You are on page 1of 35

Presentasi Kasus

Abses Peritonsillar
Pembimbing : dr. Kote Noordhianta, Sp. THT-KL, M.Kes
Daniela Angeline 2012-061-001
Identitas Pasien
 Nama : Bpk. J.B
 Usia : 30 tahun
 Alamat : Kl. A Yani, Cikole, Sukabumi
 Pekerjaan : Buruh
 Tanggal masuk : 12 Febuari 2015
 Tanggal dikonsul ke THT : 13 Febuari 2015
UGD
Anamnesis
Pasien tertimpa bangunan pada bagian wajah.
Muntah (-)
Pingsan (-)

Keadaan Umum
Kesan sakit : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Warna Kulit : Normal
Tampak : Luka robek rahang bawah
UGD
Pemeriksaan Fisik
Tanda Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70mmHg
Nadi : 84x / menit
Respiratory Rate : 22x / menit
Suhu : 36’C
GCS : E = 4 ; M = 6 ; V =5

Mulut : Fraktur Palatum (+)


Lidah : Coated tounge (-)
Anamnesis
 Diagnosis bagian Saraf
Cedera Kepala Ringan

Dikonsul ke THT karena

 Epistaksis sejak 2 hari SMRS.


CT-scan menunjukkan Hematosinus maksilaris
sinistra.
Anamnesis
 Riwayat penyakit sekarang
 Sejak ± 3 hari sebelum masuk rumah sakit pasien merasa nyeri
dan kesulitan saat menelan, nyeri dirasakan terus menerus
disertai dengan timbulnya demam yang naik turun. Ia juga
merasa sulit untuk membuka mulut. Pasien menyangkal
terdapatnya liur yang berlebih atau cairan yang keluar dari
mulutnya. Pasien juga merasakan bengkak sejak 3 hari yang lalu
yang terdapat pada rahang sebelah kanan, namun sudah jauh
berkurang sejak masuk rumah sakit. Pasien merasa terdapat
rasa mengganjal pada mulutnya dan asupan makanan juga
menurun akibat nyeri dan sulit menelan ini, hingga pasien hanya
dapat makan bubur selama 3 hari terakhir.
 Penurunan BB disangkal
 Keluhan sakit kepala dan sakit gigi disangkal
 Riwayat batuk pilek disangkal
Riwayat Penyakit Dahulu
 Riwayat alergi dan asma disangkal
 Riwayat batuk lama disangkal
 Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
 Riwayat alergi dan asma disangkal
 Riwayat batuk lama disangkal
 Riwayat diabetes mellitus disangkal
 Riwayat tumor dan keganasan disangkal.
Pemeriksaan Fisik
 Kepala dan leher
 Kepala : normocephali, deformitas (-)
 Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
bulat/bulat, isokor
 Hidung: septum nasi di tengah, sekret-/-, mukosa basah
Pemeriksaan Fisik
 Thorax
Paru
 Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris baik statis dan dinamis
 Palpasi : Fremitus taktil teraba simetris, pergerakan dada simetris
 Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
 Auskultasi: Bunyi nafas vesikular +/+, wheezing -/-, rhonki -/-

Jantung
 Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
 Palpasi : Ictus cordis teraba pada linea midclavicularis kiri ICS IV
 Perkusi : Batas-batas jantung dalam batas normal
 Auskultasi: Bunyi jantung reguler, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
 Inspeksi : Tampak cembung, lesi (-), sikatriks (-),
pelebaran vena (-)
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), massa(-)

Extremitas:
 Akral hangat, Capillary refill time <3 detik
Pemeriksaan Fisik THT
Auris dextra sinistra
 Dextra : Lesi (-), massa (-), deformitas (-)
 Sinistra: Lesi (-), massa (-), deformitas (-)

Kanalis akustikus eksternus


 Dextra : Hiperemis (-), laserasi (-), sekret (-), serumen (+),
massa (-), edema (-)
 Sinistra : Hiperemis (-), laserasi (-), sekret (-), serumen (+),
massa (-), edema (-)

Membran timpani
 Dextra : Intak, reflex cahaya (↓)
 Sinistra: Intak, refleks cahaya (↓)
Pemeriksaan Fisik THT
Cavum nasi
 Dextra : Hiperemis(-), edema(-), sekret(-), krusta(-),
hipertrofi konka (-), deviasi septum (-)
 Sinistra : Hiperemis(-), edema(-), sekret(-), krusta(-),
hipertrofi konka (-), deviasi septum (-)
Pemeriksaan Fisik THT
Nasopharynx Oropharynx
 Arkus faring : Hiperemis (+/-), edema (+/-),
fluktuasi (-)
 Tonsil : Hiperemis (+/-), edema (+/-),
tonsil T4/T3, kripta melebar (-/-), detritus(-/-), pus (-/-)
 Uvula : Hiperemis (+), edema (+), deviasi
uvula ke kiri
 Faring posterior : sulit dinilai karena tertutup
pembesaran tonsil
Maksillofasial : Simetris, nyeri tekan (-)
Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran
Diagnosis Banding
 Suspek abses peritonsillar
 Suspek abses mandibula
Pemeriksaan Penunjang
15 Juli 2013
 Hemoglobin : 13,4 gr/dL
 Leukosit : 17.700/uL
 Hematokrit : 40,9 %
 Trombosit : 457.000/uL
Diagnosis Kerja
 Abses Peritonsillar
Penatalaksanaan
 Diit lunak-cair
 Rencana insisi abses 18 Juli 2013 (pasien menolak)
Terapi
 IVFD RL 12 tpm
 Ibuprofen 3 x 2 cth
 Cefotaxime 2 x 1 gram
 Metronidazole 500 mg setiap 6 jam IV
Abses Peritonsillar (Quinsy)
 Abses pada ruang potensial leher
 Komplikasi dari infeksi tonsillitis akut Quinsy
 Terbentuk pus di luar kapsul tonsil, yaitu pada ruang
potensial ‘fossa supratonsil’
 Gambaran edema dari palatum molle
Anatomi
 Tonsil : massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang
ditunjang oleh jaringan ikat dan kripta di dalamnya
 4 Tonsil pada rongga mulut :
a. Tonsilla faringeal (adenoid)
b. Tonsilla palatina
c. Tonsilla lingual
d. Tonsilla tuba
 Kapsul tonsil tidak merekat erat dengan otot faring
sehingga mudah diseksi pada tonsilektomi.
 Pada peradangan tonsil, dapat terjadi perlekatan kapsul
tonsil dengan dinding faring sehingga menyebabkan kapsul
tonsil sulit untuk diseksi.
Cincin Waldeyer :
1. Tonsilla Faringeal
2. Tonsilla Palatina
3. Tonsilla Tuba
4. Tonsilla Lingual
Patofisiologi
 Diperkirakan karena tonsillitis eksudatif yang
berkembang menjadi selulitis kemudian terbentuklah
sebuah abses.
 Sebuah penelitian terbaru mengimplikasikan bahwa
kelenjar Weber berperan dalam patofisilogi
pembentukan abses.
Kelenjar Weber
 Kelenjar eksokrin yang terletak superior dari tonsilla
palatina pada palatum molle dan terhubung dengan tonsil
melalui sebuah duktus.
 Fungsi : memproduksi enzim yang mencerna sisa-sisa
makanan dan debris yang terperangkap di dalam kripta
dari tonsil.
 Inflamasi pada kelenjar ini dapat menyebabkan selulitis
lokal, semakin lama duktus akan semakin terobstruksi
akibat proses inflamasi di sekitarnya. Proses ini dapat
menyebabkan nekrosis jaringan, produksi pus, dan
bermanifestasi sebagai abses peritonsilar.
Stadium Abses Peritonsillar
a. Stadium Infiltrasi
 Pada stadium infiltrasi akan terdapat infiltrasi dari sel-sel
radang sehingga menyebabkan gejala-gejala inflamasi
seperti color, rubor, dolor, tumor dan fungsio lesa lokal pada
permukaan mukosa palatum molle.
b. Stadium Lanjut (abses)
 Pada stadium lanjut daerah yang terinflamasi akan menjadi
lunak dan kekuningan akibat adanya pembentukan pus.
Pada saat ini tonsil mengalami edema, mungkin terdapat
banyak detritus dan terdorong ke arah superior dan
medial, uvula menjadi bengkak (white grape appearance)
dan terdorong ke arah kontralateral (deviasi uvula).
Faktor Risiko
 Infeksi pada gigi dan rongga mulut
 Tonsillitis akut (eksudatif)
 Merokok
Manifestasi Klinis
Gejala Manifestasi Klinis
Demam Palatum molle eritem, edem dengan
uvula terdorong kontralateral. Uvula
dapat edem, dan terdapat pembesaran
tonsil ipsilateral
Malaise Trismus
Odonifagia (lebih nyeri pada sisi yang Drooling
terinfeksi)

Disfagia (hipersalivasi) Hot potato voice / muffled voice


Otalgia ipsilateral Foetor ex ore (nafas berbau)
Regurgitasi Limfadenitis cervical
Diagnosis
 riwayat tonsillitis atau penyakit gigi sebelumnya
 PF : pembengkakan dan hiperemis dari palatum molle
disertai deviasi uvula dan fluktuasi daerah peritonsillar.
 Pada abses harus ditemukan adanya pembentukan pus di
dalamnya, hal ini dapat ditegakan dengan aspirasi (needle
aspiration).
 Pemeriksaan penunjang lainnya yang dapat digunakan
adalah USG (Ultrasonography) untuk melihat ada tidaknya
cairan dalam massa tersebut.
Diagnosis Banding
 Peritonsillar cellulitis
 Infectious mononucleosis
 Lymphoma
 Retromolar and retropharyngeal abscess
Komplikasi
 Abses yang pecah spontan menyebabkan :
 aspirasi paru – paru
 perdarahan akibat erosi dinding abses
 penyebaran infeksi yang dapat menimbulkan sepsis nekrosis ke
dalam arteri karotis.
 Infeksi juga dapat menyebar secara perkontinuitatum ke
dalam rongga mediastium dan parafaring menyebabkan
mediastinitis dan abses parafaring.
 Infeksi oleh kuman Streptococcus group A dapat
menyebabkan sequele poststreptococcal seperti
glomerulonephritis dan rheumatic fever).
Bakteri Pembentuk Abses Peritonsillar
Terapi
 Stadium infiltratif : amoxicillin clavulanate 875 mg +
dexamethasone 2-3 mg/kgBB
Amoxicillin clavulanate 875 mg ( diberikan 2 kali per hari)

Penicillin VK 500 mg (4 kali sehari) + metronidazole 500mg (4 kali sehari)

Clindamycin 600mg (2 kali sehari) / 300mg (4 kali sehari)

 Antibiotik ini diberikan selama 10 hari


 Stadium abses : insisi drainase yang dilakukan dengan pasien
duduk tegak. Pasien diminta untuk memuntahkan darah dan
drainase keluar dari mulut.
 Pada pasien dengan riwayat tonsillitis akut harus dilakukan
tonsillektomi setelah infeksi tenang yaitu 2-3 minggu.
Daftar Pustaka
 Water TRVD, Staecker H. Otolaryngology : Basic Science and
Clinical Review. New York : Thieme Medical Publishers, Inc;
2006
 Gosselin BJ, et al. Peritonsillar Abscess. Medscape. 2012.
Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/84829-
workup#a0722

You might also like