Universal di dalam Masyarakat Nilai & Norma • Nilai adalah perasaan tentang apa yangt diinginkan atau tidak dinginkan yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang yang memiliki itu. Semua orangf memiliki tata nilai yang digunakannya untuk digunakannya untuk menilai baik atau buruknya sesuatu didalam kehidupannya. • Norma adalah hasil kesepakatan bersama didalam suatu masyarakat atau kelompok, sehingga setiap anggota dapat menerimanya dan menaatinya dalam kehidupannya. Norma juga berarti peyunjuk-petunjuk untuk hidup yang berisi perintah atau larangan agar setiap manusia berperilaku sesuai dengan aturan atau norma itu. • Tujuan norma yaitu untuk menciptakan keteriban dan kedamaian serta kerukuna dalamn kehidupan bersama dalam masyarakat, baik dibidang keagamaan, kesusilaan, kesopanan, adat-istiadat, hukum dan peraturan di sekolah. Nilai dan norma memiliki hubungan yang erat. Karena norma mengatur setiap perilaku individu maupun kelompok masyarakt. Bila terjadi pelanggaran maka orang tersebut akan dihina, dikucilkan, dalam pergaulan, dan dicemooh. Contoh nilai dan norma yang berlaku secara universal di dalam masyarakat 1. Kekayaan dan Kebahagiaan Kekayaan bukanlah sumber kebahagiaan. Orang yang mengejar kekayaan karena mereka mengira setelah kaya mereka akan bahagia. Tuhan Yesus pernah dicobai oleh iblis. Iblis membawa Tuhan keatas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya: “Semua itu kan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku” (Matius 4:8-9). Namun Tuhan Yesus menolak tawaran iblis, karena Tuhan Yesus tahu bahwa kekayaan dunia bukan sumber kebahagiaan, kakayaan adalah anugerah dari Tuhan Yesus yang harus kita pergunakan untuk kemuliaan Tuhan dan kesejahteraan bersama. 2. Kedudukan Di dalam lingkungan masyarakat terdapat kendudkan baik kedudukan yang tinggi maupun yang rendah. Yang kedudukannya dianggap rendah biasanya adalah orang yang miskin, tidak berpendidikan atau orang-orang yang dilahirkan dalam kelas sosial yang rendah. Di dunia orang yang berkedudukan tinggi itu dianggap hebat. Mereka selalu diberikan perlakuan yang istimewa. Jika tidak mereka akan tersinggung dan marah. Kedudukan itu penting dan berharga bila seorang memiliki kedudukan yang tinggi, ia dapat menciptakan keduukan yangt besar di lingkungannnya: organisasi, partai, pemerintahan, dll. Namun kedudukan bukanlah segalanya-galanya.surat Yakobus misalnya, memperingatkan kepada orang Kristen tidak terkesima oleh kedudukan. Sebaliknya, orang miskinpun tidak boleh kita anggap rendah dan remehkan karena kemiskinannya. Yakobus juga meperingatkan orang yang kaya dari mereka yang berkedudukan tinggi agar tidak menganggap bahwa semua itu akan membuat ia dihormati secara berlebihan. Tuhan Yesus mengingatkan, “Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hamba untuk semuanya” (Markus 10:42-43). Tuhan Yesus tidak memperhitungkan kedudukan-Nya yang yang tinggi dan penting. Ia bahkan melepaskan semuanya, “mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan samapai mati di kayu salib.” 3. Kemasyuran Kemasyhuran hampir sama dengan kedudukan. Perbedaannya, orang yang berkedudukan tinggi tidak selalu termasyhur, dan orang yang termasyhur tidak selalu berkedudukan tinggi.Banyak orang yang suka mencari kemasyhuran. Mereka senang bila mendapat perhatian dari orangt banyak. ketika Yesus dicobai, Ia pun ditawarkan kemasyhuran oleh iblis. Iblis mengajak Yesus ke bubungan Bait Allah di Yerusalem. Iblis menantang Tuhan Yesus, “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri- Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan Menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Tuhan Yesus justru menolak tantangan dan tawaran itu. Bagi-Nya, hal itu sama saja dengan mencopai Allah. Bahkan ketika Ia menyembuhkan orang banyak, Dia meminta kepada murid-murid- Nya agar tidak meberitahukan kepada siapa pun, karena Tuhan inbig agartidak ada orang yang mengikuti Dia hanya karena menyaksikan dan mengalami mukjizat-mukjizat-Nya atau karena kemasyhuran-Nya belaka. Tuhan Yesus tahu bahwa kenyataan bahwa Mesias harus menderita tidak dapat diterima oleh banyak orang, bahkan murid- murid-Nya sekalaipun. Itulah sebabnya kemasyhuran bukanlah sesuatu yang penting bagi Yesus. Nilai-nilai Yesus memang radikal dan berlawanan dengan nilai-nilai dunia umumnya. 4. Persahabatan Persahabatan sebagai satu jiwa yang tinggal di dalam dua tubuh (Aristoteles). Ia juga mengatrakan bahwa mencari sahabat itu mudah namun membangun persahabatan membutuhkan upaya yang sangat berat. Nilai persahabatan pada umumnya yaitu “setia kepada kawan”. Namun banyak orang yang salah memahami, seperti tawuran yang dianggap sebagai setia kawanan, namun sebenarnya itu salah. Seringkali persahabatan digunakan untuk menjerumuskan kawan dalam kehancuran. Bila persahabatan itu merupakan suatu jiwa yang tinggal di dalam dua tubuh, maka seorang sahabat sejati tidak akan rela membawa temannya kedalam kehancuran. Menurut Rasul Paulus “Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang- orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar — tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati. Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”(Roma 5:6-8). Tuhan Yesus rela mati untuk orang yang berdosa, yaitu kasih agape. Berdasarkan teladan Yesus, kita harus menolong dan mengasihi teman-teman kita, dan berpihak pada mereka yang lemah. SEKIAN DAN TERIMA KASIH