You are on page 1of 75

Pembimbing

dr. Cherlina, Sp.A., M.Biomed


Oleh :
Rio Mulya Riharta
1711901057

KKS ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU
RSUD BANGKINANG 2018
onia= infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interst

umonitis
umonia lobaris
umonia atipikal
umonitis interstitial
Inflamasi paru yang
terfokus pada area
bronkiolus dan memicu
produksi eksudat
mukopurulen  obstruksi
saluran respiratori
berkaliber kecil dan
konsolidasi yang merata
ke lobulus yang
berdekatan
• Masalah di berbagai negara
• negara maju= 2-4 kasus/100 anak/tahun
• negara berkembang= 10-20 kasus/100 anak/tahun
• 5 juta kematian/tahun pada anak balita
• Virus, jamur, dan bakteri
Bayi kurang dari 2 bulan Anak umur 2 bulan- 5 tahun
• Pneumonia berat: • Pneumonia ringan: napas
• napas cepat atau retraksi cepat
yang berat • Pneumonia berat: retraksi
• Pneumonia sangat berat: • Pneumonia sangat berat:
• tidak mau menetek/minum • tidak dapat minum/makan
• kejang • kejang
• letargis • letargis
• demam atau hipotermia • malnutrisi
• bradipnea atau pernapasan
ireguler
• Pneumonia masyarakat (community acquired pneumonia)
• Pneumonia RS atau pneumonia nosokomial (hospital acquired
pneumonia)
Bakteri: E. colli, Streptococcus group B, Listeria
Lahir- 20 hari
monocytogenes
Bakteri: Chlamydia trachomatis, S. pneumoniae
3 minggu- 3
Virus: virus Adeno, Influenza, Parainfluenza 1,2,3,
bulan
Respiratory Syncytial Virus
Bakteri: Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae,
4 bulan- 5 S. pneumoniae
tahun Virus: virus Adeno, Influenza, Parainfluenza, Rino,
Respiratory Syncytial Virus
Bakteri: Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae,
5 tahun- remaja
S. pneumoniae
kongesti hepatisasi merah hepatisasi kelabu resolusi
• Demam
• Batuk
• Napas cepat
• Ronki
• Kepala terangguk-angguk
• Pernapasan cuping hidung
• Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
• Merintih
• Sianosis
ANAMNESIS
• Batuk
• Sesak napas
• Demam
• Kesulitan makan/minum
• Tampak lemah
• Serangan pertama atau berulang
PEMERIKSAAN FISIK
• Penilaian keadaan umum anak
• Frekuensi napas dan nadi
• Gejala distres pernapasan
• Demam dan sianosis
Bayi dan anak usia 2 Bayi usia di bawah 2
bulan- 5 tahun bulan
• Pneumonia berat • Pneumonia
• Pneumonia • Bukan pneumonia
• Bukan pneumonia
• Pneumonia ringan
• Pneumonia berat
Batuk dan atau kesulitan bernapas disertai:
• Kepala terangguk-angguk
• Pernapasan cuping hidung
• Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
• Foto dada menunjukkan gambaran pneumonia
Tanda lain:
• Napas cepat
• Suara merintih (grunting) pada bayi muda
• Pada auskultasi terdengar:
• Crackles (ronki)
• Suara pernapasan menurun
• Suara pernapasan bronkial
Anak umur <2 bulan, ≥60 x/menit
Anak umur 2-11 bulan, ≥50 x/menit
Anak umur 1-5 tahun, ≥40 x/menit
Anak umur ≥5 tahun, ≥30 x/menit
Pemeriksaan laboratorium
• Darah lengkap perifer
• Pemeriksaan mikrobiologis
• C-reactive protein
• penderita pneumonia yang dirawat inap
• bila tanda klinis yang ditemukan membingungkan
• Saturasi O2 ≤ 92%  O2
• Pneumonia berat atau asupan peroral kurang  cairan iv
• Antipiretik dan analgetik
• Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl
Pemberian antibiotik
• Neonatus - 2 bulan
• ampisilin + gentamisin

• >2 bulan:
• Lini pertama: ampisilin
• bila dalam 3 hari tidak ada perbaikan dapat
ditambahkan kloramfenikol
• Lini kedua: seftriakson
Bayi: Anak:
• Saturasi O2 ≤92%, • Saturasi O2 ≤92%,
sianosis sianosis
• Frekuensi napas >60 • Frekuensi napas >50
x/menit x/menit
• Distres pernapasan, apnea • Distres pernapasan
intermiten, atau grunting • Grunting
• Tidak mau minum/menetek • Terdapat tanda dehidrasi
• Keluarga tidak bisa • Keluarga tidak bisa
merwat di rumah merwat di rumah
• Gejala dan tanda pneumonia menghilang
• Asupan peroral adekuat
• Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (peroral)
• Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan
rencana kontrol
• Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatanlanjutan di
rumah.
• Empiema
• Bronkiektasis
• Abses Paru
• Bronkiolitis obliteran
• Paru hiperlusen unilateral atau sindrom swyer james
• Miokarditis
• Perikarditis purulenta
• Meningitis
• Sembuh tanpa sekuele
• Berlanjut pada komplikasi berat
• Prognosis  lama sakit sebelum rawat inap, umur, terapi, dan
adanya penyakit atau komplikasi lain
• Dengan terapi antibiotik yang tepat pada awal perjalanan
penyakit  mortalitas dan morbiditas ↓
• Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru
yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial

• Bronkopneumonia adalah peradangan paru, biasanya dimulai


di bronkiolus terminalis. Bronkiolus terminalis menjadi tersumbat
dengan eksudat mukopurulen membentuk bercakbercak
konsolidasi di lobulus yang bersebelahan.
• masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang.
• 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia
disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia
(Survey kesehatan Nasional 2001)
• Pneumonia bisa disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
(Bakteri, virus, parasit dan jamur)
• Etiologi berdasarkan kelompok usia
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
4 bulan-5 tahun Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumonia Haemophillus influenza tipe B
Mycoplasma pneumonia Moraxella catharalis
Streptococcus pneumonia Neisseria meningitides
Ataphylococcus aureus
Virus Virus
Virus adeno Virus Varisella-zoster
Virus influenza
Virus parainfluenza
Virus rino
Respiratory Syncytial virus
5 tahun-remaja Bakteri Bakteri
Chlamydia pneumonia Haemophillus influenza
Mycoplasma pneumonia, streptococcus Legionella sp, staphylococcus
pneumonia auereus.
Virus
Virus adeno
Virus Epstein-Barr
Virus influenza
Virus parainfluenza
Virus rino
Respiratory Syncytial virus
Virus varisella-zoster.
• Berdasarkan lokasi lesi di paru
• Pneumonia lobaris, Pneumonia interstitiali, Bronkopneumonia
• Berdasarkan asal infeksi
• Pneumonia yang didapat dari masyarakat (community acquired pneumonia =
CAP)
• Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
• Berdasarkan mikroorganisme penyebab
• Pneumonia bakteri
• Pneumonia virus
• Pneumonia mikoplasma
• Pneumonia jamur
• Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu
• Pneumonia tipikal
• Pneumonia atipikal
• Berdasarkan lama penyakit yaitu
• Pneumonia akut dan Pneumonia persisten.
Aspirasi, bakteri, virus, jamur masuk ke saluran napas

Infeksi paru
Peningkatan permeabilitas
vaskular, kongesti dalam
alveolus, eksudasi (Std.
Kongesti)

Lobus dan lobulus yang terkena


bergranulasi, berwarna
kemerahan seperti hati, tidak
mengandung udara (Std.
Hepatisasi merah)
Lobus tetap padat, berubah
menjadi kelabu, terjadi
konsolidasi didalam alveolus
akibat deposit fibrin dan leukosit
yang semakin bertambah ( Std.
Hepatisasi kelabu)

Eksudat berkurang, makrofag


bertambah, sel akan mengalami
degenerasi, fibrin menipis,
kuman dan debris menghilang,
isi alveolus melunak dan
berubah menjadi dahak
(Std.resolusi)
• Gejala infeksi umum
• demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, keluhan
gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare.
• Gejala gangguan repiratori
• batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung,
merintih, dan sianosis.
• Pada pemeriksaan fisik
• pekak perkusi, suara napas melemah, dan ronki.
• Anamnesis, Pemeriksaan Fisik dan penunjang
• Berdasarkan gambaran klinis
• Gambaran infeksi umum
• Gejala gangguan respiratorik
• Pemeriksaan Fisik
• Diagnosis berdasarkan pedoman WHO
• Bayi dan anak 2bln-5thn
• Pneumonia berat
• Bila ada sesak nafas dengan retraksi
• Harus dirawat dan diberikan antibiotik
• Pneumonia
• Bila tidak ada sesak nafas
• Ada nafas cepat dengan laju nafas:
• > 50 x/menit untuk anak usia 2 bulan-1 tahun
• > 40 x/menit untuk anak usia > 1-5 tahun
• Bukan pneumonia
• Bila tidak ada nafas cepat dan sesak nafas
• Tidak perlu dirawat dan diberikan antibiotik, hanya perlu diberi
pengobatan simtomatis saja.
• Bayi berusia dibawah 2 bulan
• Pneumonia
• Bila nafas cepat ( > 60 x/menit ) atau retraksi yang berat
• Rawat dan beri antibiotik
• Bukan pneumonia
• Tidak ada nafas cepat atau sesak nafas
• Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simtomatis saja.
Pemeriksaan Keterangan
Penunjang

Pemeriksaan darah  Pada pneumonia virus: leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat.
 Pada pneumonia bakteri: Leukositosis 15.000-40.000/mm3 dengan predominan
PMN.
 Leukopenia (< 5.000/mm3) menunjukkan prognosis yang buruk.
 Efusi pleura merupakan cairan eksudat dengan sel PMN berkisar antara 300-
100.000/mm3.
 Protein > 2,5 gr/dL
 Kadang-kadang terdapat anemia ringan dan laju endap darah (LED) meningkat.

Uji Mikrobiologis Pemeriksaan mikrobiologis tidak rutin dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang
dirawat di RS. Pada pemeriksaan ini spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret
nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru.
Diagnosis dkatakan defenitif bila kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau
aspirasi paru.
• Tatalaksana umum
• terapi oksigen
• Cairan intravena
• Antipiretik dan analgetik
• Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl
• Pemberian antibiotik
• Amoksisilin :
• pilihan utama antibiotik oral pada anak <5th
• (alternatif: co-amoxiclav,ceflacor,eritromisin, claritromisin, dan
azitromisin)
• Jika S.pneumoniae dicurigai sebagai penyebab
• Makrolid :
• pilihan utama pada anak >5th
• Jika M.pneumoniae dan C.pneumoniae dicurigai sebagai penyebabnya
• Makrolid atau kombinasi flucloxaclin dengan amiksisilin
• Jika dicurigai S.aureus sebagai penyebab
• Antibiotik intravena
• Pada pasien yg tidak bisa menerima obat secara oral
• Pneumonia berat
• Antibiotik iv yang dianjurkan (ampisilin, kloramfenikol,co-amoksiclav,
ceftriaxone, cefuroxime dan cefotaxime)
• Pertimbangkan pemberial antibiotik secara oral jika pemberian antibiotik
iv mengalami perbaikan
• Anak dirawat jalan
• kotrimoksasol (4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari, atau
• Amoksisilin (25 mg/kgBB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari
• Anak dirawat inap
• ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau IM setiap 6 jam), pantau dalam 24
jam selama 72 jam pertama.
• respon baik ? maka berikan selama 5 hari.
• Selanjutnya terapi dapat dilanjutkan di rumah atau di rumah sakit dengan amoksisilin oral
(15 mg/kgBB/kali tiga hari) untuk 5 hari berikutnya.

• keadaan klinis memburuk dalam 48 jam ?, atau


• keadaan yang berat (tidak mau menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya,
kejang, letargis atau tidak sadar, distress pernafasan berat) maka
• tambah kloromfenikol (25 mg/kgBB/kali IM atau IV setiap 8 jam).
• Bila datang dengan klinis berat, berikan oksigen dan kombinasi
ampisilin-kloromfenikol atau ampisilin-gentamisin.
• Sebagai alternatif beri seftriakson (80-100 mgkgBB IM atau IV sekali
sehari)
• Efusi parapneumonia
• Emphyema
• Pneumatokel
• Bronkiektasis
• Abses paru
• Sebagian besar anak dengan pneumonia sembuh dengan
cepat dan sempurna.
• Mortalitas <1% didapatkan pada
• anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan
• datang terlambat untuk pengobatan

• Pemberian antibiotik dengan cepat sebagai inti dari pengobatan


memberikan prognosis yang baik dalam penyembuhan
Definisi
• Esofagus merupakan salah satu organ silindris
berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan
berdiameter 2 cm, terbentang dari hipofaring
sampai cardia lambung, kira-kira 2-3 cm di bawah
diafragma. Esofagus terletak posterior terhadap
jantung dan trakea, anterior terhadap vertebra dan
berjalan melalui lubang diafragma tepat
Sfingter • Sfingter Esofagus bagian atas (UES)
sofagus • Sfingter Esofagus bagian bawah (LES)

Fungsi • Menghantarkan makanan


sofagus dan minuman dari faring ke
lambung
1.Mukosa

1.Sub mukosa

1.Muskularis

1.Serosa
• Anatomi Lambung
Lambung merupakan bagian sistem gastrointestinal yang
terletak antara esofagus dan duodenum
Fungsi Lambung
• ¾ proksimal, fundus dan korpus berfung
sebagai penampung makanan serta temp
produksi pepsin dan asam lambung.
•¼ distal lambung/antrum beker
mencampur makanan dan mendorongnya
duodenum serta memproduksi gastrin.
• Gastroesofageal refluks disease (GERD )
suatu keadaan patologis sebagai akibat
Definisi kandungan lambung ke dalam esofagus, d
berbagai gejala yang timbul akibat keter
esofagus, faring, laring dan saluran nafas.

• Penyakit ini umumnya ditemukan pada populasi n


negara barat, namun dilaporkan relatif rendah inside
negara Asia – Afrika.
• GERD dapat diderita oleh laki-laki dan perempuan
emiologi laki-laki dan wanita untuk terjadinya GERD adalah 2:1
3:1(4). GERD pada negara berkembang sangat dipe
oleh usia, usia dewasa antara 60-70 tahun merupak
yang seringkali mengalami GERD.
ndonesia belum ada data epidemiologi mengenai penyakit ini, n
Difisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-R
to Mangunkusumo Jakarta didapatkan kasus esofagitis seba
8% dari semua pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi
kasi dispepsia
luks gastroesofageal pada pasien GERD terjadi melalui 3 mekan
uks spontan pada saat relaksasi LES yang tidak adekuat
an retrograde yang mendahului kembalinya tonus LES setelah me
ningkatnya tekanan intraabdominal
eart burn
isfagia
• Manifestasi Klinis
• Pemeriksaan :
• Endoskopi saluran cerna bagian atas
• Esofagiografi dengan barium
• Pemantauan pH 24 jam : pH dibawah 4 pada jarak
5 cm diatas UES dianggap diagnostik untuk refluks
gastroesofageal.
• Tes Bernstein: Tes ini dianggap positif bila larutan ini
menimbulkan rasa nyeri dada pada pasien,
sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan nyeri
asi Los Angeles

Derajat Kerusakan Gambaran Endoskopi

A Erosi kecil – kecil pada mukosa esofagus dengan


diameter < 5mm

B Erosi pada mukosa / lipatan mukosa dengan


diameter > 5 mm tanpa saling berhubungan

C Lesi yang konfluen tetapi tidak mengenai /


mengelilingi seluruh lumen

D Lesi Mukosa esofagus yang bersifat


sirkumferensial (mengelilingi seluruh lumen
esofagus)
1. Modifikasi gaya hidup
• Posisi kepala / tempat tidur ditinggikan 6-8 inch serta menghindari
makan sebelum tidur dengan tujuan meningkatkan bersihan asam selama
tidur serta mencegah refluks asam dari lambung ke esofagus.

• Menghindari menggukan baju yang ketat (tekanan intraabdominal)


• Menghindari rokok
• Mengurangi berat badan jika overweight
• Menghindari makanan yang dapat menstimulasi asam lambung:
• coklat, teh, peppermint, kopi dan minuman bersoda
• Menghindari obat-obat yang dapat menurunkan tonus LES :
• antikolinergik, teofilin, diazepam, opiate, antagonis kalsium, agonis
beta adrenergic, progesterone.
2. Terapi medikamentosa
Antasid
Golongan obat ini cukup efektif dan aman dalam
menghilangkan gejala GERD tetapi tidak menyembuhkan lesi
esofagitis. Selain sebagai buffer terhadap HCl, obat ini dapat
memperkuat tekanan sfingter esophagus bagian bawah.
Antagonis reseptor H2
Sebagai penekan sekresi asam, golongan obat ini efektif
dalam pengobatan penyakit refluks gastroesofageal jika
diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus.
Obat-obatan prokinetik
Secara teoritis, obat ini paling sesuai untuk pengobatan
GERD karena penyakit ini lebih condong kearah gangguan
motilitas.
Metoklopramid
Obat ini bekerja sebagai antagonis reseptor dopamine.
Efektivitasnya rendah dalam mengurangi gejala serta tidak
berperan dalam penyembuhan lesi di esophagus kecuali dalam
kombinasi dengan antagonis reseptor H2 atau penghambat
pompa proton.
Domperidon
Golongan obat ini diketahui dapat meningkatkan tonus
LES serta mempercepat pengosongan lambung
Cisapride
Efektivitasnya dalam menghilangkan gejala serta
penyembuhan lesi esophagus lebih baik dibandingkan dengan
domperidon.
Sukralfat
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan pertahanan
mukosa esophagus, sebagai buffer terhadap HCl di esofagus
serta dapat mengikat pepsin dan garam empedu
Penghambat pompa proton (Proton Pump Inhhibitor/PPI)
Golongan obat ini merupakan drug of choice dalam
pengobatan GERD. Golongan obat-obatan ini bekerja
langsung pada pompa proton sel parietal dengan
mempengaruhi enzim H, K ATP-ase yang dianggap sebagai
tahap akhir proses pembentukan asam lambung.
3. Operasi
Operasi adalah sangat efektif dalam menghilangkan gejala-
gejala dan merawat komplikasi-komplikasi dari GERD
Tekniknya dikenal sebagai fundoplication
• Edema laring
• Perforasi esofagus
• Aspirasi pneumonia
• Peradangan
• Pembentukan tukak
• Perdarahan
• Striktur
• Pembentukan jaringan parut.
• Bareett’s
yakit refluks gastroesofageal (GERD) adalah suatu keadaan patologis se
at refluks kandungan lambung ke dalam esofagus, dengan berbagai gejala
ul akibat keterlibatan esofagus, faring, laring dan saluran nafas.
ndonesia belum ada data epidemiologi mengenai penyakit ini, namun d
troenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto Mangunk
arta didapatkan kasus esofagitis sebanyak 22,8% dari semua pasien
jalani pemeriksaan endoskopi atas indikasi dispepsia.
• Kondisi penyakit refluks gastroesofagus atau GERD disebabkan
aliran balik (refluks) isi lambung ke dalam esophagus. GERD
seringkali disebut nyeri ulu hati (heartburn) karena nyeri yang
terjadi ketika asam yang normalnya ada dilambung, masuk
dan mengiritasi atau menimbulkan rasa seperti terbakar di
esophagus
• Gejala-gejalanya dapat mencakup heart burn(sensasi terbakar
pada esofagus), dispepsia, regurgitasi, disfagia, atau
odinofagia (kesulitan menelan / nyeri saat menelan),
hipersalivasi, atau esofagitis.
• Pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian atas merupakan
standar baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya
mucosal break di esofagus (esofagitis refluks).

You might also like