You are on page 1of 18

LOURINA EVANALE ORFA, ST, M.

Eng
Stabilitas Konstruksi
Kestabilan konstruksi bendung tergantung pada perencanaan konstruksi bangunan itu
sendiri dan ditentukan juga oleh kekuatan daya dukung tanah pondasi yang harus menahan
beban bangunan tersebut. Kekuatan tanah bergantung pada jenis dan sifat-sifatnya serta
kelakuannya terhadap pengaruh-pengaruh luar.
Agar bangunan stabil perlu dikontrol apakah gaya-gaya yang bekerja tidak menyebabkan
bangunan bergeser, terangkat atau terguling. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap stabilitas keamanan konstruksi bangunan pelimpah adalah sebagai berikut:
• Faktor keamanan konstruksi terhadap guling (overturning check)
• Faktor keamanan konstruksi terhadap geser (sliding check)
• Faktor keamanan konstruksi terhadap daya dukung tanah pondasi (bearing capacity)
Stabilitas Konstruksi
bangunan pelimpah masih perlu diadakan tinjauan dengan 6 kondisi yaitu:
• Kondisi I : sesaat setelah selesai pada keadaan normal (tanpa gempa)
• Kondisi II : sesaat setelah selesai pada keadaan gempa
• Kondisi III: saat penuh pada keadaan normal (tanpa gempa)
• Kondisi IV: saat penuh pada keadaan gempa
• Kondisi V: saat banjir Qpmf pada keadaan normal (tanpa gempa)
• Kondisi VI : saat banjir Qpmf pada keadaan gempa

bangunan dinding penahan masih perlu diadakan tinjauan dengan 4 kondisi yaitu:
• Kondisi I : sesaat setelah selesai pada keadaan normal (tanpa gempa)
• Kondisi II : sesaat setelah selesai pada keadaan gempa
• Kondisi III: saat banjir Qpmf /Q100 pada keadaan normal (tanpa gempa)
• Kondisi IV: saat banjir Qpmf /Q100 pada keadaan gempa
Dasar Perhitungan Pembebanan
Berat Bangunan BEBAN VERTIKAL
W = 𝛾𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 . V
Berat Air
dimana: W = 𝛾𝑤 . V Up Lift
W = berat sendiri (ton)
𝑙𝑥
V = volume bahan (m3) Up = ℎ1 − . ∆𝐻
dimana: 𝑙𝑜
𝛾𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = berat jenis bahan W = berat air (ton)
(t/m3)
V = volume air (m3) dimana:
𝛾𝑤 = berat jenis air (t/m3) Up = tekanan up lift (ton)
ℎ1 = tinggi air di hulu (m)
𝑙𝑥 = panjang lintasan air rembesan
pada titik x (m)
𝑙𝑜 = panjang total lintasan air
rembesan (m)
∆𝐻 = perbedaan muka air hulu dan
hilir pelimpah (m)
Dasar Perhitungan Pembebanan BEBAN
HORIZONTAL

Tekanan Hidrostatis
Tekanan Hidrodinamis
1
𝑃𝑤 = . 𝛾𝑤 . 𝐻 2
2

7 Tekanan Tanah Aktif


dimana: 𝑃𝑑 = . 𝛾𝑤 . 𝐾ℎ. 𝐻1 2
12
𝑃𝑤 = tekanan hidrostatis (ton)
dimana: Pa = ½ . Ka. γ . 𝐻 2 Tekanan Tanah Pasif
𝛾𝑤 = berat jenis air (t/m3) dimana:
𝑃𝑑 = tekanan hidrodinamis
Hn= kedalaman air (m) (ton) Pa = tekanan tanah aktif Pp ½ . Kp. γ . 𝐻2 .
𝛾𝑤 = berat jenis air (t/m3) (ton) dimana:
Kh = koefisien gempa γ = berat jenis tanah Pp = tekanan tanah pasif (ton)
3
(ton/m )
horizontal γ = berat jenis tanah (ton/m3)
𝐻1 = tinggi air dari dasar (m) H = tinggi tanah (m) H = tinggi tanah (m)
Ka = koefisien tekanan C = kohesi tanah (ton/m2)
tanah aktif normal Kp = koefisien tekanan tanah pasif
1+𝑠𝑖𝑛∅
=
1−𝑠𝑖𝑛∅

∅ = sudut geser dalam tanah (°)


Overturning Check

6
Overturning Check

7
Overturning Check

8
Overturning Check

9
Tinjauan terhadap Guling
• Penggulingan (overturning) pada bangunan dapat terjadi apabila gaya horizontal
yang menimbulkan momen horizontal (Mh) tidak dapat ditahan oleh momen
pelawan sebagai akibat gaya vertikal yaitu (Mv). Apabila momen vertikal tidak dapat
menahan maka bangunan mengalami kerusakan berupa terguling.

Ht Ht

a
Vt R

1/3 B 1/3 B 1/3 B


A
B
b

Keamanan terhadap bahaya penggulingan


Sumber : Soedibyo, (2003 : 105)
Tinjauan terhadap Guling
Dalam kondisi normal (tanpa gempa) dan kondisi gempa dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut ini:
 Kondisi normal (tanpa gempa) menggunakan faktor keamanan sebagai berikut:
𝑀𝑣
SF = 𝑀ℎ > 1,5

 Kondisi gempa adalah menggunakan faktor keamanan sebagai berikut:


𝑀𝑣
SF = 𝑀ℎ > 1,2

dimana:
SF = angka keamanan (safety factor, SF)
Mv = momen vertikal semua gaya terhadap titik guling (ton.m)
Mh = momen horizontal semua gaya terhadap titik guling (ton.m)
Sliding Check

12
Sliding Check

13
Sliding Check

14
Sliding Check

15
Tinjauan terhadap Geser
Gaya horizontal menggeser di bagian pondasi. Akibat adanya gaya vertikal, terjadi gaya perlawanan geseran
yang bekerja sepanjang pondasi. Kestabilan konstruksi terhadap geser atau gelincir yang disebabkan oleh
gaya horizontal aktif atau gaya geser.

ΣHHt

ff A
B

Keamanan terhadap Bahaya Penggeseran


Sumber : Soedibyo, (2003 : 106)
Tinjauan terhadap Geser
Kestabilan konstruksi terhadap geser atau gelincir yang disebabkan oleh gaya horizontal aktif atau gaya geser
dihitung dengan rumus:
𝐶 . 𝐴′ + σ 𝑉.𝑓
SF = σ𝐻 Harga-harga perkiraan untuk koefisien gesekan
Sumber: Prastumi, (2008:59)
dimana:
Koefisien gesekan
Bahan
SF = faktor keamanan (f)
Pasangan batu pada pasangan pondasi 0,60 – 0,75
σ𝑉 = jumlah gaya vertikal (ton) Batu keras berkualitas baik 0,75
Kerikil 0,50
σ𝐻 = jumlah gaya horizontal (ton) Pasir 0,40
C = kohesi tanah (t/m2) Lempung 0,30

A’ = luas pembebanan efektif (m2)


f = koefisien gesekan
Dalam bentuk sederhana persamaan kestabilan konstruksi terhadap geser atau gelincir adalah sebagai berikut:
𝑓 .σ 𝑉
SF = σ𝐻

Dimana untuk keadaan normal, SF > 1,50 dan untuk keadaan gempa SF > 1,20.
Bearing Capacity Check
Daya dukung tanah ijin (qa) didefinisikan sebagai
tekanan maksimum yang boleh dikerjakan pada
tanah sedemikian rupa sehingga kedua
kebutuhan dasar di atas terpenuhi. H

Analisis Kapasitas dukung dapat menggunakan


bebrapa metode:
1. Analisis Terzaghi
2. Analisis Skempton
3. Analisis Meyerhof
4. Analisis Brinch Hansec
5. Analisis Vesic

18

You might also like