Professional Documents
Culture Documents
DAVI DZIKIRIAN
TEMIDTYA KURNIA
Carpal tunnel syndrome (CTS) adalah salah satu gangguan karena terjadi
penyempitan pada terowongan karpal, baik akibat edema fasia pada
terowongan tersebut maupun akibat kelainan pada tulang-tulang kecil
tangan sehingga terjadi penekanan terhadap nervus medianus di
pergelangan tangan.
Carpal tunnel syndrome diartikan sebagai kelemahan pada tangan yang
disertai nyeri pada daerah ditribusi nervus medianus.
Carpal tunnel syndrome merupakan neuropati tekanan terhadap nervus
medianus terowongan karpal di pergelangan tangan dengan kejadian yang
paling sering, bersifat kronik dan ditandai dengan nyeri tangan pada malam
hari, parestesi jari-jari yang mendapat innervasi dari saraf medianus,
kelemahan dan atrofi otot thenar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Anamnesis
•Riwayat perjalanan penyakit pasien kadang lebih penting dibandingkan dengan pemeriksaan fisik
untuk menentukan diagnosis dari CTS.
Nyeri
•Rasa nyeri sering timbul pada daerah ventral dari pergelangan tangan. Rasa nyeri ini dapat
menjalar ke distal mencapai telapak tangan dan jari atau, lebih sering, menjalar ke arah proksimal
sepanjang sisi ventral dari lengan bawah.
Diagnosis
Gejala otonom
• Tidak sedikit pasien yang mengeluhkan gejala terjadi di seluruh tangannya. Banyak
pasien dengan CTS juga mengeluhkan perasaan keras/kaku atau bengkak pada
tangannya dan/atau perubahan suhu (misal, tangan menjadi dingin atau panas).
• Banyak juga pasien yang melaporkan perubahan sensitivitas tangan terhadap suhu
(biasanya dingin) dan perbedaan warna kulit. Kasus yang jarang, dimana beberapa
pasien mengeluhkan terjadinya perubahan dalam hal keluarnya keringat.
Kemungkinan besar, gejala-gejala tersebut berhubungan dengan keterlibatan serabut
saraf otonom dari n.medianus.
Kelemahan / kekakuan
• Kehilangan kekuatan tangan (khususnya ketepatan menggenggam yang melibatkan
jempol) sering terjadi; pada prakteknya, kehilangan sensasi dan rasa nyeri sering
menjadi penyebab yang lebih penting dari kelemahan dan kekakuan, daripada
kehilangan kekuatan tangan.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
•Pemeriksaan fisik penting dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis neurologis dan muskuloskeletal yang
lainnya, namun pemeriksaan fisik kadang hanya berkontribusi sedikit dalam mengkonfirmasi diagnosis CTS.
Pemeriksaan sensorik
•Abnormalitas dari modalitas sensorik mungkin dapat terlihat pada regio palmar (telapak) dari tiga jari
pertama dan setengah sisi radial dari jari ke kempat. Uji monofilamen Semmes-Weinstein atau diskriminasi
2 titik mungkin lebih sensitif.
Pemeriksaan motorik
•Kelelahan dan kelemahan otot tangan yang diinervasi oleh n.medianus dapat diketahui (otot LOAF)
•L - First and second lumbricals
•O - Opponens pollicis
•A - Abductor pollicis brevis
•F - Flexor pollicis brevis
Diagnosis
Tes Khusus
• Hoffmann – Tinel sign: Menekan secara gentle pada n.medianus di regio carpal tunnel akan
menimbulkan kesemutan pada daerah distribusi saraf, metode ini masih sering dilakukan
meskipun memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang rendah
• Phalen sign: Rasa kesemutan pada area distribusi n.medianus yang dirangsang dengan
fleksi maksimal (atau ekstensi maksimal untuk reverse Phalen) dari pergelangan tangan lebih
dari 60 detik. Uji ini memiliki spesifisitas 80% namun sensitivitas yang lebih rendah
• The carpal compression test: Tes ini dlakukan dengan melakukan tekanan kuat langsung di
atas carpal tunnel, biasanya dengan ibu jari, selama 30 detik untuk menimbulkan gejala.
Laporan menunjukkan bahwa tes ini memiliki sensitivitas hingga 89% dan spesifisitas 96%.
• Palpatory diagnosis: Tes ini dilakukan dengan memeriksa secara langsung jaringan lunak
yang melapisi n.medianus pada pergelangan tangan, untuk restriksi mekanik.
• The Square wrist sign: Uji ini dilakukan dengan mengukur rasio ketebalan pergelangan
tangan dengan lebar pergelangan tangan, dimana hasilnya lebih besar dari 0,7.
Sensitivitas/spesifisitas hanya 70%
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
•Tidak ada tes darah untuk diagnosis CTS, namun uji laboratorium untuk kondisi-kondisi yang
berhubungan (misal, diabetes) mungkin dapat dilakukan ketika ada indikasi.
Studi Pencitraan
•Tidak ada studi pencitraan yang rutin dilakukan dalam diagnosis CTS
•Magnetic Resonance Imagin (MRI) dari carpal tunnel sangat berguna sebelum dilakukan operasi
jika dicurigai terdapat space-occupying lesion. Pada beberapa kasus CTS, ketidaknormalan dari
n.medianus dapat dideteksi, namun bagaimana hubungan kondisi tersebut dengan tingkat
keparahan diagnosis dan fisiologis belum dapat dditentukan dengan jelas.
•USG memiliki potensi untuk mengidentifikasi space-occupying lesion yang terletak pada dan di
sekitar n.medianus, mengkonfirmasi kelainan dari n.medianus (misal, peningkatan area cross
sectional) yang dapat berupa diagnosis dari CTS, dan sebagai pemandu dalam injeksi steroid
pada carpal tunnel.
Diagnosis
Uji lainnya
• Elektroneurografi
• Elektromiografi
DIAGNOSIS BANDING
Carpal Tunnel Syndrome adalah kondisi klinis yang umum, namun diagnosis
bandingnya dapat menjadi sangat kompleks karena kriteria diagnosis dari CTS masih
subjektif.
CTS didiagnosis berdasarkan pola khas gejala, termasuk parestesi pada malam hari di
daerah distribusi n.medianus, dan parestesia yang diperparah dengan aktivitas
tertentu, seperti menggenggam terlalu lama yang dapat terjadi ketika membaca
buku atau koran atau mengendarai mobil.
Pada kebanyakan pasien lainnya, diagnosis tidak terlalu jelas, karena muncul variasi
dari gejala. Rasa nyeri adalah gejala yang paling membingungkan. Banyak kondisi
spesifik dan non-spesifik muncul bersamaan dengan nyeri, CTS salah satu di
antaranya.
Mati rasa dan parestesia adalah gejala yang umum dari CTS, tetapi mungkin juga
disebabkan oleh kelainan neurologik dan non-neurologik lainnya, terutama ketika
gejalanya menetap dan tidak diikuti dengan pola khas berupa memberat di malam
hari atau memberat dengan aktivitas seperti yang terjadi pada CTS.
Pemeriksaan elektrodiagnostik kadang membantu untuk membedakan kondisi-
kondisi tersebut dari CTS.
DIAGNOSIS BANDING
Keganasan intrakranial
•Terdapat mati rasa atau kesemutan pada tangan, kelemahan pada tangan, atau kehilangan koordinasi dari
tangan. Temuan ini akan dihubungkan dengan hiperrefleksia, sehingga mengindikasikan bahwa diagnosis lebih ke
arah central. Selain itu, pola dari kelemahan atau hipoestesia biasanya tidak terbatas pada distribusi persarafan
n.medianus.
Multiple sklerosis
•Pada diagnosis dari multiple sklerosis membutuhkan beberapa kelainan dan gambaran patologis, tidak ada satupun
yang khas untuk CTS. Kelainan CNS yang lainnya hanya mempengaruhi otot-otot di daerah distal secara acak
(diffuse), sehingga semua otot intrinsik menunjukkan kelemahan, tidak hanya tempat-tempat tertentu saja.
Cervical radikulopathy
•Pemeriksaan neurologis yang teliti akan menunjukkan kelemahan atau kebaalan pada dermatom atau miotom
proksimal, tidak konsisten dengan diagnosis dari neuropati median fokal. Rasa nyeri atau gejala yang terjadi di leher,
terutama yang diperberat dengan gerakan atau penekanan pada leher juga merukapakan petunjuk yang
berguna. Gejala yang bertambah berat dengan batuk atau bersin lebih mengarah pada cervical radikulopathy
dibandingkan dengan CTS.
Cervical syringomyelia
•Karakteristik dari rasa baal atau kelemahan, sangat berbeda, menggambarakan bahwa gejala berasal dari cervical
spine.
DIAGNOSIS BANDING
•Insisi dilakukan sepanjang 3 cm, secara linier atau longitudinal, dari palmar distal di antara
thenar dan hypothenar ke arah retinakulum proksimal. Seluruh retinakulum fleksorum dilakukan
transaksi. Beberapa komplikasi dari pembedahan ini termasuk bekas luka dan nyeri neuralgia
kutaneus. Kekambuhan setelah pembedahan jarang terjadi dan biasanya merupakan hasil
dari ketidaksempurnaan transaksi dari retinakulum fleksorum atau trauma iatrogenik dari
n.medianus.
•Ada dua teknik endoskopi: sistem pelepasan satu portal dan sistem pelepasan dua portal.
•Studi kasus membandingkan pembebasan carpal tunnel dengan teknik pembedahan terbuka
dan endoskopi menunjukkan tingkat keberhasilan yang sama dalam hal pengurangan gejala
dan kepuasan dari pasien. Teknik terbuka menimbulkan bekas luka yang lebih besar,
sedangkan endoskopi menimbulkan resiko cedera saraf yang lebih besar.
PENCEGAHAN
Menjaga tangan tetap hangat karena tangan lebih mudah terasa sakit bila dalam suhu
dingin.
Perbaiki postur tubuh karena potur tubuh yang salah dapat menyebabkan posisi bahu
sedikit kedepan sehingga pada posisi ini otot leher dan bahu akan memendek dan
menekan saraf-saraf leher yang dapat mempengaruhi pergelangan tangan, jari dan
tangan.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas yang
persisten di daerah distribusi nervus medianus.
Komplikasi yang paling berat adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan
nyeri hebat, hiperalgesia, disestesia, dan gangguan trofik.
Sekalipun prognosa carpal tunnel syndrome dengan terapi konservatif maupun operatif
cukup baik, tetapi resiko untuk kambuh kembali masih tetap ada. Bila terjadi
kekambuhan, prosedur terapi baik konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.
PROGNOSIS
CTS tampaknya menjadi progresif dari waktu ke waktu dan dapat mengarah
pada kerusakan n.medianus yang permanen. Apakah manajemen
konservatif dapat mencegah progresivitas belum jelas.
Awalnya, sekitar 90% kasus CTS ringan sampai sedang respons dengan
manajemen konservatif. Seiring waktu, bagaimanapun, sejumlah pasien
memerlukan terapi bedah.