Professional Documents
Culture Documents
kedua
HADITS
Pengertian Hadits
1. Menurut bhs al-Hadits artinya, al-Jadid (baru), al-khabar (berita),
pesan keagamaan, dan pembeicaraan
2. Sering disebut beberapa kali dalam al-Qur’an, misalnya:
HADITS
1. qs. Az-zumar 23
Kata hadits dalam Q. Az-Zumar tsb adalah pesan
keagamaan
2. Qs. Thoha 9
Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa?
Kata hadits tersebut artinya kabar atau cerita
Hadits itu bersal dari Nabi, maka setiap orng harus mengikuti jejaknya, sehngga hadits itu
merupakan sumber ajaran Islam mendampingi Al-Qur’an. Sehingga ada rumusan:
Al-qur;an disebut wahyu yang Matluw, karena dibacakan oleh malaikat Jibril, sedang
Hadits disebut wahyu Ghoiru Matluw sebab tidak dibacakan oleh malaikat Jibril, tetapi ia
semacam ilham yang masuk dalam hati nurani Nabi SAW.
lanjutan
Nabi Muhammad
SAW
hadits
سنَةُ قَ ْو ِليَه
ُّ اَل سنَةُ ِف ْع ِليَه
ُّ اَل سنَةُ ت َ ْق ِر ِريَه
ُّ اَل
Ketetapan/pembiar
an, keadaan ,
pembiasaan
2. As- Sunnah
Arti Sunnah dalam Al-Qur’an adalah aturan Allah yang
berlaku bagi alam ciptaan-Nya, llazim disebut Hukum Alam,
Qs. Al-Fath 23
Sebagai suatu sunnatullah[1403] yang telah Berlaku sejak dahulu, kamu sekali-
kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu
As-Sunah, menurut bhs artinya, “jalan yang dilalui”, baik atau buruk.
Dalam arti lain, As-Sunnah adalah jalan yang ditempuh, kemudian
diikuti orang lain
Dalam arti yang lagi, As-Sunnah adalah arah atau peraturan, mode
atau cara tentang tindakan atau sikap hidup.
Sebuah Riwayat tentang Sunnah
Barang siapa bersunnah dalam Islam dengan Sunnah yang baik,
maka baginya suatu pahala ditambah pahala orang yang
mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun pahala mereka (yang
mengikuti). Dan barang siapa bersunnah dengan sunnah dengan
yang buruk maka ia akan menanggung dosa dan dosa orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka (pengikut)
sedikitpun.
Keterangan :
1. Sunnah itu ada yang baik dan ada yang buruk
2. Dalam bahasa Barat, Sunnah itu disebut “tradition”.
3. Sunnah terdapat unsur pembiasaan
4. Sunnah Rasul adalah segala sesuatu yang pernah dilakukan oleh
Rasul, seolah menjadi kebiasaan
C. PERKEMBANGAN HADITS DAN AS-SUNNAH
AYAT-AYAT AL-QURAN TTG
PERINTAH TAAT KEPADA RASUL
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu (QS. An-Nisa: 59)
dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya)
dan berhati-hatilah (qs. Al-maidah 92)
Lanjutan
Penjelasan:
1. Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa taat kepada Allah berarti taat
kepada Rasul,
2. Orang yang taat kepada Rasul berarti taat kepada Allah.
3. Realisasi taat kepada rasul adalah melaksanakan ajarnya, baik yang
terkandung dalam Al-Qur’an yang bersifat global, ringkas dan simpel
itu.
4. Dengan kata lain, taat kepada Allah, melaksanakan Kitab Allah
5. Taat kepada Rasul artinya melaksanakan Sunah Rasul.
6. Petunjuk Rasul diluar Al-Qur;an lazim disebut Sunnah rasul,
7. Rasul menjadi rujukan ajaan Islam di samping Al-Qur’an.
8. Apalagi Al-Qur’an menyebutkan apa yang dibicarakan Rasul bukan
hawa nafsu tetapi berdasarkan wahyu.
dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
Qs. An-Najm 3
Sabda rasuluallah, SAW
ب ه
َِّللا َ َ س ْكت ُ ْم ِب ِهما َ ِكتا ُْض
َ ُل ماَت َ َم ِ َ ت فِ ْي ُك ْم ا َ ْم َري ِْن لَ ْن ت ُ ت َ َر ْك
Telah kutinggalkan untuk kamu semua dua benda. Kamu tidak sesat manakala kamu
يْ ت
ِ َ نسُ و
َ
teguh kepadanya, Kitab Allah dan Sunnahku, Imam Malik
f. Kedudukan as-sunnah terhadap al-qur’an
Rasul ADALAH PEMBAWA AL-QUR’AN, MAKA RASUL JUGA YANG BERHAK
MENGUPAS DAN MEMBERI PENJELASAN. KARENA ITU Sunnah rasul berfungsi
menjelaskan kandungan Al_qur’an, karena itu Sunnah Rasul tidak mungkin
bertentangan Al-Qur’an
e. Dalam As-Sunnah terdapat ketentuan agama yang tidak diatur dalam Al-
Qur’an. Artinya, Nabi ditugasi menjelaskan kandungan Al-Qur’an,
misalnya membuat ketentuan khusus sbg wajud yang tak tertuang dalam
Al-Qur’an, Qs. Al-A’raf: 157
dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk
g. KLASIFIKASI HADITS
1. Segi Jumlah Periwayat,
ketika Nabi menyampaikan hadist, kadang dihadapan orang
banyak, kadang beberap orang, terkadang satu dua orang saja.
Demikian pula Sahabat dalam menyampaikan hadits terkadang
didengar banyak orang, beberapa orang dan bahkaan juda satu
dua orang juga.
Sudah tentu, yang didengar banyak orang lebih meyakinkan dari
pada yang beberap orang saja. Sehingga ada tingkatan hadits
berdasarkan jumlah periwayat.
a. Hadits Mutawatir
Terdapat rumusan hadits mutawatir yg beragam, tapi maksudnya sama. Intinya,
hadits mutawatir adaalah hadits yang diriwayatkan orang banyak di setiap
generasi, sejak genarasi sahabat hingga akhir (penulis kitab). Orang banyak tsb
mustahil untuk berbohong, hadits ini disebut dengan Qod’iyul Wuruj, dimaksudkan
dipastikan dari sumber aslinya, yakni Rasulullah SAW. Hadits ini berada pada
tingkatan yang paling tinggi (Ajad Al-Khatib).
Beramal. b. Hadits Mashur
Hadits mashur adalah hadits yang diriwayatkan dari Nabi oleh beberapa sahabat
tetapi tdk sampai tingkatan mutawatir
c. Hadits Ahad
Hadits yang diriwatakan satu, dua atau sedikit orang dan tidak sampai derajad
mashur. Keterikatan orang Islam pada hadis ahad tergantung kualitas
periwayatan dan kualitas sambungnya sanad, atau periwayat yang tidak
tersambung, sehingga hadits ini tidak dapat mengikat seseorang melakukan
amal denga hadits ini. Sebaliknya, jika perawinya dapat dipercaya, sambung
bersambung, maka jumhur menyatakan hadits dapat dijadikan dasar untuk
beribadah dan
2. Dari segi Penerimaan dan Penolakan
Catatan sejarah, ternyata ada hadits yang bukan berasal dari Nabi, dan
nyatanya ada yang palsu. Semua hadits itu segala sesuatu yang dinisbatkan
kepada Nabi, yang berfungsi sebagai rujukan dalam memahami dan
melaksanakan ajaran Islam. Malahan apa yang disandarkan kepada sahabat
dan tabiin pun juga disebut hadits. Sehingga , menjadi soal mana hadits
yang diteriama (maqbul) dan ada hadits yang tertolak (mardud) untuk
mengamalkan ajaran agama. Ini terutama hanya hadits dalam derajad
Ahad. Jika yang mutawatir sudah shohih. Dan mengikat untuk diamalkan.
Sedang hadist ahad jika akan diamalkan ada beberapa persyaratan.
a. Hadits Shohih
b. Hadits hasan
Hadits hasan sama dengan hadits shohih, bedanya dalam hadits
shahih semua perawinya hrs sempurna kedhabidtanya, sedang
hadits hasan periwatannya kedhabitanya, kecermatannya dan
hafalanya mengalami kekurang sempurnaan. Misal, dalam
kehidupanya ia disebut lumayan, tidak mengapa, bolehlah…hal
ini menggambarkan hapalan dan kecermatannya pas-pasan…,
yang penting periwayat tidak bohong
c. Hadits Dhoif
Haditss yang tidak memenuhi syarat shahih, misal ada
periwayatan yang pendusta, sanadnya perputus, tidak dikenal dll.
Sama dengan hadits hasan ada yang naik peringkat shahih
lighoirih,demikian pula hadits dhaif, menjadi hadits hasan
lighoirih. Hadits yang sanadnya terdapat periwayat tidak dikenal
dikalangan ulama hadits. Orang tsb dikenal tidak banyak salah,
tidak pula pendusta. Hadits itu juga dikuatkan hadits yang sama
melalui jalur lain. Hadits demikian dapat dijadikan fadhoilul amal.
Tetapi hadits daif lain tdk diperkenankan untuk dijadiakan
sandaran amal karena kadar kedoifanya tinggi.