Professional Documents
Culture Documents
COASS RADIOLOGI
RSUD AMBARAWA
RESTU WIDYASTUTI
DEFINISI
Penimbunan darah di dalam rongga subdural (di antara durameter dan arakhnoid)
Sering terjadi akibat robeknya bridging veins yang terletak antara cortex serebri dan
sinus venosus , namun dapat juga akibat laserasi pembuluh arteri pada permukaan
otak.
Paling sering terjadi pada permukaan lateral hemisferium dan bagian temporal
(sesuai dengan distribusi bridging veins)
EPIDEMIOLOGI
SDH Akut dilaporkan terjadi pd 5-25% pasien dengan trauma
kepala berat
SDH Kronik terjadi pada 1-3 kasus per 100.000 populasi
Laki-laki memiliki insiden yang lebih tinggi daripada
perempuan
Lebih sering ditemukan pada umur 50-70 tahun (bridging veins
mulai rapuh mudah ruptur bila trauma
Pada bayi perdarahan subdural bilateral
ETIOLOGI
TRAUMA
Trauma Kapitis
Trauma tempat lain pada badan yang mengakibatkan terjadinya geseran
atau putaran otak terhadap duramater (JATUHTERDUDUK)
Trauma leher Guncangan pada badan
NON TRAUMA
Pecahnya aneurysma atau malfomasi PD di dalam ruangan subdural
Gangguan pembekuan darah dan keganasan maupun perdarah dari tumor
Orang tua
Alkoholik
Penggunaan antikoagulan
Atrophy of the brain, resulting in a space between the brain surface
and the skull, increases the risk of subdural hematoma (SDH)
PATOFISIOLOGI
Robeknya bridging veins atau robeknya otak cairan serebrospinal (bergerak),
arakhnoidea sedangkan sinus venosus dalam keadaan
terfiksir)
trauma
Perdarahan baru
Menarik cairan dari ruang sub
arakhnoid
3. Pemeriksaan Laboratorium
-Protrombine time (PT), activated Partial Thromboplastin Time (aPTT),
atau hitung platelet.
MRI lebih sensitif untuk mendeteksi lesi otak nonperdarahan, kontusio, dan cedera
axonal difus. MRI dapat membantu mendiagnosis bilateral subdural hematom kronik
karena pergeseran garis tengah yang kurang jelas pada CT-scan.
Diagnosis banding
a. Stroke
b. Encephalitis
c. Abses otak
d. Tumor SEREBRI
e. Perdarahan subarachnoid
f. Hydrocephalus
Foto Polos
CT-SCAN
Meningitis atau abses serebri dapat terjadi setelah dilakukan tindakan intrakranial.
Pneumonia, empiema
Tension pneumocephalus
PROGNOSIS
Tidak semua perdarahan subdural bersifat letal.
SDH + lesi parenkim otak angka mortalitasi lebih tinggi dan berat.
Angka mortalitas pada penderita dengan perdarahan subdural yang luas dan
menyebabkan penekanan (mass effect) terhadap jaringan otak, menjadi lebih
kecil apabila dilakukan operasi dalam waktu 4 jam setelah kejadian.
Diagnosis: Acute
Subdural
Hematoma
Acute subdural
hematoma covering
the right cerebral
hemisphere (arrows),
more prominent
posteriorly.
Patient with history
of recent fall.
CT-SCAN
CT-SCAN
ct
CT
Khas: Crescent-shaped
Subdural hematoma. The crescent-shaped clot is less white than on CT scan of acute subdural
hematoma. In spite of the large clot volume, this patient was awake and ambulatory.
Acute Subdural
hematoma (CT) Acute Subdural
Hematoma (MRI)
Acute Subarachnoid Hematoma
(CT and MRI)
MRI
• Note nicely depicted compartmental anatomy of the bilateral frontal Chronic Subdural
Hematomas. Subdural space being only a potential anatomic compartment and only visible
in case of such fluid collections. Note especially on FLAIR the high signal of fluid collections
that is due to high protein content. Also observe the normal subarachnoid space (black - CSF
signal) that follows sulci.
• Subdural hematoma. MRI scan (coronal T1-weighted) showing subdural
effusions on the left convexity with hemorrhage at different stages consistent
with an acute and subacute evolution