You are on page 1of 38

ANALISIS MINYAK DAN FRAKSI

KELOMPOK 1
•BAGAS OKTAIHZA HANANTA 061640411921
•WILLY AL KUSARI 061640411940
•ZENIA ZAL PUTRI 061640411941

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


2017
TUJUAN ANALISIS MINYAK
• Analisa Minyak Bumi bertujuan untuk melakukan pengawasan dan
pengendalian pada proses dan operasi pengilangan untuk meningkatkan kualitas
produk yang dihasilkan.
• Crude oil dievaluasi guna menentukan potensi minyak bumi sebagai bahan
baku kilang minyak untuk menghasilkan fraksi yang dikehendaki.
• Potensi ditunjukkan oleh jumlah fraksi terbanyak yang dinyatakan sebagai %
volume perolehan (% vol. recovery) yang dihasilkan dari suatu distilasi Hempel
atau distilasi TBP (True Boilling Point).
• Hasil evaluasi crude oil dilaporkan dalam sebuah resume yang berisi data
distilasi, cutting product, kandungan impurities, dan lain sebagainya yang
disebut crude assay. Crude Assay itulah yang nantinya dijadikan acuan dalam
merancang unit proses pengolahan yang akan dibuat atau untuk Refinery Unit
yang sudah ada, crude assay digunakan sebagai dasar penentuan kondisi operasi
maupun untuk menentukan komposisi blending umpan.
CAKUPAN EVALUASI CRUDE MELIPUTI:

• Pengujian/analisis sifat umum minyak bumi, yaitu sesuai dengan tipe


analisis (A, B, C, D)
• Distilasi TBP (True Boiling Point), yaitu pemotongan suhu untuk
memperoleh fraksi Kurva distilasi, yaitu kurva yang digunakan untuk
mengetahui potensi minyak bumi dalam menghasilkan fraksi yang
dikehendaki
• Prediksi sifat fraksi (seperti SG, flash point, viskositas, pour point,
kadar sulfur, dll)
TERDAPAT EMPAT TIPE EVALUASI ATAU
ANALISIS CRUDE OIL
1. Tipe A (Analisis Cepat)
• Analisis Tipe A digunakan untuk memberi gambaran karakteristik minyak bumi
yang baru diketemukan. Pengujian meliputi.:
• Pengujian sifat umum crude oil.
• Klasifikasi crude oil.
2. Tipe B (Analisis Sederhana)
• Analisis Tipe B digunakan untuk memberikan informasi tentang potensi minyak
bumi sehubungan dengan minyak bumi yang baru diketemukan. Analisis
meliputi:
• Pengujian sifat umum minyak bumi
• Klasifikasi minyak bumi
• Distilasi TBP narrow cut (hanya sampai fraksi kerosene)
TERDAPAT EMPAT TIPE EVALUASI ATAU
ANALISIS CRUDE OIL
3. Tipe C (Analisis Sedang)
• Analisis Tipe C digunakan untuk memberikan informasi tentang potensi minyak
bumi sehubungan dengan minyak bumi yang sedang diproduksi maupun yang
dipasarkan . Analisis meliputi:
• Pengujian sifat umum minyak bumi
• Klasifikasi minyak bumi Distilasi TBP narrow cut (hanya sampai fraksi kerosene)
dan wide cut (sampai fraksi minyak solar)
• Analisis fraksi – fraksi dari TBP
4. Tipe D (Analisis Lengkap)
• Analisis Tipe D digunakan untuk memberikan informasi tentang potensi minyak
bumi sehubungan dengan minyak bumi akan diolah. Analisis ini meliputi:
• Pengujian sifat umum minyak bumi.
• Klasifikasi minyak bumi .
• Distilasi TBP narrow cut (hanya sampai fraksi Kerosene) dan wide cut (sampai
fraksi minyak solar).
• Analisis fraksi – fraksi dari TBP.
• Analisis logam (V, Pb, Ni, Cu, Na, dan lain – lain) .
1. TEST API GRAVITI
API (American Petroleum Institute)
o
API gravity dan berat jenis (specific gravity):
Menyatakan densitas zat. oAPI diukur dengan hidrometer yg dinyatakan
dengan angka 0-100, berat jenis ditentukan dengan piknometer.

o
Tujuan pemeriksaan API Gravity dan berat jenis adalah untuk indikasi
mutu (kualitas) minyak.
Semakin tinggi oAPI atau makin rendah berat jenis, maka minyak tersebut
makin berharga karena banyak mengandung bensin.
o
Semakin rendah API, maka mutu minyak makin rendah karena banyak
mengandung lilin. Makin tinggi berat jenis minyak berarti minyak tersebut
mempunyai kandungan panas (heating value) yg rendah.
2. Tekanan Uap (Reid Vapr Pressure)

Pemeriksaan RVP untuk produk-produk yang mudah menguap dan


tidak pekat seperti motor gasoline dan bensin alam. Tekanan uap
memberikan indikasi tekanan pada minyak yang akan
mengembang dalam tempat tertutup, dan tekanan ini sangat
bermanfaat untuk minyak yang mempunyai suhu rendah dan
tidak dapat didistilasi pada tekanan atmosfir.

Manfaat pemeriksaan RVP:


• untuk keselamatan dalam transportasi minyak,
• untuk menghindari penyumbatan uap pada sistem umpan
gasolin,
• untuk perencanaan tangki penyimpanan minyak,
• untuk motor yg menggunakan penyalaan dengan busi.
3. Distilasi ASTM

ASTM merupakan singkatan dari American Society for Testing and


Material.
Distilasi laboratorium dilakukan pd volume 100 ml minyak dengan
kecepatan tetesan yg keluar 5 ml per menit. Suhu uap mula-
mula menetes (setelah mengembun) → IBP (Initial Boiling
Point).
Suhu uap dicatat pada setiap 10 ml tetesan yg terkumpul.
Maksimum suhu yang dicapai pada hasil distilasi 95% dicatat
sebagai End Point atau FBP (Final Boiling Point).
4. Titik Nyala (Flash Point) dan Titik Api (Fire Point)

Titik nyala adalah suhu dimana uap yg berada diatas minyak dapat
menyala sementara atau akan meledak seketika kalau ada api. Titik
api adalah suhu dimana uap yg ada diatas minyak akan cepat
terbakar seluruhnya secara terus menerus.

Titik nyala dan titik api menunjukkan indikasi jarak titik didih (boiling
range), dimana dibawah suhu tersebut minyak akan aman untuk
dibawa tanpa adanya bahaya terhadap api.

Alat yang dipakai untuk pemerikasaan titik nyala & titik api: Open cup
& Pensky-Marten untuk minyak-minyak berat, Tag tester untuk
minyak-minyak ringan. Minyak berat yg akan diperiksa dipanaskan
o
pada kecepatan 10 F per menit, untuk minyak ringan pada 1,8 F per
o
menit. Setiap pemeriksaan, nyala api dimasukkan kedalam uap
selama interval waktu 30 detik, lalu suhu dicatat.
5. Warna (color)

Warna minyak menunjukkan indikasi kesempurnaan pada proses


penyulingannya. Minyak-minyak yang berbeda jarak didihnya
dan berbeda asal minyak mentahnya akan mempunyai warna
yang berbeda pula. Produk-produk penyulingan yang berwarna
menunjukkan indikasi:
(a) terjadinya peruraian termis;
(b) masuknya material yang berwarna gelap seperti tir;
(c) material-material tersebut menyebabkan warna gelap.
Perubahan warna oleh peruraian (dekomposisi) disebabkan karena
suhu terlalu tinggi. Perubahan warna karena masuknya material
disebabkan krn melubernya material itu ke dalam peralatan yang
kapasitasnya telah maksimum.
Peralatan untuk pemeriksaan warna

•gasolin dan minyak-minyak bakar : Saybolt Chromometer.


•Untuk minyak pelumas, minyak-minyak silinder dan petrolatum :
Union Colorimeter.
•Secara visual warna minyak dapat dibedakan:
•kuning untuk motor gasolin;
•merah untuk premium,
•hijau untuk avgas,
•biru untuk bensin
•jernih untuk premix.
6. Viskositas
Merupakan ukuran ketahanan terhadap aliran dan merupakan indikasi adanya minyak
pada permukaan bidang pelumasan.

Pengukuran viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan minyak pada suhu tertentu
sehingga minyak dapat dialirkan pada suhu tersebut, terutama pada sistem
pemompaan minyak diesel & minyak pelumas..

Umumnya semakin ringan minyak bumi, maka makin kecil viskositanya, atau sebaliknya.
Peralatan untuk pengukuran viskositas: Saybolt Universal Viscosity dan Saybolt Furol
Viscosity.

Viskositas yang dicatat adalah lama waktu pengaliran minyak dalam wadah dengan
volume tertentu melalui lubang (orifice) tertentu pada suhu tertentu.

Angka viskositas dipakai sebagai dasar untuk menentukan angka indeks viskositas, yaitu
menggambarkan perubahan viskositas akibat perubahan suhu. Jika indek viskositas
tinggi, maka viskositasnya relatif tidak berubah terhadap suhu, jika rendah berarti
viskositas sangat dipengaruhi suhu.
7. Titik Kabut (Cloud Point) dan Titik Tuang (Pour point)
Titik kabut & titik tuang dimaksudkan untuk memperkirakan
jumlah lilin yg terdapat didalam minyak. Semua minyak akan
membeku jika didinginkan pada suhu yangg cukup rendah, maka
pemeriksaaan ini tidak menunjukkan adanya sejumlah lilin atau
padatan lain dalam minyak. Ini berarti pada pemeriksaan tersebut
terlihat bahwa lilin akan meleleh diatas titik tuangnya sehingga
dapat dipisahkan dari minyaknya.

Titik kabut sangat penting untuk minyak diesel HSD (High Speed
Diesel) untuk indikasi adanya penyumbatan lilin pada saringan
minyak halus (finer filter) sehingga mesin akan sulit beroperasi.
Makin rendah titik kabut, maka makin banyak kandungan
lilinnya.
Titik kabut adalah suhu dimana terjadinya asap yangg tenang
atau kabut pd dasar tabung reaksi ( jar test) ketika minyak yg
diperiksa (sesudah dipanaskan) didinginkan tanpa
mengaduknya. Pemeriksaan titik kabut dilakukan dengan
metode ASTM-D2500 dan IP-219, dimana minyak didinginkan
setidaknya pada suhu 25oF diatas titik kabutnya.

Titik tuang adalah suhu dimana minyak tidak dapat bergoyang


karena membeku selama 5 detik ketika dimiringkan atau
dituangkan setelah melalui pendinginan selama pada setiap
interval 5oF. Pemeriksaan titik tuang dilakukan dengan metode
yangg sama dengan metode titik kabut (ASTM-D97 dan IP-15).
Minyak mula-mula dipanaskan sampai 115oF, dimana semua
lilin sudah larut, lalu didinginkan mjd suhu mula-mula minyak
sebelum dipanaskan (sekitar 90oF). Titik tuang biasanya dicatat
lebih rendah (8-10oF)dibawah titik kabutnya.
8. Karakteristik Ketukan atau Angka Oktan
Angka oktan (Octan number) adalah persen volume iso-oktan (2,2,4 tri
metil pentana) yg hrs dicampurkan dg n-heptan dlm rangka untuk
memberikan intensitas ketukan yg sama thd minyak selama
pengujiannya.Pd mesin yg memakai busi, karakteristik anti ketukan
digunakan untuk menentukan gejala fisik, kimiawi, perancangan
mesin dan kondisi operasi. Bila angka oktan gasoline terlalu rendah,
maka akan terjadi ketukan yg berakibat menurunkan performance
mesin tsb shg akan menyebabkan kehilangan tenaga dan kerusakan
pd mesin.
Angka Oktan ditentukan dg metode yg mengukur tingkat anti ketuk
motor gasolin dlm mesin dg silinder tunggal.
Angka oktan terdiri dr:
1) angka oktan > 100 →rich mixture performance dan
2) angka oktan < 100 →weak mixture performance .
9. Uji Belerang (sulfur)
Pemeriksaan terhadap kandungan sulfur dp dilakukan dg metode:
1) ASTM-D90 untuk gasolin dan minyak bakar.
Caranya: 10 gr minyak dibakar pada sebuah lampu kecil dan hasil
pembakarannya ditarik melalui larutan penyerap natrium karbonat.
Kandungan sulfur ditentukan dengan cara titrasi larutan natrium karbonat
tak terpakai
2) ASTM-D129 untuk pemeriksaan sulfur di dalam minyak bakar residu dan
minyak mentah
3) ASTM-D130 untuk pemeriksaan sulfur bebas dan senyawa2 sulfur yang
bersifat korosif Pemeriksaan untuk Bahan Bitumonas dan Setengah Padat
Pemeriksaan untuk bahan-bahan yang mengandung aspal adalah kelenturan
(ductility), penetrasi, titik cincin dan bola ringan, berat jenis.
Pemeriksaan kelenturan dilakukan dg metode ASTM-D113. Kelenturan aspal
adalah pengukuran kapasitas pemanjangan atau peregangan yg
menunjukkan kemampuan zat ini untuk mengalir, sehingga akan
memperbaiki keretakan pada permukaannya.
Pemeriksaan penetrasi dilakukan dengan metode ASTM-D5. penetrasi
memungkinkan jarum atau kerucut menembus zat tanpa gesekan mekanik.
10. Calorific Value (Nilai kalor atau nilai energi atau nilai
kalor)

Nilai kalor adalah jumlah panas yang dilepaskan selama pembakaran


jumlah tertentu itu. Nilai energi merupakan karakteristik untuk
setiap substansi. Hal ini diukur dalam satuan energi per unit dari
substansi, biasanya massa , seperti: kJ / kg, kJ/mol , kcal/kg, Btu/lb
Heating value biasanya ditentukan oleh penggunaan kalorimeter
bom .

bahan bakar adalah bahan yang dikonsumsikan untuk menghasilkan


sejumlah energi panas, di dalam proses pembakaran didapat suhu yang
tinggi dari hasil proses tersebut, dan karena perbedaan suhu antara
titik dimana proses pembakaran terjadi dan lingkungannya maka
terjadi perpindahan energi yang berupa panas. Jumlah enegi
maksimum yang dibebaskan oleh suatu bahan bakar melalui reaksi
pembakaran sempurna persatuan masa atau volume bahan bakar
didefinisikan sebagai nilai kalor bahan bakar
Ditinjau dari H2O yang merupakan salah satu produk proses pembakaran
nilai kalor bahan bakar dapat dibedakan atas :
a. Nilai kalor atas (NKA) yaitu bila nilai produk pembakaran dalam
fase cair (jenuh).
b. Nilai kalor bawah (NKB) jika H2O produk pembakaran dalam fase
gas
Selisih antara NKA dan NKB merupakan panas laten penguapan total
masa air yang dihasilkan oleh proses pembakaran satu satuan massa atau
volume suatu bahan bakar Nilai kalor dari bahan bakar diesel dapat
diukur dengan bom kalori meter. Untuk memperoleh perkiraan nilai
panasnya bisa dipakai rumus empiris dibawah ini :
HHV = 18650 + 40 ( API - 10 ) btu/lb
11. Titik anilin (Aniline Point )
Titik anilin dari minyak didefinisikan sebagai suhu minimum di mana
sama volume anilin (C 6 H 5 NH 2) dan minyak yang larut , yaitu
membentuk satu fasa pada saat pencampuran.
Nilai ini memberikan perkiraan atas isi dari senyawa aromatik dalam
minyak, karena miscibility anilin, yang juga merupakan senyawa
aromatik menunjukkan adanya sejenis (yaitu aromatik) senyawa
dalam minyak. Semakin rendah titik anilin, semakin besar kandungan
senyawa aromatik dalam minyak sebagai jelas suhu yang lebih
rendah diperlukan untuk menjamin miscibility.
Titik anilin berfungsi sebagai minyak proxyhemical wajar sebagian besar
terdiri dari hidrokarbon jenuh (yaitu alkana, parafin) atau senyawa tak
jenuh (kebanyakan aromatik) saja.

Penentuan titik anilin


Volume yang sama dari anilin dan minyak diaduk terus menerus dalam
tabung reaksi dan dipanaskan sampai dua bergabung menjadi larutan
homogen. Pemanasan dihentikan dan tabung dibiarkan dingin. Suhu
di mana dua fase memisahkan dicatat sebagai titik anilin.
12. ANGKA OKTAN (OCTAN NUMBER)
• ANGKA OKTAN (OCTAN NUMBER) adalah Angka indicator
pada bahan bakar hidrokarbon jenis bensin yang menunjukkan
kemudahan bahan bakar untuk menyala sempurna ketika
bersentuhan dengan nyala api pembakaran (ignition) selama prose
pembakaran. Angka Oktan ini merupakan perbandingan kadar %
Iso Octane dalam campuran bahan bakar. Semakin tinggi % Octane
dalam campuran bahan bakar maka semakin tinggi Angka Oktan-
nya.
• Oktan adalah angka yang menunjukkan tingkat ketukan
(knocking) yang ditimbulkan bensin terhadap mesin saat terjadi
pembakaran.
• Ketukan terjadi ketika bahan bakar terbakar prematur di mesin,
menyebabkan suara khas yang menyerupai ketukan.
• Ketukan pada mesin akan menyebabkan kerusakan dan membuat
mesin tidak beroperasi secara efisien. Itu sebab, agar bekerja
efisien mesin membutuhkan oktan tertentu yang
direkomendasikan.
13. Angka Setana pada Solar (Cetane Number)
• Angka Setana atau CN (Cetane Number) adalah ukuran yang
menunjukkan kualitas dari bahan bakar untuk diesel, Dalam
mesin diesel angka bahan bakar setana yang lebih tinggi akan
memiliki periode pengapian lebih pendek daripada bahan bakar
setana bernilai rendah.

• Semakin tinggi angka setana akan lebih mudah bagi bahan bakar
untuk terbakar dalam kompresi.
• Dengan bahan bakar yang mudah terbakar maka akan
mengurangi ketukan dari mesin diesel, sehingga mesin akan
lebih halus.
• Bahan bakar yang lebih tinggi setana biasanya menyebabkan
mesin untuk berjalan lebih lancar dan tenang . hal ini berbeda
bila nilai setananya lebih rendah maka akan terjadi delay
sehingga menambah ketukan pada proses pembakaran.
• Beda dengan Nilai Octan pada Mesin Bensin) Karena
Prinsipnya sangat berbeda jauh, kalau nilai oktan pada bensin
itu bahan bakar makain sulit terbakar bila di kompresi).
Nilai Setana
•Nilai Setana dinyatakan dengan angka, dan biasanya mesin
diesel bermain diangka CN 40-55.
•Bahan bakar dengan setana yang lebih tinggi mengalami
keterlambatan pengapian lebih pendek, akan memberikan lebih
banyak waktu untuk proses pembakaran bahan bakar akan
selesai. Oleh karena itu, mesin diesel high performance akan
beroperasi lebih efektif dengan bahan bakar setana yang lebih
tinggi .
14. Titik Asap (smoke point)
• Titik asap (smoke point) didefinisikan sebagai tinggi nyala
maksimum dalam milimeter dimana kerosin terbakar tanpa timbul
asap apabila ditentukan dalam alat uji baku pada kondisi tertentu.

• Disamping dikenakan pada kerosin, uji titik asap juga dikenakan


kepada bahan bakar jet (ASTM D 1332-90) Titik asap ditentukan
dengan cara membakar sampel atau bahan bakar jet dalam lampu
titik asap.

• Nyala dibesarakan dengan cara menaikkan sumbu sampai timbul


asap, kemdian nyala dikecilkan sampai asap tepat hilang.

• Tinggi nyala dalam keadaan terakhir ini dalam milimeter adalah


titik asap sampel.

• Asap terutama disebabkan oleh senyawa aromat dalam bahan


minyak
15. Korosi Lempeng Tembaga
• Uji korosi lempeng tembaga (ASTM D 130-88) dimaksudkan
untuk mengetahi sifat korosi bensin pesawat terbang, bahan
bakar turbin penerbangan, bensin mobil, bensin alam dan
senyawa hidrokarbon yang mempunyai tekanan uap kurang
dari 18 psi (124 kPa), bahan bakar traktor pertanian, pelarut,
kerosin, bahan bakar distilat, minyak pelumas dan produk
minyak bumi lainnya terhadap lempeng tembaga
• Korosi minyak bumi terhadap berbagai macam logam
disebabkan oleh senyawa belerang korosif yang terdapat dalam
produk minyak bumi. Tidak sema senyawa belerang yang
terdapat dalam fraksi minyak bumi bersifat korosif.
• Khusus untuk elpiji, uji korosi lempeng tembaga digunakan
metode uji baku ASTM 1838-89, yang pada dasarnya sama
dengan metode uji korosi lempeng tembaga ASTM D 130.
16. Sisa Karbon
Ada dua macam cara uji sisa karbon, yaitu :
1. uji sisa karbon Conradson (ASTM D 189-88)
2. uji sisa karbon Ramsbottom (ASTM D 524-88).

1. Kedua cara uji ini dimaksudkan untk mengetahui


kecenderungan pembentukan kokas produk minyak bumi
yang sulit menguap.

1. Sisa karbon Conradson (Conradson Carbon Residue) adalah


sisa karbon yang tertinggal setelah produk minyak bumi
dikenakan pirolisis yaitu pemanasan tanpa berkontak dengan
udara
• Uji ini umumya dikenakan pada produk minyak bumi yang
relatif kurang volatil yang sebagian akan terurai pada distilasi
tekanan atmosferik, seperti bahan bakr solar, minyak gas,
minyak bakar dan minyak pelumas.
• Sisa karbon sesungghnya bukan seluruhnya karbon , tetapi
kokas yang masih bisa diubah lebih lanjut dengan jalan
pirolisis.
• Sisa karbon romboston adalah sisa karbon yang tertinggal
setelah sampel bahan bakar minyak yang sukar menguap yang
ditempatkan dalam bola gelas khusus yang memilikilubang
pipa kapiler dalam pembakar koking logam (metal coking
furnace)
• CCR dan RCR digunakan sebagai petunjuk mengenai
kecenderungan produk minyak bumi untuk memberikan
deposit kokas. Adanya alkil nitrat dalam bahan bakar diesel
seperti amil nitrat, heksil nitrat atau oktil nitrat akan
memberikan CCR dan RCR yang relatif lebih tinggi apabila
dalam bahan bakar diesel tersebut ditambahkan aditif.
Minyak mentah (crude oil)
sebagian besar tersusun
dari senyawa-senyawa
hidrokarbon jenuh
(alkana). Adapun
hidrokarbon tak jenuh
(alkena, alkuna dan
alkadiena) sangat sedikit
dikandung oleh minyak
bumi, sebab mudah
mengalami adisi menjadi
alkana.

Author : Eri Adiati


OLEH KARENA MINYAK BUMI BERASAL
DARI FOSIL ORGANISME,MAKA MINYAK
BUMI MENGANDUNG SENYAWA-SENYAWA
BELERANG (0,1 SAMPAI 7%), NITROGEN
(0,01 SAMPAI 0,9%), OKSIGEN (0,6-0,4%)
DAN SENYAWA LOGAM DALAM JUMLAH
YANG SANGAT KECIL. MINYAK MENTAH
DIPISAHKAN MENJADI SEJUMLAH FRAKSI-
FRAKSI MELALUI PROSES DESTILASI
(PENYULINGAN).
DESTILASI BERTINGKAT KE-2 DAN
KE-3
· DALAM MENARA DISTILASI, UAP MINYAK
MENTAH BERGERAK KE ATAS MELEWATI PELAT-
PELAT (TRAY). SETIAP PELAT MEMILIKI BANYAK
LUBANG YANG DILENGKAPI DENGAN TUTUP
GELEMBUNG (BUBBLE CAP) YANG
MEMUNGKINKAN UAP LEWAT.

· DALAM PERGERAKANNYA, UAP MINYAK


MENTAH AKAN MENJADI DINGIN. SEBAGIAN UAP
AKAN MENCAPAI KETINGGIAN DI MANA UAP
TERSEBUT AKAN TERKONDENSASI MEMBENTUK
ZAT CAIR. ZAT CAIR YANG DIPEROLEH DALAM
SUATU KISARAN SUHU TERTENTU INI
DISEBUT FRAKSI.
• Menara
Destilasi
PEMISAHAN PENGOTOR DALAM
FRAKSI
• Fraksi-fraksi mengandung berbagai pengotor, antara lain senyawa organik
yang mengandung S, N, O; air; logam; dan garam anorganik.
• Pengotor dapat dipisahkan dengan cara melewatkan fraksi melalui:
1. Menara asam sulfat, yang berfungsi untuk memisahkan hidrokarbon
tidak jenuh, senyawa nitrogen, senyawa oksigen, dan residu padat
seperti aspal.
2. Menara absorpsi, yang mengandung agen pengering untuk memisahkan
air.
3. Scrubber, yang berfungsi untuk memisahkan belerang/senyawa
belerang.
PENCAMPURAN FRAKSI DILAKUKAN UNTUK
MENDAPATKAN PRODUK AKHIR SESUAI DENGAN
YANG DIINGINKAN. SEBAGAI CONTOH:

• Fraksi bensin dicampur dengan hidrokarbon rantai


bercabang/alisiklik/aromatik dan berbagai aditif untuk mendapatkan kualitas
tertentu
• Fraksi minyak pelumas dicampur dengan berbagai hidrokarbon dan aditif
untuk mendapatkan kualitas tertentu
• Fraksi nafta dengan berbagai kualitas (grade) untuk industri petrokimia

Selanjutnya, produk-produk ini siap dipasarkan ke berbagai tempat, seperti


pengisian bahan bakar dan industri petrokimia
PROSES PENGOLAHAN MINYAK
BUMI DAN HASILNYA
KEGUNAAN MINYAK BUMI :

Kegunaan fraksi-fraksi yang diperoleh dari


minyak bumi terkait dengan sifat fisisnya
seperti titik didih dan viskositas, dan juga sifat
kimianya.

Seperti yang tertera pada tabel berikut ini :


Fraksi Jumlah atom C Titik Kegunaan
didih (oC)

Gas C1? C4 < 20 oC Sebagai bahan bakar elpiji (LPG-Liquefied Petroleum Gas) dan
bahan baku untuk sintesis senyawa organik.

Bensinn (Gasolin) C5? C10 40 - 180 Bahan bakar kendaraan bermotor.

Nafta C6? C10 70 - 180 Fraksi nafta diperoleh dari fraksi bensin. Nafta digunakan untuk
sintesis senyawa organik lainnya yang digunakan untuk pembuatan
plastik, karet sintetis, deterjen, obat, cat, bahan pakaian, dan
kosmetik.
Kerosin C11? C14 180 - 250 Digunakan sebagai bahan bakar pesawat udara dan bahan bakar
kompor parafin.

Minyak solar dan C15? C17 250 – 300 Digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermesin diesel; minyak
diesel
solar untuk kendaraan mesin diesel dengan rotasi tinggi, sedangkan
minyak diesel untuk rotasi sedang/rendah, disamping sebagai
bahan bakar tungku di industri.
Minyak pelumas C18? C20 300 – 350 Digunakan sebagai minyak pelumas. Hal ini terkait dengan
kekentalan (viskositas) yang cukup besar.

Lilin > C20 > 350 Sebagai lilin parafin untuk membuat lilin, kertas pembungkus
berlapis lilin, lilin batik, korek api, dan bahan pengkilap, serta semir
sepatu.
Minyak bakar > C20 > 350 Bahan bakar di kapal, industri pemanas, dan pembangkit listrik.

Bitumen > C40 > 350 Materi aspal jalan dan atap bangunan. Aspal juga digunakan
sebagai lapisan anti korosi, isolasi listrik dan pengedap suara pada
lantai.

You might also like