You are on page 1of 23

DIET HEPAR

Pembimbing:
dr. Auliya Andriyati, Sp. PD

oleh:
Anindita Putri Handayani (J510165081)
Baiq Yuni Rahmaningsih (J510165022)
Latar Belakang

Hati merupakan salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Kelainan atau kerusakan pada hati
berpengaruh terhadap fungsi saluran cerna dan penggunaan makanan dalam
tubuh sehingga sering menyebabkan gangguan gizi.

 Mencegah kerusakan jaringan hati lebih lanjut


 Mengurangi beban kerja hati
Tujuan Diet Hati  Memperbaiki jaringan hati yang rusak
 Memperbaiki/mempertahankan status gizi pasien
 Menghindari komplikasi
Syarat Diet Hati

1. Energi : 40 – 45 kkal/kg BB per hari 4. Bila ada anemia diberikan suplementasi vitamin B

2. Lemak : 20 – 25% dari kebutuhan energi total kompleks, C dan K


5. Pemberian garam dibatasi apabila ada oedema dan
3. Protein : 1,25 – 1,5 g/kg BB. Pada pasien Hepatitis
asites
Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang
• Oedema : bengkak pada bagian tubuh terutama kaki
disertai peningkatan amoniak dalam darah protein
dan tangan
dibatasi 30 – 40 g/hari. Pada Sirosis hati terkompensasi
• Ascites : bengkak pada bagian perut, karena cairan
protein diberikan 1,25 g/kg BB. Asupan minimal protein
tertimbun di bawah kulit perut
sehari 0,8 – 1 g/kg BB/hari
6. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan
saluran cerna
PRINSIP DIET PASIEN HEPATITIS
a. Tinggi karbohidrat d. Tinggi energi
Penyediaan glukosa ditingkatkan untuk melindungi Energi yang dibutuhkan per hari berkisar antara 2500-
simpanan glikogen di hati. Ini juga membantu menyediakan 3000 Kal. Peningkatan kebutuhan energi ini untuk
energi dan mencegah pemecahan protein untuk energi. mendukung proses penyembuhan, menutupi
Diet seharusnya mengandung 300-400 gram karbohodarat kehilangan energi akibat demam dan kondisi tubuh
per hari. yang lemah, serta memperbaharui tenaga untuk
sembuh dari penyakit.
b. Tinggi protein
Protein diperlukan untuk membangun sel dan jaringan e. Pemberian makan
yang baru. Selain itu, protein juga mencegah kerusakan Makanan yang diberikan pertama kali sebaiknya dalam
akibat infiltrasi lemak dalam jaringan hati. Protein yang bentuk cair seperti milkshake yang tinggi protein dan
dibutuhkan sehari berkisar antara 70 sampai 100 g. kalori atau produk formula khusus untuk penggunaan
yang berulang. Apabila selera makan dan toleransi
c. Lemak sedang terhadap makanan meningkat maka bentuk makanan
Beberapa lemak menyedapkan makanan sehingga diberikan perlu segera diubah. Ini harus dibarengi
meningkatkan selera makan. Produk susu dan minyak dengan memperhatikan makanan yang disukai dan
tumbuhan dalam jumlah sedang sangat bermanfaat. tidak disukai pasien untuk meningkatkan intake
Makanan sebaiknya mengandung 100-150 garam lemak per makanan.
hari.
The Power of PowerPoint | thepopp.com 4
Syarat Diet Hepatitis

Untuk semua jenis Hepatitis berikan makanan


Bantu pasien untuk menyusun hidangan yg menarik,
seimbang zat gizi
untuk ↑ selera makan, porsi makanan kecil dan
Energi 30-35 k.kalori/kg BB. Untuk sering diberikan
mengganti cadangan glikogen, asupan KH
Bantu pasien untuk ↑ asupan kalori, protein, vitamin
50-55% dari total energi
Pastikan pasien untuk tdk minum alkohol & obat2an
Protein : 1-1,2 g/kg BB untuk akut hepatitis. yang bersifat toksik.
Lemak: sedang tergantung toleransi, bila Penyuluhan Keamanan Pangan (Food Safety)
ada diare kurangi asupan lemak.
a. Personal hygiene dg cuci tangan, penggunaan
Suplemen vitamin B komplek (terutama desinfektan
thiamin, Folat & Vit.B 12), Vit. K, Vitamin C b. Food safety lainnya ( sayuran mentah, jajan)
& Seng.
(Stump,ES.(2008) Nutrition & Diagnosis Related
Care. 6th Ed, p.443)
PRINSIP DIET PASIEN SIROSIS HEPATIS
a. Protein menurut toleransi
Apabila tidak ada tanda dan gejala koma hepatikum, protein dibutuhkan 80-100 gram per hari
untuk memperbaiki malnutrisi berat, memperbaiki jaringan hati, dan memperbaharui plasma
protein. Apabila mulai ada tanda-tanda koma, protein harus dibatasi.

b. Rendah natrium
Natrium dibatasi menjadi 500-1000 mg/hari untuk membantu mengurangi retensi cairan
(asites).

c. Makanan bertekstur lunak


Makanan lunak membantu mencegah ruptur dan pendarahan saat varises
esofagus berkembang.

d. Nutrisi secara umum yang optimal


Prinsip diet pada hepatitis dilanjutkan untuk sirosis yang penyebabnya sama dengan hepatitis.
Energi, karbohidrat, dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks termasuk tiamin dan folat,
sangat penting. Alkohol tidak boleh dikonsumsi.
The Power of PowerPoint | thepopp.com 6
Syarat Diet Sirosis Hepatis

Energi: ditingkatkan 50-75 % kebutuhan normal 


40-45 kkalori/kg BB ideal
Hindari minuman beralkohol
Protein : 1-1,5 g/kg BB, cukup Kh untuk
Hiponatremia  kurangi cairan
penyeimbang protein. Daging tinggi kandungan
AAA, protein nabati & kasein > ditoleransi. Makanan melalui pipa diberikan pada pasien
Lemak: cukup, termasuk Asam lemak Omega-3,
Esophageal varices

Malabsorbsi lemak karena lipase yg dikeluarkan Suplemen vitamin B kompleks, vitamin C & K, seng,
rusak  Steatorrhea. ↑ MCT perlu dimonitor krn magnesium bisa dari makanan atau food suplemen
dapat menyebabkan diare dan asidosis.
Rendah garam ( ascites: asupan 2-4 g/hari)
Koma Hepatikum

Metabolisme protein yang terganggu bisa menimbulkan komplikasi pada


penyakit hati. Komplikasi tersebut dikenal dengan Hepatic Encephalopathy
(Koma Hepatik). Beberapa hal yang mendorong terjadinya Koma Hepatik yaitu :

1. Akumulasi bermacam-macam racun yang disebabkan oleh melemahnya


fungsi hati. Amonia merupakan penanda racun yang dihubungkan dengan
encephalopathy.

2. Neurotransmiter yang salah. Ini ditandai dengan perubahan komposisi


plasma asam amino dan penurunan rasio asam amino rantai cabang (BCAA)
terhadap asam amino aromatik (AAA).

3. Peningkatan substansi penghambat saraf otak dan serum yang ditandai


dengan peningkatan kadar asam gama-aminobutirik (GABA) dan peningkatan
densitas reseptor GABA otak. The Power of PowerPoint | thepopp.com 8
Kekurangan protein menyebabkan kwashiorkor, marasmus, atau gabungan keduanya.
Ini mengakibatkan kegagalan pertumbuhan ringan sampai suatu sindrom klinis berat
yang spesifik. Keadaan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh intake makanan. Akan
tetapi, juga keadaan lingkungan seperti pemukiman, sanitasi dan higiene, serta infeksi
berulang yang ditimbulkannya (Effendi 2002).

Kelebihan protein bisa menyebabkan obesitas karena makanan yang tinggi protein biasanya tinggi
lemak. Selain itu, kelebihan protein menyebabkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak
darah, kenaikan urea darah, dan demam. Asam amino yang berlebihan akan memberatkan kerja
ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen (Almatsier 2002).

Pembatasan konsumsi protein pada penderita penyakit hati dilakukan apabila pasien
mengalami intoleransi protein. Kondisi ini biasanya ditemukan pada pasien dengan Koma
Hepatik. Konsumsi sumber protein selain daging, seperti sayuran dan produk susu, sangat
dianjurkan. Sayuran dan produk susu mengandung amonia, metionin, dan asam amino
aromatik (AAA) yang lebih rendah serta asam amino rantai cabang (BCAA) yang lebih tinggi
dibandingkan dengan daging (Nelson et al. 1994).
Diet Koma Hepatikum

6. Cairan dan elektrolit cukup, untuk menghindari


1. Pasien koma: mkn cair dg protein 0,5-0,6 g/kg
BB, ditingkatkan menjadi 1-1,5 g/kg BB. diuresis batasi asupan Natrium.

2. Glukosa bermanfaat untuk menghindari 7. Suplemen vitamin & mineral spt: niacin, vit.B1, asam
hipoglikemia. Pemberian energi bertahap mulai folat, Fosfat dan zink. Monitor asupan vitamin larut
15-20 kkal/kg BB. kemak.
3. Sebaiknya pemberian mkn melalui NGT dp 8. Bila pasien sudah bisa makan per oral, berikan snack
gastrektomi atau jejunostomi bila ada ascites.
malam hari untuk mencegah hipoglikemi.
4. Bila pasien sudah ada toleransi thd mkn, asupan
9. Porsi makanan kecil dan pemberian sering.
energi 30 -35 kkal/kg BB.
10. Hindari kelebihan asupan serat (lama di lambung).
5. Lemak 30 -35 % dari total kalori, bila perlu MCT
Mkn yang berkuah > baik dp kering. 10
The Power of PowerPoint | thepopp.com
Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein menurut European Society for Parenteral and Enteral
Nutrition (ESPEN) (1997) diacu dalam Morgan & Heaton (2000) didasarkan
pada kondisi klinis pasien sebagai berikut:
· Hepatitis virus berat dan gagal hati fulminat = 1,2-1,5 gram/kg BB/hari
· Sirosis kompensasi = 1-1,2 gram/kg BB/hari
· Sirosis dekompensasi = 1,5 gram/kg BB/hari
· Hepatoma = 1-1,5 gram/kg BB/hari
(Sri 2004).

The Power of PowerPoint | thepopp.com 11


Faktor aktifitas dibedakan menjadi dua yaitu :
Menurut Sutardjo (2004), kebutuhan energi contoh a. Istirahat di tempat tidur = 1,2
dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : b. Tidak terikat di tempat tidur = 1,3
Faktor taruma/stres dibedakan menjadi :
a. Tidak ada stress, pasien dalam keadaan gizi baik =
1,3
b. Stres ringan = 1,4
AMB (Angka Metabolisme Basal) dihitung c. Stres sedang = 1,5
menggunakan Rumus Harris Benedict yaitu: d. Stres berat = 1,6
a. AMB laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U) e. Stres sangat berat = 1,7
b. AMB permpuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 f. Luka bakar sangat berat = 2,1
x U)
Keterangan :
Pada penelitian ini faktor trauma/stress yang
Ø BB = Berat Badan Ideal (kg) digunakan berdasarkan kondisi klinis
BBI ditentukan menggunakan Rumus Brocca yaitu : pasien yaitu :
BBI = [Tinggi Badan (cm) - 100] – 10% [Tinggi Badan a. Hepatitis akut = 1,4
(cm) - 100] b. Sirosis hati = 1,5
Ø TB = Tinggi Badan (cm) c. Hepatoma = 1,5
Ø U = Umur (tahun)

The Power of PowerPoint | thepopp.com 12


Konsumsi energi dan protein dari cairan infus dihitung menurut Pedoman
Cairan Infus yang dikeluarkan PT Otsuka Indonesia (2003).
Dextrose 5% 200 Kkal/l.
KAEN 3B  108 Kkal/l.
Triofusin 500  500 Kkal/l.
Trofusin E 1000  1000 Kkal/l.
Albumin 20%  protein 200 g/l.
Asering dan NaCl 0,9%  tidak mengandung energi dan protein.

Tingkat ketersediaan energi-protein terhadap kebutuhan energi-protein dihitung


dengan membandingkan kandungan energi-protein Diet Hati sebelum dikonsumsi
contoh dengan kebutuhan energi-protein contoh. Penilaiannya dikategorikan menjadi
(1) defisit: jika <90% angka kebutuhan, (2) normal: jika 90-119% angka kebutuhan,
dan (3) di atas kebutuhan: jika 120% angka kebutuhan (Dir. BGM 1996).

The Power of PowerPoint | thepopp.com 13


Macam Diet Hepar

Diet tersebut diberikan kepada penderita sirosis hati berat dan hepatitis
infeksiosa akut dalam keadaan prekoma atau segera sesudah penderita dapat
makan kembali. .

Diet ini diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan
penderita sudah mulai mempunyai nafsu makan.

Pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan


Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu
makannya cukup

perpindahan dari Diet Hati III atau kepada penderita


hepatitis infeksiosa dan sirosis hati yang nafsu
makannya baik, dapat menerima protein dan tidak
menunjukkan gejala sirosis hati aktif.
Diet Hepar 1
Diet tersebut diberikan kepada penderita sirosis hati berat dan hepatitis infeksiosa akut dalam keadaan
prekoma atau segera sesudah penderita dapat makan kembali.
Melihat keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk cincang atau saring.

Pemberian protein dibatasi (30 g/hari) dan lemak Formula enteral dengan asam amino rantai cabang
diberikan dalam bentuk mudah dicerna. (Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin, isoleusin,
Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat
dan valin dapat digunakan.
besi, dan tiamin; karena itu sebaiknya diberikan
selama beberapa hari saja. Cairan diperlukan kurang lebih 2 liter /hari bila tidak ada
Makanan berupa cairan yang mengandung asites. Bila ada asites dan diuresis belum sempurna,
karbohidrat sederhana seperti sari buah, sirup, dan
pemberian cairan maksimal 1 L/hari.
teh manis.
Infus glukosa dapat diberikan untuk menambah
energi.
Diet Hepar 2

Diet ini diberikan bila keadaan akut atau prekoma sudah dapat diatasi dan penderita sudah mulai
mempunyai nafsu makan.
Menurut keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak / biasa.

Protein dibatasi (30 g sehari) dan lemak Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan
diberikan dalam bentuk mudah dicerna. diberikan sebagai diet hati II rendah garam. Bila asites
Makanan ini rendah energi, kalsium, besi, dan hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet
Rendah Garam I.
thiamin. Sebaiknya diberikan selama
beberapa hari saja.
Diet Hepar 3
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau kepada pasien hepatitis akut
(Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya cukup, telah dapat
menerima protein, lemak, mieneral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat.

Protein diberikan 1 g/kg BB dan lemak sedang dalam Formula enteral dengan asam amino rantai cabang
bentuk yang mudah dicerna. Makanan ini cukup (Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin, isoleusin,
mengandung energi, besi, vitamin A dan C, tetapi
dan valin dapat digunakan.
kurang kalsium dan thiamin.
Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian
Menurut beratnya retensi garam/air, makanan cairan maksimal 1 L/hari.
diberikan sebagai Diet Hati III Rendah Garam. Bila
ada asites hebat dan tanda-tanda diuresa belum baik
maka diberikan Diet Rendah Garam I (DRG I).
Diet Hepar 4
Diet hepar 4 diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati III atau kepada penderita hepatitis
infeksiosa dan sirosis hati yang nafsu makannya baik, dapat menerima protein dan tidak menunjukkan gejala
sirosis hati aktif.

Makanan ini tinggi energi, protein, lemak, Formula enteral dengan asam amino rantai cabang
karbohidrat, dan cukup vitamin serta mineral. (Branched Chain Amino Acid /BCAA) yaitu leusin, isoleusin,
Menurut beratnya retensi garam/air, makanan
dan valin dapat digunakan.
diberikan sebagai Diet Hati IV Rendah Garam.
Bila ada asites dan diuresis belum sempurna, pemberian
Bila ada asites hebat dan tanda-tanda diuresa belum cairan maksimal 1 L/hari.
baik maka diberikan Diet Rendah Garam I (DRG I).
Diet Rendah Garam

1. Diet Rendah Garam I (DRG I)


Kadar natrium dalam makanan sehari yaitu 200-400 mg. Saat memasak tidak
ditambahkan garam dapur dan bahan makanan tinggi natrium dihindarkan.
Makanan ini untuk penderita dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat.

2. Diet Rendah Garam II (DRG II) 3. Diet Rendah Garam III (DRG III)
Kadar natrium dalam makanan sehari yaitu 600-800
mg. Saat memasak boleh ditambah ¼ sendok teh Kadar natrium dalam makanan sehari 1000-1200 mg.
garam dapur (1 g) dan bahan makanan tinggi natrium Saat memasak boleh ditambah ½ sendok teh garam
dihindarkan.
Makanan ini untuk penderita dengan edema, asites, dapur (2 g). Makanan ini untuk penderita dengan
dan/atau hipertensi tidak terlalu berat. edema dan/atau hipertensi ringan.
The Power of PowerPoint | thepopp.com 20
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
• Masaklah dengan cara merebus, mengukus, memanggang, mengungkep, pepes
• Hindarkan menggoreng, dianjurkan menggunakan minyak kedelai atau minyak jagung untuk
menumis
• Sayuran dimasak matang
• Masak sayuran jangan jangan menggunakan santan kental

Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2011

The Power of PowerPoint | thepopp.com 21


Daftar Pustaka
Almatsier S. 1992. Pelayanan gizi rumah sakit dan perkembangan ilmu serta teknologi. Gizi Indonesia 17:
97-104.
Almatsier S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[Bagian Gizi RSCM, Persagi] Bagian Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi
Indonesia. 2002. Penuntun Diit. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Ins.Gizi RSCM & AsDI (2007). Penuntun Diet Dewasa, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Nelson JK, Moxness KE, Jensen MD, Gastineau CF. 1994. Mayo Clinic Diet Manual: A Handbook of Nutr
ition Practices. Ed ke-7. Philadelphia: Mosby.
Sutardjo S. 2004. Pedoman menuju gizi seimbang. Di dalam: Almatsier S, editor. Penuntun Diet. Ed Baru.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm 12-26.
Stump, SE (2008) Nutrition and Diagnosis Related Care. 6th Ed,Lippinct, Philadelphia.
Williams SR. 1995. Basic Nutrition and Diet Therapy. Ed ke-10. St. Louise:
Mosby.
Terima Kasih

You might also like