You are on page 1of 33

GAMBARAN HISTOPATOLOGI KORNEA MENCIT PUTIH

(Mus musculus) SETELAH PEMBERIAN PAPARAN


ASAP PEMBAKARAN HUTAN

USULAN PENELITIAN

OLEH :
Wahyu Permata Lisa.S
1308123647

PEMBIMBING I : dr. Wiwit Ade Fidiawati M.Biomed, Sp.PA


PEMBIMBING II : dr. Bagus Sidharto Sp.M
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
• Kebakaran Hutan yang terjadi dan faktor
penyebab

• Data kebakaran hutan yang terjadi di


dunia , Indonesia dan khususnya Riau.

• Asap hasil kebakaran hutan


• Hubungan peningkatan asap pembakaran
dengan kesehatan dan angka kejadian
DED

• Perubahan yang terjadi sampai dengan


gangguan penglihatan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah


di atas, rumusan masalah yang akan
diteliti adalah “ Bagaimanakah gambaran
histopatologik kornea mencit (Mus
musculus ) yang telah diberikan paparan
asap pembakaran hutan?”
1.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah


semakin lama durasi paparan asap
pembakaran hutan yang diberikan
terhadap mencit maka akan semakin
besar perubahan yang terjadi pada
gambaran histopatologik kornea mencit.
1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran histopatologik
kornea mencit putih (Mus musculus) setelah
diberikan paparan asap pembakaran hutan
selama 7 hari.
1.4.2 Tujuan Khusus
• Untuk mengetahui gambaran histopatologik
kornea mencit putih (Mus musclus) yang
tidak diberikan asap pembakaran hutan
selama 7 hari.

• Untuk mengetahui gambaran histopatologik


kornea mencit putih (Mus musculus) yang
diberikan asap pembakaran hutan dengan
durasi 10 menit perhari selama 7 hari.
• Untuk mengetahui gambaran histopatologik
kornea mencit putih (Mus musculus) yang
diberikan asap pembakaran hutan dengan durasi
15 menit perhari selama 7 hari.

• Untuk mengetahui gambaran histopatologik


kornea mencit putih (Mus musculus) yang
diberikan asap pembakaran hutan dengan durasi
20 menit perhari selama 7 hari.
1.5 Manfaat Penelitian

• 1. Bagi peneliti
• 2. Bagi peneliti lain
• 3. Bagi masyarakat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah suatu kondisi atau keadaan
dimana api yang tidak terkontrol melahap kawasan hutan
dan dapat menjalar ke tempat lain. Ada beberapa faktor
penentu yang mempermudah terjadinya proses kebakaran
hutan diantaranya yaitu :
1.bahan yang mudah terbakar (materials)
2.sumber api (emition)
3.zat asam (oxygen) yang berinteraksi di dalam
proses pembakaran.
Asap Kebakaran Hutan

Asap memiliki beberapa komponen


pembentuk diantarnya :
1. Karbon dioksida (CO2)
2. Karbon monoksida (CO)
3. Nitrogen oksida (NO)
4. Sulfur dioksida (SO2)
5. Ozon (O3)
6. Volatile organic compound (VOCs)
7. Particulate matter (PM)
Mekanisme Perubahan pada Kornea
Paparan asap pembakaran
akan mempengaruhi TRP.
Selanjutnya impuls
disampaikan ke SSP dan
dikeluarkan TRPV1

Paparan asap yang berlangsung terus


TRPV1 akan merangsang
menerus akan membuat proses
pengeluaran IL-1α, IL-1β, TNF-α,
peradangan semakin lama, jika
IL-6 serta IL-8. Dimana sitokin
tidak dihentikan paparan asap ini
tersebut berperan dalam proses
akan menyebabkan gangguan
epitelisasi kornea mata
penglihatan

Penurunan dari produksi air Perubahan yang terjadi pada


mata akan menyebabkan epitel akan mengakibatkan
mata menjadi kering dan peradangan berlangsung terus
muncullah gejala Dry Eyes menerus dan menyebabkan
Disease penurunan produksi air mata
Perubahan epitel kornea HE (100X) Perubahan epitel kornea HE (400X)

Perubahan epitel kornea HE (100X) Perubahan epitel kornea HE (400X)


Sebukan sel radang
Paparan Asap Pembakaran terdiri dari:
K CO2, CO, PM, VOC dll
E
R Perubahan pada jaringan tubuh mencit

A
N Jaringan Jaringan
Paru Jaringan
G Nasofaring
Jaringan Jaringan Testis

K Kornea Mata Kulit

A
Penurunan Terhambat pertukaran Ketidakstabilan
pH air mata pompa Na K pengeluaran musin
T
E
Penebalan pada epitel kornea mata
O
R Gangguan Penglihatan (Kebutaan)
I
Mencit putih jantan (Mus musculus) normal
KERANGKA
Diberikan paparan asap dengan
durasi berbeda yaitu 10,15, dan
KONSEP 20 menit.

Pengamatan perubahan jaringan kornea mata dinilai


dari gambaran histopatologis

Hiperplasia Sebukan sel


epitel kornea radang

Kontrol P3=20
(0) menit (+3)

P1=10 menit P3=20 Kontrol P1= 10 menit P2= 15


(+1) P2=15 menit (+3) (0) (+1) menit (+2)
menit (+2)

Terbentuknya jaringan sikatrik

Gangguan Penglihatan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Eksprimental laboratorik dengan desain penelitian
Post Test Only Control Group Design

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Riau
pada bulan November 2016 sampai dengan bulan
Desember 2016. Kemudian proses pembuatan
preparat histopatologis jaringan kornea dilakukan
di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Arifin
Achmad.
Variabel Penelitian

Variabel penelitian

1. Variabel bebas : durasi paparan asap pembakaran yang


tediri dari 10,15, dan 20 menit setiap hari selama 7
hari.

2. Variabel terikat :gambaran histopatologis kornea pada


mencit putih (Mus musculus) setelah paparan asap
pembakaran selama 7 hari
Variabel penelitian

3. Variabel terkendali
Hewan coba yaitu:
• Mencit putih (Mus musculus )
• Jenis kelamin jantan
• Umur mencit 2-3 bulan
• Berat badan mencit 25-50 gram/ekor.

Pemeliharaan yaitu:
kandang, kondisi lingkungan, jenis, kualitas dan kuantitas
makanan dan minuman yang diberikan dikendalikan
dengan cara yang sama
Defenisi Operasional
Skala
No Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur
ukur
1. Gambaran Gambaran perubahan Mikroskop Ordinal - Ada (ditemukannya hiperplasia
histopatolo struktur jaringan epitel dan sebukan sel radang)
gis kornea mencit yang - Tidak ada (tidak ditemukan
kornea dinilai dari hiperplasia hiperplasia epitel dan sebukan sel
mencit epitel dan sebukan sel radang)
radang dengan
menggunakan
mikroskop cahaya.
2. Perubahan Penebalan epitel Mikroskop Kategori - 0 : tidak terjadi perubahan struktur
epitelisasi kornea yang dilihat histologis jaringan kornea
dari mikroskop cahaya - 1 : peningkatan epitelisasi <1/3
dengan perbesaran bagian jaringan kornea yang dinilai
400x. dari seluruh lapangan pandang
- 2 : peningkatan epitelisasi 1/3
hingga 2/3 bagian jaringan kornea
yang dinilai dari seluruh lapangan
pandang
- 3 : peningkatan epitelisasi >2/3
bagian jaringan kornea yang dinilai
dari seluruh lapangan pandang
3. Akumulas Infiltrat dari sel Mikroskop Kategori - 0 : tidak terjadi perubahan
i radang yang struktur histologis jaringan
sel banyak , terdiri kornea
radang dari sel leukosit - 1 : akumulasi sel radang pada
dan sel <1/3 bagian jaringan kornea
polimorfonuklear yang dinilai dari seluruh
yang dinilai dari lapangan pandang
mikroskop cahaya - 2 : akumulasi sel radang pada
dengan 1/3 hingga 2/3 bagian
perbesaran 400x. jaringan kornea yang dinilai
dari seluruh lapangan
pandang
- 3 : akumulasi sel radang pada
>2/3 bagian jaringan kornea
yang dinilai dari seluruh
lapangan pandang
4. Durasi Perbedaan durasi Stopwatch Kategori - K(-)= tanpa paparan
paparan paparan asap - P1 = Paparan selama 10
asap pembakaran yang menit/hari
diberikan pada - P2 = Paparan selama 15
mencit. menit/hari
- P3 = Paparan selama 20
menit/hari
5. Mencit Hewan percobaan - Nominal -
putih yang digunakan
jantan dengan usia 2-3
bulan dan berat
25-40 g, dan
dipilih jenis
kelamin jantan
untuk
menghindarkan
pengaruh
hormonal.
Subjek penelitian
• Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
mencit putih (Mus musculus) jantan yang berumur 2-3 bulan
dengan berat badan 25-50 gr/ekor dan memenuhi kriteria
hewan uji sehat (aktif dan tidak cacat) yang diperoleh dari
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Jumlah sampel dari tiap kelompok perlakuan dihitung
menggunakan rumus Federer, yaitu:

t(r-1) ≥ 15

Dimana; t = jumlah kelompok hewan percobaan


r = jumlah sampel percobaan
t(r-1) ≥ 15
4 (r-1) ≥ 15
4r – 4 ≥ 15
4r ≥ 19
r ≥ 4,75 ~ 5

Dalam penelitian ini terdapat 4 kelompok percobaan.


Kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan
Federer. Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah
sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah 5 ekor untuk setiap kelompok percobaan. Sehingga
total mencit yang dibutuhkan adalah 20 ekor.
Alat penelitian

• Perlengkapan kandang hewan coba


• Kotak kaleng sebagai tempat pembakaran
• Alat untuk pembedahan kornea mencit
• Alat untuk proses jaringan
• Alat untuk sectioning, staining, dan mounting
• Alat untuk melihat gambaran histopatologis
Bahan penelitian

• Bahan untuk pemeliharaan mencit (pakan merk


schliepeo sebagai pakan standar)
• Bahan-bahan yang digunakan untuk paparan asap
pembakaran adalah ranting kayu dan daun.
• Eter, NaCl, buffer formalin 10%, xylol I, II, III,
parafin cair, etanol, lithium carbonat, alkohol 70%,
80%, 96%, hematoxyclin eosin dan entelan
Kandang pemeliharaan mencit
Kandang perlakuan mencit
Pelaksanaan penelitian

1. Prosedur pemilihan hewan coba


2. Prosedur pemeliharaan mencit
3. Pembagian kelompok perlakuan
4. Prosedur pembuatan asap pembakaran
5. Prosedur pemberian paparan asap pembakaran
6. Prosedur pembedahan
7. Prosedur pengambilan jaringan kornea)
8. Proses pembuatan slide mikroskopik jaringan
kornea.
Analisis data

• Data didapatkan berdasarkan skoring hiperplasia


epitel dan sebukan sel radang kemudian diolah
serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan gambar.
Etika penelitian
• Penelitian ini akan diajukan lulus kaji etik oleh
panitia tetap etik penilaian
Kedokteran/Kesehatan Fakultas Kedokteran
Universitas Riau.
Kepada Dosen Pembimbing, Penguji, Supervisi & Teman -
teman

You might also like