You are on page 1of 62

FRAKTUR

Oleh
Virni Tiana Aprielia

Pembimbing

dr. H. Unang Yusuf A. Hamba, Sp.BO


DEFINISI

 Fracture is a break in the structural continuity of bone

(Apley’s). Suatu patahan pada kontinuitas struktur tulang

 Terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epifisis atau


permukaan sendi kartilago, yang disebabkan adanya force
fisik atau kekerasan yang timbul secara mendadak.
TIPE FRAKTUR
Incomplete
Complete/Comminuted
 Terpisah secara tak lengkap

 Patah menjadi ≥ 2 fragmen  Periosteum tetap menyatu

 Greenstickbengkok/melengkung
 Melintang, Oblik, Spiral, kominutif
yang mengenai satu korteks dengan
 Umumnya disebabkan karena injuri angulasi korteks lainnya yang
terjadi pada tulang panjang
berkekuatan tinggi
terutama pd anak
 Garis patah tidak melalui seluruh
penampang tulang (tulang tidak
pecah menjadi beberapa fragmen),
COMPLETE FRACTURE
INCOMPLETE FRACTURE

 Greenstick fracture
 Compression fracture
2. Konfigurasi

Fraktur linier

O Fraktur transversal

O Fraktur yang arahnya melintang pada tulang

O Merupakan akibat trauma angulasi atau langsung

O Bila sudut < 30 o

O Fraktur oblik

O Fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu

tulang

O Merupakan akibat trauma angulasi

O bila sudut > 30 o

O Fraktur spiral

O Fraktur yang arah garis patahnya membentuk spiral

O Disebabkan trauma rotasi.


Fraktur comminutive

O Butterfly

O Comminuted
JENIS FRAKTUR

OPEN (COMPOUND) FRACTURE


O CLOSED (SIMPLE) FRACTURE integritas kulit rusak
Terdapat hubungan antara tulang dengan dunia
O tidak menyebabkan robeknya kulit, luar karena fragmen tajam menembus kulit (dari
integritas kulit masih utuh dalam) karena objek tajam melukai kulit
menembus sampai ke tulang (dari luar)
Klasifikasi fraktur terbuka (Gustilo,1990)

O Tipe I: Luka kecil, bersih, kerusakan minimal pada jar. lunak, fraktur tdk kominutif
O Tipe II: Luka >1cm, tdk ada penutup kulit, moderate crushing/ comminution of the

fracture
Tipe III: Kerusakan yg luas pada kulit, jar. lunak, dan struktur neurovaskuler

Tipe IIIA: masih dapat ditutupi dgn jar. lunak


Tipe IIIB: terdapat pelepasan periosteum, fraktur komunitif yg berat
O Tipe IIIC: Terdapat kerusakan arteri atau saraf perifer
KLASIFIKASI FRAKTUR TERTUTUP (TSCHERNE,
1984)
GRADE 0 : Sedikit/tanpa cedera jaringan lunak

GRADE 1 : Abrasi dangkal atau memar

GRADE 2 : Kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan

GRADE 3 : Kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindrom

kompartemen
BERDASARAKAN KONDISI TULANG

O Fraktur patologi

O Fraktur yang disebabkan karena kelemahan tulang,

O Misalnya pada tumor tulang primer, metastasis ke tulang, infeksi tulang, osteoporosis, dan
metabolic bone disease
O Fraktur stres

O Ketika adanya beban berulang.

O Fraktur kompresi (impacted),

O Fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah
permukaan lain
O Fraktur avulasi,

O Fraktur yang diakibatkan trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
PENDEKATAN KLINIS PADA KASUS FRAKTUR

O Anamnesis
O Gejala klasik fraktur :
O Riwayat Trauma
O Jenisnya, berat ringannya, arah, posisi penderita atau
ekstrimitas yang terkena.
O Rasa nyeri dan bengkak pada bagian tulang yang patah
O Deformitas (angulasi, rotasi )
O Nyeri tekan
O Krepitasi
O Gangguan fungsi muskuloskeletal akibat nyeri
O Putusnya kontinuitas tulang
O Gangguan neurovaskular
GENERAL SIGNS

Tulang yang patah penting untuk melihat adanya

1.Shock atau perdarahan

2.Kerusakan otak, spinal cord atau viscera

3.Penyebab predisposisi
TANDA LOKAL

LOOK FEEL MOVE

 Edema Localized tenderness  Crepitus


 Memar Pulse: pada bagian distal  Posisi abnormal
 Deformitas dari bag yg fraktur ROM
Test sensasi
SKIN IS INTACT?? Vascular injury: surgical ?? Apakah pasien dapat
emergency memindahkan sendi distal ke
area yang injury
O Pemeriksaan Penunjang
O Berupa X-ray : RULE OF TWO
1. Two views : mencakup 2 foto ( AP dan Lateral )
2. Two Joints : meliputi sendi atas dan bawah dari fraktur
3. Two limb : (anak-anak) karena lempeng epifisis seperti garis
fraktur jadi butuh foto yang normal
4. Two injuries : kadangkala trauma tidak hanya menyebabkan
satu daerah yang terkena
5. Two occasions : dua waktu / serial biasanya satu atau dua
minggu akibat fraktur yang sulit dinilai setelah trauma ( ex : os
clavicula, scaphoid )
Fracture Healing (Stage)
1. Kerusakan jaringan & hematom terjadi sampai dengan hari
ke-5

• Pembuluh darah robek  hematom


• Tulang permukaan fraktur mati 1-2 mm

2. Inflamasi & proliferasi selular (8 jam pertama)


• Reaksi inflamasi akut
• Proliferasi sel di bawah periosteum
• Ujung fragmen dikelilingi jaringan sel  jembatan
• Hematom diabsorpsi
• Pembuluh darah baru
3. Pembentukan Kalus (4minggu)

• - Sel yang berpotensi khondrogenik &


osteogenik  Massa selular menebal
 Immature bone & kartilago  kalus
 pemadatan mineral
• - Osteoklas membersihkan tulang yang
mati
4. Konsolidasi

- Tulang rawan menjadi tulang lamellar

- Osteoklas membersihkan debris

- Osteoblas mengisi celah antar


fragmen  tulang baru
5. Remodeling (6-12 bulan)

- Tulang dibentuk ulang oleh proses


resorbsi & formasi
TREATMENT FRAKTUR TERBUKA

Penanganan dini

Debridemen

Penutupan luka

Stabilisasi fraktur
PENGANGANAN DINI

Tutup luka (sementara)


Profilaksis antibiotik Antitetanus
mencegah infeksi lebih lanjut

• * kombinasi benzilpenicilin
& flukloksasilin tiap 6 jam
selama 48 jam (jika luka
terkontaminasi >>>)
Debridemen

 Tujuan: membersihkan luka dari benda asing dan jaringan

mati, serta memberikan vaskularisasi yang baik pada daerah


luka.

 Irigasi dengan garam fisiologis

 Eksisi luka: sesedikit mungkin, tepi lukanya sehat


Debridemen

 Ekstensi pada luka: lakukan dengan hati-hati

 Pembersihan luka: dicuci dengan saline, jangan gunakan

syringe memperburuk kontaminasi

 Pembuangan jaringan mati

 Tendon dan saraf: secara umum dibiarkan saja


Penutupan Luka

 Luka Tipe I yang kecil dan tidak terkontaminasi  dapat ditutup

 Luka yang lain dibiarkan terbuka hingga bahaya infeksi telah lewat,

balut dengan kasa steril, lihat setelah 2 hari, kalau bersih dapat dijahit
atau dilakukan pencangkokan kulit
Stabilisasi Fraktur

 Penting untuk mengurangi infeksi dan membantu perbaikan jar. lunak.

 Fiksasi tergantung dari:

 - derajat kontaminasi,

 - jarak waktu dari kejadian sampai operasi,

 - banyaknya kerusakan jaringan lunak.


Perawatan Selanjutnya

 Tungkai ditinggikan, perhatikan sirkulasinya.

 Antibiotik dilanjutkan sampai 72 jam

 Pada luka yang dibiarkan terbuka, lihat dalam 2-3 hari, dan lakukan

delayed primary suture atau pencangkokan kulit.

 Bila terjadi toksemia atau septikemia (stlh pemberian kemoterapi)

lakukan drainase
KOMPLIKASI FRAKTUR

Komplikasi Umum
24 jam pertama setelah cedera :
 Syok

 Koagulopati difus

 Crush syndrome

 Trombosis vena dan emboli paru-paru

 Tetanus
Early Complication

Visceral Injury

Nerve Injury

Compartement Syndrome

Infection

Gas Gangrene

Fracture Blister

Plester and Pressure Sore


Compartement
Syndrome
Late Complication
Avascular
Delayed Union Non-Union Mal union
Necrosis

Growth Myositis
Bed Sores Tendon Lesions
Disturbance Ossificans

Complex
Muscle Nerve
Joint Instability regional pain
Contracture Compression
syndrome

Osteoartrtitis
PENANGANAN ( Fraktur Tertutup)

Penyembuhan fraktur dipengaruhi oleh faktor fisiologis dari tulang sehingga


aktivitas otot dan early weightbearing dianjurkan.
1. REDUCTION

• Adequate apposition ↓ gap


fragmen
Tujuan Reduksi
• normal alignment
• Cegah komplikasi

 Semakin luas permukaan yang kontak antar fragmen, semakin


besar healing terjadi.
 Terdapat dua metode
 Close reduction
 Open reduction
Close Reduction

3 manuver:

O bagian distal dari anggota badan ditarik sesuai dengan garis tulang

sebenarnya

O setelah patahan tulang terpisah kembalikan patahan tulang tersebut sampai ke

posisi mendekati sebelumnya ( normal )

O pelurusan disesuaikan pada setiap sudut.


Close reduction digunakan untuk

O ↓ posisi tulang yang tidak seharusnya

O Menghindari manipulasi langsung area fraktur oleh open reduction yang

merusak suplai aliran darah


Open Reduction

Indikasi penggunaan :

 Apabila reduksi tertutup gagal

 Terdapat patahan tulang yang besar yang membutuhkan

penempatan yang akurat

 Traksi fraktur avulsi


2. HOLD REDUCTION

Tujuan: ↑ healing jaringan lunak, bagian lain dapat bergerak

Methods :

① Continuous traction

② Cast splintage

③ Functional bracing

④ Internal fixation

⑤ External fixation
① Continuous traction

Traction by gravity • Hanya bagian tungkai atas

• A pull of no more than 4 or 5 kg


Skin traction
• Fixed, Balanced, Russell

• A stiff wire or pin is inserted


Skeletal traction
• Fixed, Balanced, Russell
CONTINUOUS TRACTION

1. Traksi dengan gaya berat

- hanya tungkai atas

- Wrist sling
CONTINUOUS
TRACTION
2. Skin Traction
- Weight ≤ 4-5 Kg
CONTINUOUS

TRACTION

3. Skeletal Traction

- Wire/Pin insertion at behind tibial tubercle, lower


tibia, or calcaneum
② Cast splintage

 Untuk imobilisasi fraktur dan memperbaiki deformitas

 Memberikan tahanan pada jaringan lunak pada fraktur atau menyokong dan

menstabillkan sendi

 Dilakukan pada fraktur tungkai distal dan pada hamper seluruh fraktur pada anak
Methods:

O Plaster of Paris

O Fiberglass

Kerugian:

yang terbungkus plaster tidak bisa bergerak dan cenderung kaku

Can be minimized:

O Delayed splintage (traction initially)

O Replace cast by functional brace after few weeks


Cast Splintage-Technique
3. Functional Bracing

 Menggunakan plaster Paris atau material thermoplastic (untuk mencegah kekakuan

pada sendi setelah penggunaan splint) 3-6 minggu pos traksi

 Digunakan untuk fraktur femur/tibia.


4. FIKSASI INTERNAL:

- Fixed bone fragment dengan sekrup, plat logam,


paku intramedullar

- Risiko Infeksi  sepsis

- Fiksasi internal  memegang dan menahan


fraktur memulai pergerakan sejak awal
EXTERNAL FIXATION

Diaplikasikan pada tibia dan pelvis, femur, humerus, radius. Fraktur dapat
dipertahankan dengan sekrup pengikat atau kawat penekan yang melalui
tulang diatas dan dibawah fraktur, dan dilekatkan pada suatu kerangka
luar.
TERIMA KASIH

You might also like