You are on page 1of 45

FARMAKOLOGI

MUSKULOSKELETAL
PENDAHULUAN
Hal-hal yang terkait dengan sistem muskuloskeletal
• Sistem muskuloskeletal penting terkait fungsi lokomotorik / gerak
anggota badan.
• Secara fisiologis, sistem muskuloskeletal membutuhkan zat / nutrisi
untuk menjalankan metabolismenya.
• Mengalami proses metabolisme dan melakukan adaptasi sel / jaringan
terhadap apapun aksi yang mempengaruhinya.
• Ada kalanya akibat aksi-reaksi tersebut sistem musculoskeletal
membutuhkan terapi menggunakan obat-obatan.
• Sebagian besar pasien dengan gangguan muskuloskeletal tidak ada
terapi obat-obatan spesifik.
• Contoh: tidak ada terapi obat khusus untuk meningkatkan akselerasi
pertumbuhan normal jaringan lunak setelah mengalami injuri.
• Walaupun begitu, peran terapi obat-obatan sangat penting dalam
penatalaksanaan gangguan muskuloskeletal.
• Setelah berkembangnya preparat farmasi, beberapa obat memberikan
dampak terhadap penatalaksanaan berbagai gangguan muskuloskeletal.
• Terapi obat-obatan yang lazim digunakan untuk gangguan
muskuloskelatal, meliputi: antibiotik, analgetik, obat antiinflamasi
agen kemoterapi, vitamin, mineral dan obat-obat khusus seperti
muscle relaxan dan anastetik
ANTIBIOTIK
• Antibiotik : senyawa kimia yg dihasilkan o/ mikroorganisme a/ dihasilkan
secara sintetik yg dapat membunuh atau menghambat perkembangan
biokimiawi khususnya dalam infeks bakteri
• Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan penyakit
infeksi
• Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan menekan atau memutus satu
mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
• Berbeda dengan desinfektan, desifektan membunuh kuman dengan
menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Secara umum terapi dengan antibiotika dibagi 2:
1. Terapi secara empiris
• Pemilihan antibiotik berdasarkan perkiraan kuman penyebab. Pertimbangan terapi ini
untuk memperkecil resiko komplikasi atau perkembangan lebih lanjut dari infeksinya.
2. Terapi definitif
• Berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologis yang sudah pasti, yaitu jenis kuman dan
kepekaan terhadap antibiotika.
Kuman penyebab infeksi :
1. Kuman gram positif:
• Aerob : Streptokokus, Stafilokokus, Basilus, Treponema, Kosinbakteria, …
• Anaerob : Klostridium (C.Tetani, C.Ganggren,…)
2. Kuman gram negatif:
• Aerob : N.Gonorhoe, E.Coli, Klebsiela, Salmonella, Sigella, Pseudomonas, …
• Anaerob : Bakteriuodes, Fusobakterium
• Jenis Antibiotik :
1. Antibiotika Narrow-Spektrum (aktivitas sempit)
Obat ini terutama aktif terhadap beberapa jenis kuman saja
Misal :
2. Antibiotika Broad Spektrum (aktivitas luas)
Bekerja terhadap lebih banyak kuman baik jenis kuman Gram-positif maupun jenis kuman
Gram-negatif.
• Mekanisme Kerja Antibiotik:
1. Inhibit synthesis of bacterial cell wall
2. Inhibit cell membrane function
3. Inhibit protein synthesis
4. Inhibit DNA replication
Contoh anti biotik yang sering digunakan:
A. Sefalosforin generasi III : misal, cefotaxime, ceftriaxon. Paling sering
digunakan pada terapi infeksi gram negatif.
• Mechanism of action
o Inhibition of cell wall synthesis, Bactericidal
• Differ in spectrum, resistance to beta lactamases, penetration into CNS
• IV, IM, oral
• ESO :
o Allergic reactions – 10% cross reactivity with penicillins
o Biliary stasis with high dose ceftriaxone
o Clostridium difficile infection
B. Makrolida : didistribusikan secara luas ke tulang, cairan dan jaringan. Pada gram
positif dan beberapa gram negatif (Mycoplasma and legionella, Chlamydia)
• Specific agents : Erythromycin, Azithromycin (Zithromax), Clarithromycin (Biaxin),
Spiramycin
• Cara kerja : Inhibit bacterial protein synthesis, Bacteriostatic
• Eso : Gastrointestinal, Arrhythmias, Liver toxicity
C. Aminoglikosida : misal, gentamisin, tobramisin, amikasin, streptomisin, neomisin.
Obat utama untuk pengobatan infeksi bakteri aerob gram negatif (Pseudomonas spp.,
E.Coli,...). IV/IM/inhaled
• Cara kerja : Inhibit bacterial protein synthesis, Bactericidal
• ESO : Nephrotoxicity, Ototoxicity, Vestibular toxicity, Neuromuscular (myasthenia
gravis)
Contoh antibiotik lainnya :
• Penicillins
• Carbapenems
• Monobactams
• Macrolides
• Lincosamides
• Fluoroquinolones
• Trimethoprim/sulfa
• Metronidazole
ANALGETIK
• Merupakan obat yang mempunyai efek meringankan/ menghilangkan rasa nyeri
Tujuan :
• Mencegah sensitasi reseptor rasa sakit terhadap rangsang mekanik dan kimiawi
• Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
• Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis
yang persisten
• Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
• Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri
• Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien
untuk menjalankan aktivitas sehari-hari
Atas kerja farmakologisnya, analgesic dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
1. Analgetik perifer (non narkotik). Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat
narkotik dan tidak bekerja sentral.
2. Analgetik narkotik. Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat,
seperti fraktur dan kanker.
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan :
1. Analgesik nonopioid / perifer
2. Analgesik opioid.
Kedua jenis analgetik ini berbeda dalam hal mekanisme dan target aksinya.
A. Analgesik non-opioid :
• Target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan
dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin.
• Mekanisme umum : mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan
menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka  mengurangi
pembentukan mediator nyeri .
• Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors.
• Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan
lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi
alergi di kulit.
• Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu
lama dan dosis besar.
A. Parasetamol
• Untuk nyeri ringan-sedang, juga mempunyai efek antipiretik/menurunkan demam,
efek analgesik dan antipiretiknya sama dengan aspirin, mempunyai efek anti
inflamasi/radang sangat lemah sehingga tidak digunakan untuk rematik
• Efek samping : alergi, kurang/tidak mengiritasi lambung
• Dosis lazim : 500-1000 mg, tiap 4 – 6 jam/hari, pada dosis toksik (> 4000mg/hari )
kerusakan hati/hepatotoksik
B. Salicylates
• Menghambat enzim siklooksigenase secara ireversibel, pada dosis yang tepat,obat
ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin maupun tromboksan A2, pada dosis
yang biasa
• ESO : gangguan lambung (intoleransi)  dpt diperkecil dengan penyangga yang cocok
(minum aspirin bersama makanan yang diikuti oleh segelas air atau antasid).
• Contoh : aspirin
B. OPIOID ANALGESICS
• Analgetik opioid merupakan golongan obat yg memiliki sifat seperti opium/morfin. Sifat
dari analgesik opioid  menimbulkan adiksi: habituasi & ketergantungan fisik. Sehingga,
diperlukan usaha untuk mendapatkan analgesik ideal:
• Potensi analgesik yg sama kuat dengan morfin
• Tanpa bahaya adiksi
• Analgetik opioid mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat dengan titik kerja
yang terletak di susunan syaraf pusat (SSP).
• Umumnya dapat mengurangi kesadaran dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia).
• Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang paling kuat dan sangat efektif untuk
mengatasi nyeri yang hebat.
• Tubuh sebenarnya memiliki sistem penghambat nyeri tubuh sendiri (endogen), terutama
dalam batang otak dan sumsum tulang belakang yang mempersulit penerusan impuls nyeri
• Beberapa senyawa yang termasuk dalam penghambat nyeri endogen antara lain:
enkefalin, endorfin, dan dinorfin.
• Opioid endogen ini berhubungan dengan beberapa fungsi penting tubuh
seperti : fluktuasi hormonal, produksi analgesia, termoregulasi, mediasi
stress dan kegelisahan, dan pengembangan toleransi dan ketergantungan
opioid.
• Baik opioid endogen dan analgesik opioid bekerja pada reseptor opioid,
berbeda dengan analgesik nonopioid yang target aksinya pada enzim.
• Mekanisme umum : opioid terikat pada reseptor  pengurangan masuknya
ion Ca2+ ke dalam sel, dan mengakibatkan pula hiperpolarisasi dengan
meningkatkan masuknya ion K+ ke dalam sel.
•  terjadinya pengurangan terlepasnya dopamin, serotonin, dan peptida
penghantar nyeri, seperti contohnya substansi P, dan mengakibatkan
transmisi rangsang nyeri terhambat.
Klasifikasi Obat Golongan Opioid Berdasarkan Rumus Bangunnya

Agonis lemah- Campuran agonis-


Struktur dasar Agonis kuat Antagonis
sedang antagonis
Fenantren Morfin Kodein Nalbufin Nalorfin
Hidromorfin Oksikodon Buprenorfin Nalokson
Oksimorfon Hidrokodon Naltrekson
Metadon Propoksifen
Fenilheptilamin

Fenilpiperidin Meperidin Difenoksilat


Fentanil
Morfinan Levorfanol Butorfanol
Benzomorfan Pentazosin
Contoh obat opioid yang sering digunakan dalam terapi :
A. Morfin (peroral, parenteral)
• Efek morfin terjadi SSP bersifat depresi dan stimulasi. Depresi 
analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi 
stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal,
konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH)
• Indikasi : meredakan a/ menghilangkan nyeri hebat yg tdk dpt diobati dgn
analgesik non-opioid. Contoh : nyeri akibat trauma misalnya luka bakar,
fraktur dan nyeri pasca bedah.
• ESO : depresi pernafasan, nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut,
disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan pada traktus bilier, retensi
urin, dan hipotensi.
B. Metadon
• Indikasi : jenis nyeri yang dapat di pengaruhi metadon sama dengan jenis
nyeri dapat dipengaruhi morfin.
• Efek samping : perasaan ringan, pusing, kantuk, fungsi mental terganggu,
berkeringat, pruritus, mual dan muntah.
C. Fentanil
• Indiksi : menangani nyeri kronis pada pasien yang memerlukan analgesik
opioid
• ESO : hipoventilasi, mual, muntah, sembelit / susah buang air besar,
somnolen, bingung / kekacauan, halusinasi, euforia ( keadaan emosi yang
gembira berlebihan ) , gatal – gatal , dan retansi urin.
• Kontra indfikasi : bukan untuk nyeri setelah op, lansia, gangguan fungsi hati
dan dinjal, penyakit paru, bradiaritmia, tumor otak, hamil dan menyusui.
ANTIINFLAMASI
• Antiinflamasi adalah obat atau zat-zat yang dapat mengobati peradangan
atau pembengkakan.
• U/ nyeri ringan-berat, mempunyai efek analgesik dan anti inflamasi/radang,
efek antipiretik, ttpi karena efek antipiretiknya baru terlihat pada dosis
yang lebih besar dari efek lainya, dan relative lebih toksik sehingga hanya
digunakan untuk terapi penyakit inflamasi
• Indikasi : RA,OA, spondilitis ankilosa, dan penyakit pirai
• ESO : iritasi lambung, untuk mengurangi efek samping d sal. Cerna dpt
diberikan pada kondisi lambung terisi/setelah makan
Obat-obat analgetik anti inflamasi non steroid yang dianalisis di BKPM
A. Piroxicam
• Piroksikam adalah anti-inflamasi non steroid yang mempunyai aktifitas anti
inflamasi, analgetik, dan antipiretik
• Untuk terapi simptomatik reumatoid artritis, osteoartritis, ankilosing
spondilitis, gangguan muskuloskeletal akut dan gout akut.
• ESO : Keluhan GI, misalnya epigastrik distres, nausea, gangguan abdominal,
atau nyeri, konstipasi, diare, dan flatulen.
• KI : penderita asma yang mempunyai riwayat tukak lambung, perforasi atau
perdarahan lambung, hipersensitif, penderita bronkopasme, poli hidung, dan
angioedema.
• Aspirin tidak boleh diberikan bersama piroksikam karen akan meningkatkan
kadar litium dalam darah.
B. Asam mefenamat
• menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim
siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgetik, anti-inflamasi dan antipiretik.
• Indikasi : nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi,
dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah
operasi.
• ESO : mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal, rasa mengantuk, pusing,
penglihatan kabur, leukopenia, eosinofilia, trombositopenia, dan agranulositofenia.
C. Allopurinol
• menurunkan produksi asam urat dengan menghambat xantin-oksidase yaitu enzim
yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin dan mengubah xantin menjadi asam
urat.
• Indikasi : gout.
• ESO : demam, eosinolia, pruritis makulopapular.
• KI : Hipersensitifitas, serangan akut gout
D. Natrium Diklofenak
• Gol. obat non steroid dengan aktivitas anti-inflamasi, analgesik dan
antipiretik. Aktivitas diklofenak dengan jalan menghambat enzim
siklooksigenase sehingga pembentukan prostaglandin terhambat.
• Indikasi : pengobatan akut dan kronis gejala-gejala reumatoid artritis,
osteoartritis, dan ankilosing spondilitis.
• ESO : nyeri/kram perut, sakit kepala, retensi cairan, diare, nausea,
kontipasi, flatulen, tukak lambung, pusing, ruam, dan pruritus.
• KI : hipersensitif, penderita tukak lambung
• Hati-hati pada selama kehamilan karena dapat menembus plasenata.
• Tidak dianjurkan pada ibu menyusui karena diklofenak diekskresi melalui
ASI.
E. Ibuprofen
• golongan obat anti inflamasi non-steroid yang merupakan turunan dari asam
propionat yang berkhasiat anti-inflamasi, analgetik, dan antipiretika. Serta
bekerja menghambat sintesis prostaglandin.
• Indikasi : meringankan nyeri ringan - sedang antara lain nyeri pada nyeri haid
(dismenore primer), nyeri pada sakit gigi, sakit kepala dan menurunkan
demam.
• ESO : GGI, penurunan visus dan kesulitan membedakan warna dapat terjadi.
• KI : hipersensitif, ulkus peptikum yang berat dan aktif, kehamilan tiga bulan
terakhir.
• Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan.
ANTINEOPLASTIK
(SITOSTATIKA/KEMOTERAPI)
• Kemoterapi (eng: chemotherapy) adalah penggunaan zat kimia untuk perawatan
penyakit.
• Dalam penggunaan modern, istilah ini hampir merujuk secara khusus kepada obat
sitostatik yang digunakan untuk melawan kanker (antineoplastik).
• Obat-obat antikanker berperan sebagai antipertumbuhan, dibagi menjadi
beberapa kelompok berdasarkan targetnya.
• Obat-obat antikanker yang berkaitan dengan siklus sel dibagi menjadi 2
macam, yaitu:
1. Sitostatika yg m’pengaruhi siklus sel spesifik
• Kerja dari obat golongan ini hanya membunuh atau menghambat
terjadinya siklus sel tertentu dan pada fase tertentu saja.
• Obat-obat yang termausk golongan ini adalah: antimetabolit, alkaloid.
2. Sitostatika yg mempengaruhi siklus sel non-spesifik
• Obat golongan ini tidak hanya bekerja pada satu fase saja.
• Kerjanya adalah membunuh sel yang terlibat dalam siklus sel juga sel-sel
di luar siklus sel dengan cara mengikat DNA dan merusaknya.
• Obat yang termasuk golongan ini adalah : alkilating agents, antibiotik
Penggolongan Obat Antikanker
GOLONGAN SUB OBAT
GOLONGAN
I. Alkilator Mustar Nitrogen Mekloretamin
Siklofosfamid
Melfalan
Mustar urasil
Derivat Trietilenmelamin (TEM)
Etilenamin Trietilentriofosformelamid (tio-TEPA)
Alkil Sulfonat Busulfan
Nitrosourea Karmustin (BCNU)
Lomustin (CCNU)
Semujstin (metal CCNU)
II. Anti Metabolit Analog Pirimidin 5-fluorourasil
Sitarabin
6-Azauridin
Floksuridin (FUDR)
Analog Purin 6-Merkaptopurin
6-Tioguanid (T6)
Antagonis Folat Metotreksat
III. Produk Alamiah Alkaloid Vinka Vinblastin (VLB)
Vinkristin (VCR)
Antibiotik Daktinomisin
Mitomisin
Antrasiklin: Daunorubisin
Doksorubisin
Mitramisin
Bleomisin
Enzim L-asparaginase
GOLONGAN SUB OBAT
GOLONGAN
IV. Hormon Hormon adreno- Prednison
kortikosteroid
Progestin Hidroksiprogesteron kaproat
Hidroksiprogesteron asetat
Magestreol asetat
Estrogen Dietilstilbestrol
Etinil estradiol
Androgen Testosteron propionate
Fluoksimesteron
V. Isotop Radioaktif Fosfor Natrium fosfat (P32)
Iodium Natrium Iodida (I131)
VI. Lain-lain Substitusi urea Hidroksi urea
Derivat Prokarbazin
metilhidrazin
MUSCLE RELAXANT
• Muscle relaxant adalah relaksan obat yang dapat digunakan selama
intubations dan pembedahan untuk memudahkan pelaksanaan anestesi dan
memfasilitasi intubasi.
• Obat ini juga digunakan untuk menghilangkan rasa sakit di luka ringan dan
kontrol regangan dari gejala otot tetanus.
• Relaksan otot rangka memiliki banyak potensi interaksi obat.
• Disarankan dalam penggunaannya harap dikonsultasikan dengan dokter yang
menangani.
• Karena obat ini menyebabkan sedasi, mereka harus digunakan dengan hati2
ketika diambil dengan obat lain yang juga dapat menyebabkan kantuk.
Contoh Obat Muscle Relaxan
A. Pankuronium
• Relaksan otot perifer dan penghambat kolinesterase
• Indikasi : digunakan sebagai intubasi endotrakeal dan relaksan otot pada
anestesi umum untuk prosedur pembedahan dan untuk memudahkan ventilasi
terkontrol
• KI : hipersensitivitas, pasien yang menderita epilepsi (antiepileptika).
• ESO : bradikardia, bronkospasme, hipotensi, dan gagal jantung, takhikardia
dan tekanan darah menjadi tinggi.
• Pemberian pancuronium pada pasien perlu diperhatikan karena dapat
menaikkan konsentrasi katekolamine atau efek simpatomimetika.
B. Tubokurarin Klorida (Kurarin)
• Merupakan alkaloid kuartaner, suatu derifat isokuinolin yang berasal dari
tanaman tropis chondrodendrom tomentosum.
• Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi sintetik.
• Indikasi:
• memudahkan intubasi trakea. Dosis: 80-100 mg IV ditunggu selama 2-3
menit.
• Relaksasi pembedahan. Pada dosis sebesar 40 mg jarang sampai
menimbulakan paralisis diafragma dan pasien dapat tetap bernafas
spontan walaupun sebagian otot rangka mengalami kelumpuhan. Tekhnik
seperti ini sering dipakai untuk prosedur ginekologik.
• Sebagai profilaksis braikardi selama anestesi umum, misalnya pada
pembedahan biola mata.
C. Alkuronium Klorida (Alloferin)
• Merupaka sintetik toksiferin. Kemasan dalam ampul beroisi larutan bertisi
2ml yang mengandung 10 mg alkuronium klorida. Larutan tidak dapat
dicampur bersama thiopental
• Dosis relaksasi pembedahan : 0,15mg/kg/BB/IV (dewasa)
• 0,125-0,2 mg/kgbb/IV (anak-anak)
• Dosis intubasi trakea : 0,3 mg/kg/BB/IV
D. Vekuronium (Norcuron)
• Juga merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasiu yang batu dan merupakan
homolog pankuronium bromide yang berkekuatan lebiih besar dengan lam akerja
yang singkat .
• Tidak memiliki efek kumulasi pad a pemberian berulang atau kontoinyu perinfus.
• Tidak menyebabkan perubahan cardiovaskuler yang bermakna.
• Kemasan dibuata dalam bentuk ampul berisi bubuk verukonium 4mg. Pelarut yang
dipakai antara lain akuades, garan fisiologik, ringer lakatat atau dextrose 5%
sebanyak 2 ml.
ANTIREMATIK
A. Artritis Rematoid
• Rekomendasi terapi untuk artritis rematoid adalah:
1. Analgetika sederhana.
2. Antiinflamasi nonsteroid (OAINS)/nonsteroidal antiinflammatory drugs
(NSAID) lainnya.
• OAINS -> menghambat siklooksigenase (cox)
• COX-1 menghasilkan prostaglandin yang bersifat sitoprotektif dan
regulalatorik
• COX-2 menghasilkan prostaglandin yang memperantarai nyeri dan
inflamasi
• Dosis yang diberikan harus sekecil mungkin.
• Efek samping : saluran cerna (dispepsia, erosi/ulkus peptik, perdarahan
saluran cerna) dan retensi cairan.
• Pasien dengan riwayat ulkus peptik, apabila pemberian OAINS tidak bisa
dihindari, bisa diberikan obat yang melindungi lambung, yaitu inhibitor
pompa proton, analog prostaglandin, antagonis reseptor H2, protektor
mukosa (sukralfat).
3. RA harus diterapi sedini mungkin dengan Disease-modifying Antirheumatic
Drugs (DMARD).
• Untuk mengendalikan gejala dan menunda progresivitas penyakit
• Obat DMARD : hidroksiklorokuin, sulfasalazin, metotreksat, emas
intramuskuler, penisilamin, azatioprin, leflunomid, siklosporin.
4. Imunoterapi
• Tumour necrosis factor (TNF) : produk makrofag yang bekerja pada sistem
imun mntuk menginduksi mediator yang menimbulkan inflamasi.
• Obat yang mempunyai aktivitas anti-tnf :
• infliximab, merupakan antibodi monoklonal
• Etanercept, merupakan protein reseptor TNF yang didisain untuk mengikat
TNF dalam sirkulasi.
5. Kortikosteroid intraartikuler
• Untuk mengurangi nyeri secara cepat dan langsung ke target sendi yang
nyeri.
6. Kortikosteroid sistemik
• Obat kortikosteroid bisa diberikan dalam dosis rendah secara kontinu
(prednisolon 7,5mg/hari) atau dosis tinggi tapi cepat diturunkan dosisnya,
dikombinasi dengan DMARD atau OAINS.
B. Osteoartritis
Terapi farmakologis untuk osteoartritis adalah:
1. Untuk mengurangi nyeri (parasetamol, 4 gram/hari)
2. Bila dengan parasetamol tidak berhasil, maka:
• Pada pasien tanpa risiko kardiovaskuler dan tidak sedang mendapat terapi aspirin
OAINS biasa
• Pada pasien tanpa risiko kardiovaskuler dan tidak sedang mendapat terapi aspirin,
tetapi mempunyai risiko saluran cerna  OAINS plus inhibitor pompa proton
• Pada pasien dengan risiko kardiovaskuler dan tanpa risiko saluran cerna berikan
OAINS biasa, hindari OAINS yang selektif COX-2
• Pada pasien dengan risiko kardiovaskuler dan risiko saluran cerna berikan
OAINS biasa plus protektor lambung, dan hindari OAINS yang selektif COX-2.
3. Terapi topikal seperti dengan NSAID
4. Injeksi intraartikuler dengan kortikosteroid
5. Hialuronat dan derivatnya tersedia untuk Osteoartritis lutut
C. Artritis Gout
1. Serangan akut.
• Serangan akut biasanya diterapi dengan dosis tinggi OAINS (diklofenak,
etorikoksib, indometasin, ketoprofen, naproksen, piroksikam)
• Alternatif lain adalah kolkisin, yang sama efektifnya dengan OAINS
• Injeksi intraartikuler dengan kortikosteroid
2. Pengendalian jangka panjang
• Pembentukan asam urat dari purin dapat dikurangi dengan inhibitor xantin
oksidase, yaitu allopurinol
• Sulfinpirazon, karena mempunyai efek urikosurik, sehingga meningkatkan
ekskresi asam urat melalui urine.
• Probenesid juga mempunyai efek urikosurik.
VITAMIN
Vitamin
• Adalah zat organik yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil untuk berbagai
reaksi metabolisme dan mempertahankan kesehatan.
• Sumber : bahan makanan dan obat
Vitamin A, D, E, K
• Diabsorpsi sejalan absorpsi lemak
• Defisiensi asam empedu, ikterus & enteritis mengakibatkan defisiensi
vitamin
• Berpengaruh pada permeabilitas membran sel, bekerja sebagai oksidator
atau reduktor, koenzim
• Disimpan di hati, ekskresi melalui feses
Vitamin D
• Sumber : minyak ikan, ragi, jamurdan provitamin d yang disintesa kulit oleh
sinar ultraviolet sinar matahari (terutama pagi hari ) diubah menjadi vit d
• Fungsi :
1. Pengatur kalsium dan fosfat plasma
2. Mempertahankan fungsi neuromuskular
• Jika defisiensi dapat terjadi gangguan pertumbuhan tulang : penyakit
rakhitis ( pada anak / bayi ) dan osteomalasia ( pada dewasa )
MINERAL
• Tubuh membutuhkan 13 unsur penyusun dan pendukung metabolisme berupa :
7 dalam jumlah banyak (ca,k,p, na, mg, cl, S )dan 6 “trace elements” ( fe, cu,
mn, I, co, zn )
• Ca (kalsium) dan P (fosfor) merupakan mineral terbanyak pada tulang ,
sumber : susu, telur .
• Dipengaruhi : vit D. Penyimpanan : tulang . pengaturan metabolismenya oleh
hormon paratiroid

You might also like