You are on page 1of 18

Histamin dan

Antihistamin.
SUHARTI ,.S.SI,.M.FARM,.APT
Sumber dan Kimia
Histamin .
Histamin pertama kali diisolasi dari ekstrak ergot.pada thn 1972.
histamine dapat diisolasi dari jaringan paru dan hati.karena terdapat
dalam jaringan,senyawa ini dinamakan histamine (histos=jaringan).
Pada penggoresan kulit ditemukan pula zat yang bernama
H- Substance dan ternyata zat ini adalah histamin.
Histamain atau 2-(4 imidazole)-etilamin dihasilkan dengan cara
dekarboksilase.Reaksi ini juga terdapat dalam sel sel tubuh yang
reaksi nya sama dengan yang terjadi dalam lumen usus.
Histamin yang imaksud dalam pembicaraan berikut adalah persenyawaan amin endogen dgn BM
rendah yang di sintesis,disimpan,dan dilepaskan terutama oleh sel mast dan sel basofil.
Walaupun histamin terdapat hampir pada semua jaringan tubuh,namun distribusinya tidak
merata.konsentrasi tertinggi histamin terdapat di kulit,paru ,dan mukosa saluran cerna sesuai
dgn padatnya sel mast pada jaringan tsb.
Pelepasan histamin dari tempatnya dapat melalui reaksi antigen-antibody,regulasi intrinsik dan
reaksi nonantigen-antibodi.
Histamin melakukan kerja biologisnya berkombinasi dgn reseptor selular yg terdapat pada
permukaan membran.
Ada tiga jenis reseptor histamin yang dikenal disebut : H1,H2,dan
H3 berada di menbran prasinaptik.
Aktifitas reseptor H1 menyebabkan efek penurunan tekanan vascular
perifer,peningkatan venula pascakapiler,vasokonstriksi arteri coroner
dan arteri basiler,bronkospasme,kontraksi otot polos ileum,rasa sakit
gatal pada ujung saraf kulit,serta pada dosis tinggi,histamin merangsang pelepasan ketokelamin dari
medulla adrenalin.
Aktifitas reseptor H2 menyebabkan penurunan tahanan vascular
perifer,vasodilatasi kulit muka,dilatasi arteri karotis dan arteri pulmonalis,peningkatan otomatisitas atrium
dan ventrikel,bronkodilatasi,hambatan terhadap IgE-dependent degranulation dari basofil.
Aktivasi reseptor H3 menyebabkan hambatan terhadap saraf eksitasi kolinergik dan nonkolinergik di
jalan nafas.
Reseptor H3 dikenal sebagai penghambat feed-back di beberapa system organ,misalnya di
SSP,reseptor H3 menyebabkan sedasi dgn cara mengantagonis kerja H1(penderita tdk mengantuk)
dan di bronchus H3,mengantagonis kerja H1 shg terjadi bronkodilatasi.
ANTAGONIS H1
Obat yang disebut sebagi antihistamin (senyawa etilamin) adalah obat
yang mengantagonis histamin pada resptor H1 shg disebut juga antagonis reseptor H1.
Secara farmakologis,antihistamin dikatakan bekerja secara antagonis kompetitif yang reversible pada
reseptor tsb,tetapi tdk memblok pelepasan histamin. Secara kimiawi,antihistamin terdiri atas
beberapa
Beberapa kelompok persenyawaan kimia yang berbeda dan secara garis besar dibagi atas 2 group
yaitu:
1.Generasi I :etolamin(difenhidramin,klemastin,karbinoksamin,doksilamin dan
dimenhidrinat),etillendiamin(pirilamin,tripelennamin,antazolin,dan
mepiramin),alkilamin(klorfeniramine dan bromfeniramine),piperazin(hidroksizin,siklizin,dan
meklizin),dan fenotiazin(promethazine,mekuitazin,trimeprazin).
2,Generasi
II:alkilamin(akrivastin),piperazine(setirizine),piperidin(astemizol,levokabastin,loratadin,terfenadine
dan fleksofenadi,dan lainnya yaitu ciproheptadine.
Untuk gol generasi ke 2 disebut juga antihistamin nonsedasi karena obat2 ini tidak menembus sawar
Farmakokinetik
Antagonis H1 biasanya diabsorpsi dengan baik disaluran cerna .setelah pemberian oral,kadar puncak
plasma dicapai dalam 2-3 jam dan efeknya berkhir 4-6 jam.walaupun demikian,ada beberapa obat
yang kerjanya lebih lama,misal klemastin,setirizin,terfenadine(12-24 jam ),sedangkan astemizol 24
jam.
Penelitian yang intensif pada obat generasi pertama terbatas.difenhidramin yg diberikan per oral
mencapai kadar maksimum dalam darah kurang lebih 2 jam dgn waktu paruh 4 jam.
Distribusi obat ini luas,tmsuk di SSP dan dalam jumlah kecil dijumpai didalam urine dgn bentuk
metabolit.
Eliminasi obat ini cepat pada anak dan dapat di menginduksi enzym microsomal hepatik.
Obat generasi ke2 eperti astemizol,terfenadine,dan loratadin diabsorbsi secara cepat di saluran cerna
dan di metabolism di hati melalui system microsomal hepatic .
Indikasi Klinik
1.Reaksi Alergi.
Obat anti histamin sering merupakan obat yang pertama digunakan untuk mencegah atau
mengobati alergi akut dgn gejala rhinitis,urtikaria,dermatitis dan konjungtivitis,terutama dari gol
generasi I.
Namun untuk reaksi anafilaktik sistemik,epinefrin tetap merupakan obat pilihan walupun antagonis
H1 juga memegang peranan .
Di AS ,antihistamin yg terbanyak dipakai untuk mengatasi rinitis alergik(hay fever) adalah golongan
alkilamin(klorfeniramin) dan gol piperadin(terfenadin).
Untuk profilaksis obat yang biasa digunakan adalah terfenadin Karen efeknya yang panjang.
Pada penderita asma,penggunaan antagonis H1 tidak efektif,terutama pada anak karena obat obat
ini,khususnya generasi I mengeringkan sekresi bronkiolus.
Untuk pengobatan kojungtivitis alergik biasanya digunakan levokabastin.
Beberapa dermatitis alergik juga memberikan respons yang baik terhadap antagonis H1,terutama
urtikaria akut dn mengurangi rasa gatal,edema,serta eritem.dari beberapa penelitian ternyata untuk
mengatasi urtikaria krnik idiopatik,terfenadin lebih superior dibandingkan klorfeniramin,dan setirizin
terbukti ampuh untk mengatsi urtikaria fisik mis:cuaca dingin.
Selain itu terbukti kombinasi antagonis H1 dan H2 sangat bermanfaat terhadap penderita urtkaria
yang gagal diobati dengan antagonis H1.
efek sedasi ygn ditimbulkan dan efektivitas antagonis H1 berbeda2 sehingga penggunannya
terhadap pasien berdasarkan efektivitas ,efek sedasi yang minimal,setra jangan melupakan aktivitas
si penderita.
2.Anti Emetika
Untik mengatasi mual dan muntah,biasanya digunakan golongan fenotiazin(prometazin),dan diduga
karena obat ini bekerja dgn cara menghambat reseptor H2 di saluran cerna.
Sementara untuk mengatasi hyperemesis gravidarum biasanya digunakan golongan
etanolamin(doksilamin).

3.Motion sickness.
untuk mengatasi maslah ini :Skopolamin merupakan pilihan obatnya
tetapi beberapa antagonis H1 juga dapat digunakan baik untuk pengobatan atau profilaksis motion
sickness .
obat seperti dimenhidrinat,piperazin(siklizin,meklizine),prometazin,sinarizin sering di gunakan
untuk mengatasi hal tersebut dan efek samping antimuskariniknya
(mulut kering,penglihatan kabur dan retensi urine) rendah.
4.Anestesi Lokal:
Menggunakan promethazine dan difenhidramin tetapi memerlukan dosis yang besar.obat2 ini di
gunakan jika penderita alergi terhadap obat anestesi lokal.
Kontra Indikasi :
1. wanita hamil dan menyusui ,kecuali promeazine,doksilamin,dn terfenaine dapat digunakan oleh
wanita hamil.
2. Asma terutama pada anak.
3. Pengemudi/ngantuk terutama generasi 1.
4. Glukoma dan hipertrofi prostat,terutama generasi 1.
5. Gangguan kardiovaskular dan hepatic,terutama penggunaan terfenadine dan astemizol.
5.Efek samping
Efek samping antgonis H1 generasi I yang paling seringterjadi adalah sedasi,selain itu,gejala SSP lain
dapat terjadi,sepertifsu makan, pusing,tinnitus,lesu,insomnia,dan tremor.
Efek smping yg lain berupa gangguan cerna contoh hilangnya nafsu makan,mual muntah,nyeri
epigastrum,bahkan diare.
6. Interaksi obat :
efek sedasi antagonis H1 generasi I meningkat bila diberikan dgn
obat yg menekan SSP, Cntoh:alcohol dan diazepam.
Antagonis H2
Antagonis H1 tidak menghambat asam lambung.pada awal tahun-70an,antagonis H2 terbukti dapat
mengintrol sekresi asam lambung secara fisiologis.
Dua antagonis pertama yang ditemukan adalah Burinamid dan simetidin.Simetidin diketahui
mempunyai cincin imidazole,dan dgn perkembangannya cincin ini diganti dgn senyawa
furan(ranitidine) atau dengan tiazol(famotidine,nizatidin).obat obat antagonis H2 bersifat lebih
hidrofilik dibandingkan dgn antagonis H1 dan dapat mencapai SSP.
mekanisme kerja:
Obat2 ini diduga bekerja dgn cara menghambat interaksi histamin dgn reseptor H2 secara kompetitif
dan selektif sehingga tidak memberikan efek pada reseptor H1.
Kerja utama obat ini adalah mengurangi sekresi asam lambung yang disebabkan oleh
histamin,gastrin,obat –obat kolinomimetrik(AINS),rangsangan vagal makanan(terutama asam),insulin
dan kopi.Obat-obat ini tdk hanya menghambat sekresi asam nocturnal tetapi basal.selain itu ,obat
obat ini mereduksi dengan baik volume cairan lambung dan konsentrasi ion Histamin+.
Simeidin ,ranitidine,dan famotidine memiliki pengaruh yang kecil terhadap fungsi otot polos
lambung dan tekanan sfingter esophagus.
Nizatidin dapat menekan kontraksi asam lambung sehingga memperpendek waktu pengosongan
lambung dan hal ini diduga karena efeknya menghambat asetilkolinesterase.
Farmakokinetik.
Antagonis H2 diabsorpsi secara cepat dan baik setelah pemberian oral. Konsentrasi puncak plasma
dicapai dalam waktu 1-2 jam.
Waktu paruh eliminasi ranitidine,simetidin,dn famotidine kurang
2-3 jam sedangkan Nizatidin lebih pendek yaitu1,3 jam.walaupun
obat obat ini mengalami metabolism hepatic,obat obat ini di ekskresikan dalam jumlah besar di urin
dalam bentuk utuh sehingga pada gangguan ginjal perlu penyesuaian dosis.

Indikasi Klinik :
1. Ulkus lambung dan duodenal:
Antagonis H2 dapat menurunkan sekresi asam,baik nocturnal maupun basal yang dirangsang oleh
makanan atau factor lain,seperti
oleh obat2an AINS.obat ini dapat menekan rasa nyeri akibat ulkus tsb.
2.Sindrom Zollinger Ellison. Contoh obatnya Omeprazole.
3.Penyakit refluks esophagus: obat yg tadi disebutkan diatas dapat
mengatasi penyakit ini.
4.Keadaan lain: stress ulcers,syndrome short bowel,maupun hipersekresi yang disebabkan oleh
mastositosis atau leukemia basolitik
Dengan hiperhistaminemia.Obat ini juga sering digunakan pada pra –anestetik untuk mengurangi
bahaya aspirasi akibat asam lambung.
Efek samping.
Efek samping yang sering banyak dilaporkan dgn pemakain ranitidine dan cimetidine, tetapi secara
keseluruhan efek samping dari pemakian ke 2 obat tsb rendah.
Efek smaping dari cmetidin adalah pusing,skit kepala ,nyeri otot,gangguan
seksual,ginekomastia,dan diare.Gejala SSP,seperti somnolens dan kebingungan lebih banyak lagi
terjadi pada orang tua dan penderita gangguan ginjal.
Hilangnya libido ,impoten dapat terjadi karena pemakain cimetidin jangka panjang karena obat
ini meningkatkan prolactin dan mengikat reseptor androgen.
Untuk ranitidine efek samping sprit diatas jarang terjadi.
Efek samping Famotidin yang sering terjadi berupa sakit kepala,konstipasi bahkan diare.
Daftar pustaka
1. AMA DRUG EVALUATION,ANNUAL 1992.
2. CRAIG,CR,et al:Modern Pharmaology,fourth ed.liltle,Brown Company,1990
3. Katzung,BG:Clinical Pharmacology,6 ed.1966.

You might also like