You are on page 1of 36

Handout IKA

LIMFADENITIS NON TUBERKULOSIS


DAN
LIMFADENITIS TUBERKULOSIS

oleh :

Septian Hady Putra


1711901025

Pembimbing
dr. Hj. Rahayu Suharmadji, Sp.A
Limfadenitis Non Tuberkulosis
Kelenjar Getah Bening
• Kelenjar getah bening/KGB adalah organ berbentuk oval dari
sistem limfatik, didistribusikan secara luas ke seluruh tubuh
termasuk ketiak dan perut dan dihubungkan oleh pembuluh
limfatik.
• Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari
berbagai mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil
dari degradasi sel-sel atau metabolisme
• Apabila peradangan terjadi pada kelenjar limfe di leher disebut
dengan scrofula. Limfadenitis pada kelenjar limfe di leher inilah
yang biasanya paling sering terjadi
DEFINISI

.
Limfadenitis adalah peradangan pada satu atau beberapa
kelenjar getah bening
Peradangan  hiperplasia kelenjar getah bening 
(klinis) teraba benjolan pada saluran getah bening
• Kelenjar getah bening membesar dan teraba lunak
dan nyeri. Kadang kulit diatasnya tampak merah dan
teraba hangat.
ETIOLOGI

1. Non TB : bakteri (Streptococcus dan Staphylococcus), virus,


protozoa, riketsia dan jamur
2. TB : Mycobacterium tuberculosis

Lokasi kelenjar getah bening pada seluruh


tubuh
Bakteri,virus,protozoa,riketsia atau
jamur
PATOFISIOLOGI

Hidung mata
kulit Telinga
KLASIFIKASI

1. Limfadenitis disebabkan oleh virus


2. Limfadenitis disebabkan oleh bakteri
3. Limfadenitis disebabkan oleh mikobakteri
4. Limfadenitis disebabkan oleh jamur
5. Limfadenitis disebabkan oleh protozoa
6. Dan lain-lain
MANIFESTASI KLINIS

• kelenjar getah bening yang terserang biasanya akan membesar


dan jika diraba terasa lunak dan nyeri

• selain itu gejala klinis yang timbul adalah


- demam,
-nyeri tekan : umumnya diakibatkan peradangan atau proses
perdarahan.
- dan tanda radang.
• Kulit di atasnya terlihat merah dan terasa hangat,
pembengkakan ini akan menyerupai daging tumbuh atau biasa
disebut dengan tumor.
Ukuran: Normal bila diameter 0,5 cm (pada lipat paha >1,5cm dikatakan
abnormal).

penyakit konsistensi Sifat kelenjar limfa


keganasan keras Bisa digerakkan
limfoma padat
infeksi lunak
abses fluktuatif - Kemerahan
- Suhu lebih panas dari
sekitar
- Fluktuatif

Penempelan: Beberapa Kelenjar Getah Bening yang menempel dan bergerak


bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis keganasan.
Manifestasi klinis dari penyebab penyakit lain

ISPA TB / Keganasan Penyakit kolagen/ Serum


(serum seckness)
- Demam - Demam - Demam penyebab tidak
- Nyeri tenggorok - Keringat malam jelas
- Batuk - Penurunan berat - Rasa lelah
badan - Nyeri sendi
- Riwayat pemakaian obat
dan produk darah
DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dari :


a.Anamnesis
b.Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan penunjang

a. Anamnesis
• Dari anamnesis dapat diperoleh:
• Lokasi pembesaran kelenjar getah bening
• Gejala-gejala penyerta (symptoms)
• Riwayat penyakit
• Riwayat pekerjaan dan perjalanan
b. Pemeriksaan fisik

• Ukuran : diameter 0,5cm (normal), >1,5 cm (abnormal).


• Nyeri tekan
• Kemerahan
• hangat pada perabaan
• Konsistensi : keras (keganasan), padat seperti karet (limfoma),
lunak (infeksi), fluktuatif (abses).
• KGB menempel dan bergerak bersamaan bila digerakkan →
tubelkulosis, sarkoidosis atau keganasan.
Perbedaan limfadenitis non TB dan TB

Limfadenitis non TB Limfadenitis TB

Infeksi virus Infeksi bakteri Abses Limfadenopati M. Tuberculosis

- Bilateral - Nyeri tekan - Kemerahan - Tanda - Minggu – bulan


- Lunak - 1 atau 2 sisi - Suhu lebih peradangan - Fluktuatif
- Mobile - Fluktuatif ± panas dari tidak ada - Kulit diatasnya
- Mobile sekitar - KGB keras tipis
- Fluktuatif - Immobile - Bisa pecah
- Terbentuk
jembatan” kulit
di atasnya
C. Pemeriksaan Penunjang

1. Hasil Laboratorium (tidak spesifik)


2. Mikrobiologi (spesifik  kultur)
3. Biopsi : untuk memastikan apakah gejala-gejala
tersebut merujuk pada penyakit limfadenitis maka
perlu adanya pengangkatan jaringan
untuk pemeriksaan di bawah mikroskop
TATALAKSANA
Meliputi terapi medikamentosa , dietetik dan edukasi
a.obat-obatan/medikamentosa
Etiologi Simtomatis Suportif
1. Virus dapat sembuh sendiri Antiinflamsi imunodulator
2. Bakteri: antibiotik oral flucloxacilin Analgetik Vitamin
25mg/kgBB 4x1. cephalexin Antipiretik
25mg/kgBB 3x1 atau eritromisin
15m/kg 3x1
3. TB : Firstline >> rifampisin, INH,
pirazinamid, etambutol dan
streptomisin.

Fase intensif (2 bln pertama): RHZ


Fase lanjutan (4 bln atau lebih); RH
b. dietetik

c. edukasi
Dalam memberikan edukasi hendaknya
dijelaskan tentang:
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
5. Cara pengobatan dan pencegahan
6. Prognosis
Prognosis
• Prognosis untuk pemulihan adalah baik jika segera diobati
dengan antibiotik.
• panjang pemulihan tergantung pada penyebab infeksi.
• Penderita dengan limfadenitis yang tidak diobati dapat
mengembangkan abses, selulitis, atau keracunan darah
(septikemia), yang kadang-kadang fatal.
LIMFADENITIS TUBERKULOSIS
Pendahuluan

• Tuberkulosis (TB)  Salah satu penyakit infeksi


terbanyak di dunia  Mycobacterium tuberculosis
• WHO  sekitar 1,9 M manusia terinfeksi kuman TB.
• Jumlah penderita TB di Indonesia ke-3 terbanyak di
dunia setelah India dan Cina (10% penderita TB dunia)
• Penyebaran TB dibagi 2 :
1. TB Paru
2. TB Ekstra Paru (di luar paru)
• Limfadenitis TB  TB di luar paru yang paling
banyak ditemukan
• Amerika Serikat 41%, Jerman 50%.
• Insiden Limfadenitis TB di India sering pada usia 11-
20 tahun, di USA 25-50 tahun
• Perbandingan Laki-laki dan Perempuan = 1:1,3
Definisi
•Limfadenitis TB merupakan peradangan pada kelenjar
limfe atau getah bening yang disebabkan oleh M.
tuberkulosis.
•Pembengkakan kelenjar : Scrofula (bahasa latin)
Infeksi M. tuberkulosis pada kulit oleh karena perluasan
langsung tuberkulosis ke kulit atau terpajan melalui
kontak dengan tuberkulosis disebut scrofuloderma.
Limfadenitis tuberkulosa yang sudah menjadi skrofuloderma
• Infeksi M. tuberkulosis pada kulit oleh karena perluasan
langsung tuberkulosis ke kulit atau terpajan melalui kontak
dengan tuberkulosis disebut scrofuloderma.
Etiologi
• Limfadenitis tuberkulosis disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tergolong dalam
family Mycobactericeae dan ordo Actinomyceales
Patofisiologi
Penularan Tuberkulosis

Menurut Beyers et al :
• Dosis/ jumlah paparan
• Konsentrasi kuman di udara
• Virulensi kuman
• Durasi/ lama pajanan
• Keadaan imunitas host
Manifestasi
Klinis

- Demam ringan, penurunan berat badan dan


kelelahan, sering juga dengan keringat malam.
- Terlihat pembesaran kelenjar getah bening yang
tidak nyeri (umumnya: di servikalis posterior
dan supraklavikular).
Klasifikasi menurut james dan campbell :

Satidum 1 pembesaran kelenjar berbatas tegas, mobile dan diskret.

Stadium 2 pembesaran kelenjar yang kenyal serta terfiksir ke jaringan


sekitar oleh karena adanya periadenitis.

Stadium 3 perlunakan di bagian tengah karena pembentukan abses.

Stadium 4 pembentukan abses pada leher

Stadium 5 :pembentuk saluran (sinus).


Diagnosis

1. ANAMNESIS.
2. PEMERIKSAAN FISIK
4. FOTO THORAX
Lesi TB aktif :
• Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas
paru.
• Kavitas (seperti lubang).
5. TEST TUBERKULIN dengan cara Mantoux
6. LABORATORIUM
- FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy).
- Pemeriksaan Sputum Sewaktu Pagi Sewaktu
- Cairan Pleura maupun cairan serebrospinal.
Tatalaksana
Meliputi terapi medikamentosa , dietetik dan edukasi

a. medikamentosa

Etiologi Simptomatis Suportif


Obat anti tuberkulosa Antiinflamsi imunodulator
(OAT) Analgetik Vitamin
dengan regimen : Antipiretik
2HRZE/ 4H3R3
Macam-Macam Regimen Obat

 Pedoman internasional dan nasional menurut WHO

menggolongkan limfadenitis TB dalam kategori III dan


merekomendasikan pengobatan selama 6 bulan dengan
regimen 2HRZ/4RH atau 2HRZ/4H3R3 atau 2HRZ/6HE.

 American Thoracic Society (ATS) merekomendasikan

pengobatan selama 6 bulan sampai 9 bulan


Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) (2011)

mengklasifikasikan limfadenitis TB ke dalam TB ekstra paru


dan mendapat terapi Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Kategori
Regimen obat yang digunakan adalah 2HRZE/ 4H3R3.

British Thoracic Society Research Committee and Compbell

(BTSRCC) merekomendasikan pengobatan selama 9 bulan


dalam regimen 2RHE/7RH (WHO, 2004)
b.dietetik

c.edukasi
Dalam memberikan edukasi hendaknya
dijelaskan tentang:
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Manifestasi klinis
5. Cara pengobatan dan pencegahan
6. Prognosis
Prognosis

• Tergantung pada keadaan sosial ekonomi pasien, kebiasaan


hidup sehat serta ketekunan berobat.
• Bila diagnosa dapat ditegakkan pada stadium dini maka
prognosis baik
Daftar Pustaka
• Bayazit, Y. A., Bayazit, N., Namiduru, M., 2004. Mycobacterial Cervical
Lymphadenitis. ORL; 66:275-80.
• Clevenbergh, P., et al., 2010. Lymph Node Tuberculosis in Patients from Regions
with Varying Burdens of Tuberculosis and HIV Infection. Presse Med;39:e223-230.
• Cook, V. J., Manfreda, J., Hershfield, E. S., 2004. Tuberculous Lymphadenitis in
Manitoba: Incidence, Clinical Characteristic and Treatment. Can Respir J; 11(4):279-
86.
• Dandapat, M., C., Mishra, B., M., Dash, S., P., Kar, P., K., 1990. Peripheral Lymph
Node Tuberculosis: A Review of 80 Cases. Br J Surg; 77:911..
• Narang, P., Narang, R., Narang, R.,. 2005. Prevalence of tuberculous lymphadenitis
in children in Wardha district, Maharashtra State, India. Int J Tuberc Lung Dis; 9:188.
• PDPI. 2011. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis 2011.
Jakarta:Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
• Sharma, SK. dan Mohan, A.. 2004. Extrapulmonary Tuberculosis. Indian Journal of
Medicine Microbiology Res; 120: 316-53

You might also like