Patofisiologi

Dasar patologi penyebab Neuritis optikus paling sering


adalah inflamasi demielinisasi dari saraf optik. Patologi
yang terjadi sama dengan yang terjadi pada multipel
sklerosis (MS) akut, yaitu adanya plak di otak dengan
perivascular cuffing, edema pada selubung saraf yang
bermielin, dan pemecahan mielin. Inflamasi pada endotel
pembuluh darah retina dapat mendahului demielinisasi
dan terkadang terlihat sebagai retinal vein sheathing.
Kehilangan mielin dapat melebihi hilangnya akson
Tanda & Gejala Klinis

1. Gambaran Akut
 Monokuler
 Hilangnya penglihatan terjadi dalam periode jam-hari
 Nyeri pada mata yang semakin memberat bila bola mata digerakkan
 Defek pupil aferen (afferent pupillary defect)
 Defek lapang pandang
 Papilitis dengan hiperemia dan edema diskus optik
 Fotopsia
2. Gambaran Kronis
 Kehilangan penglihatan secara persisten
 Defek pupil aferen relatif tetap bertahan pada 25% pasien dua tahun
setelah gejala awal.
 Desaturasi warna, terutama warna merah.
 Fenomena Uhthoff
 Diskus optik terlihat mengecil dan pucat
Klasifikasi

 Papillitis
Hal ini mengacu pada keterlibatan optik disk akibat gangguan
inflamasi dan demielinasi. Kondisi ini biasanya unilateral tapi
kadang-kadang mungkin bilateral.
 Retrobulbar neuritis
Ditandai dengan keterlibatan saraf optik di belakang bola mata.
Gambaran klinis neuritis retrobulbar akut dasarnya mirip dengan
akut papillitis kecuali untuk perubahan fundus dan perubahan
okular.
Diagnosis

1. Anamnesis
 Pandangan berkabut atau visus yang kabur
 kesulitan membaca
 adanya bintik buta
 perbedaan subjektif pada terangnya cahaya
 persepsi warna yang terganggu
 Rasa sakit pada mata, terutama ketika mata bergerak.
2. Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan visus. Hilangnya visus dapat ringan (≥ 20 / 30), sedang
(≥ 20 / 60), maupun berat (≤ 20 / 70).
 Pemeriksaan lapang pandang. Tipe-tipe gangguan lapang
pandang dapat berupa: skotoma sentrosecal, kerusakan
gelendong saraf parasentral, kerusakan gelendong saraf yang
meluas ke perifer, kerusakan gelendong saraf yang melibatkan
fiksasi dan perifer saja.
 Refleks pupil. Defek aferen pupil terlihat dengan refleks cahaya
langsung yang menurun atau hilang.
 Penglihatan warna.
3. Pemeriksaan Penunjang
 Funduskopi
 MRI (magnetic resonance imaging)
MRI diperlukan untuk melihat nervus optikus dan korteks serebri. Hal ini
dilakukan terutama pada kasus-kasus yang diduga terdapat sklerosis
multipel.
 Pungsi lumbal dan pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat adanya
proses infeksi atau inflamasi.
 Slit lamp
Penatalaksanaan
1. Pasien tanpa riwayat Multiple Sclerosis atau Neuritis optikus :
a. Dari hasil MRI bila terdapat minimum 1 lesi demielinasi tipikal :
Regimen selama 2 minggu :
 3 hari pertama diberikan Methylprednisolone 1kg/kg/hari i.v
 11 hari setelahnya dilanjutkan dengan Prednisolone 1mg/kg/hari
oral
 Tapering off dengan cara 20 mg prednisone oral untuk hari
pertama ( hari ke 15 sejak pemberian obat ) dan 10 mg
prednisone oral pada hari ke 2 sampai ke 4
 Dapat diberikan Ranitidine 150 mg oral untuk profilaksis gastritis
b. Dari hasil MRI bila 2 atau lebih lesi demielinasi :
Menggunakan regimen yang sama dengan yang
di atas
Merujukan pasien ke spesialis neurologi untuk terapi
interferon β-1α selama 28 hari
Tidak menggunakan oral prednisolone sebagai
terapi primer karena dapat meningkatkan resiko
rekuren atau kekambuhan
b. Dengan tidak ada lesi demielinasi dari hasil MRI :
Risiko terjadi MS rendah, kemungkinan terjadi sekitar
22% setelah 10 tahun kemudian
Intravena steroid dapat digunakan untuk
mempercepatkan pemulihan visual
Biasanya tidak dianjurkan untuk terapi kecuali muncul
gangguan visual pada mata kontralateral
MRI lagi dalam 1 tahun kemudian
2. Pasien dengan riwayat Multiple sclerosis atau Neuritis optikus :
 Observasi
 Memeriksa pasien pada minggu ke 4-6 setelah muncul gejala
dan pemeriksaan ulang tiap 3-6 bulan kemudian
 Pasien yang berisiko tinggi MS atau demielinisasi sistem saraf
pusat dari hasil MRI sebaiknya dirujuk ke spesialis neurologi untuk
evaluasi dan terapi lanjutan
 Mitoxantrone, suatu agen kemoterapi dan terapi antibiotik di
monoklonal telah memberikan hasil yang menjanjikan bagi
penyakit kambuhan-remisi (relapsing-remitting disease) yang
progresif dan sulit diatasi.
Diagnosa Banding

iskemik otak neuropati (tidak sakit, skotoma


aktitudinal)
Edema papil akut
Hipertensi berat
Toksik neuropati
Prognosis

Tanpa terapi, penglihatan secara khas mulai membaik


dalam 2-3 minggu setelah awitan dan kadang-kadang
membaik dalam beberapa hari. Setelah beberapa bulan
pemulihan mungkin terus berjalan secara perlahan-lahan,
ketajaman penglihatan menjadi 20/40 atau lebih dijumpai
pada lebih dari 90% kasus dalam 1 tahun dan 10 tahun
sejak awitan, asalkan tidak ada episode neuritis optic
yang lebih lanjut.
TERIMA KASIH

You might also like