You are on page 1of 37

Disusun Oleh:

Triono Raharjo, S. Pd. T

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO


DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 PENGASIH
Jalan KRT, Kertodiningrat, Margosari, Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta
Telpon (0274) 773029,Fax. (0274) 774289,773888, e-mail : smkn2pengasih_kp@yahoo.com
homepage : www.smkn2pengasih.sch.id
Sejarah
Pada mulanya mesin dikendalikan oleh alat alat
mekanik yang menggunakan gear ( Perbandingan
rasio gigi ), levers ( Pengungkit) dan peralatan
dasar mekanik lainnya. Sebagai dasar kebutuhan
yang semakin kompleks maka dibutuhkan suatu
sistem kontrol yang lebih canggih. Sistem ini
terdiri dari relay dan element switch control.
Elemen elemen ini diperlukan sebagai persyaratan
untuk menyediakan kebutuhan logika kontrol
untuk tipe operasi mesin tertentu. Hal ini mungkin
bisa diterima untuk mesin mesin yang tidak
pernah dirubah atau dimodifikasi
Hardware relay tidak praktis dan menyita banyak
waktu apabila diinginkan untuk memodifikasinya
dan menginstalnya kembali dan mungkin akan
timbul bugs bugs kecil yang mungkin akan
menjadi problem yang besar dan untuk
melakukan pembetulan dibutuhkan rewiring
ulang pada sistem.

Sesuatu penemuan baru untuk memodifikasi


sistem kontrol ini agar lebih praktis dan
sederhana sangat dibutuhkan. Pada akhir 1960
sampai akhir 1970 sebuah penelitian
menghasilkan Penemuan besar dalam bidang
otomatisasi yaitu Programable Logic Controller
(PLC). PLC memberikan jalan yang termudah
untuk memprogram ulang wiring (software) dari
pada wiring ulang pada hardware sistem kontrol.
Sistem Kontrol Kendali/ Proses harus
memenuhi Syarat Sebagai berikut:

1. Sistem harus modern dan bersifat solid


state
2. Fleksibelitas komputer
3. Mampu menangani kondisi industri yang
sulit
4. pemrograman mudah dan sederhana
5. Perawatan yang mudah dan murah
6. Mampu dikembangkan secara aplikatif
untuk masa datang
Sistem Kontrol Proses terdiri atas sekumpulan
piranti-piranti dan peralatan elektrononik yang
mampu menangani kestabilan, akurasi, dan
mengeliminasi transisi status yang berbahaya
dalam proses produksi. Masing-masing
komponen dalam sistem proses tersebut
memegang peranan penting masing-masing,
tidak peduli ukurannya. Misal jika sensor tidak
ada , maka sistem tidak akan tahu apa yang
terjadi dalam proses yang sedang berjalan
PLC (Programmable Logic Controller) adalah
sebuah alat yang digunakan untuk menngantikan
rangkaian sederetan relay yang dijumpai pada
sistem kontrol proses konvensional
PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui
sensor-sensor) kemudian melakukan proses dan
melakukan tindakan sesuai yang dibutuhkan, yang
berupa menghidupkan atau mematikan keluarannya (
logik 0 atau 1/ hidupa atau mati). Pengguna membuat
program yang kemudian harus dijalankan oleh PLC yang
bersangkutan. Dengan kata lain, PLC menentukan aksi
apa yang harus dilakukan pada instrumen keluaran
berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran
yang diamati.
Contoh penggunaan PLC
Misal diinginkan saat suatu saklar ON, akan digunakan
untuk menghidupkan sebuah solenoida selama 5 detik,
tidak peduli berapa lama saklar tsb ON, kita bisa
menggunakan timmer. Tetapi bagaimana jika
dibutuhkan 10 saklar dan 10 selenoida maka kita
membutuhkan 10 timmer. Untuk PLC cikup 1 saja.
Flexibility
Pada awalnya, setiap mesin produksi yang dikendalikan
secara elektronik memerlukan masing-masing kendali,
misalnya 12 mesin memerlukan 12 kontroler. Sekarang
dengan menggunakan satu model dari PLC dapat
mengendalikan salah satu dari 12 mesin tersebut. Tiap
mesin dikendalikan dengan masing-masing program
sendiri.

Perubahan implementasi dan koreksi error


Dengan menggunakan tipe relay yang terhubung pada
panel,perubahan program akan memerlukan waktu untuk
menghubungkan kembali panel dan peralatan. Sedangkan
dengan menggunakan PLC untuk melakukan perubahan
program, tidak memerlukan waktu yang lama yaitu dengan
cara merubahnya pada sebuah software. Dan jika
kesalahan program terjadi, maka kesalahan dapat
langsung dideteksi keberadaannya dengan memonitor
secara langsung. Perubahannya sangat mudah, hanya
mengubah diagram laddernya.
Harga yang rendah
PLC lebih sederhana dalam bentuk, ukuran dan peralatan lain yang
mendukungnya, sehingga harga dapat dijangkau. Saat ini dapat dibeli PLC
berikut timer, counter, dan input analog dalam satu kemasan CPU. PLC
mudah di dapat dan kini sudah banyak beredar di pasaran dengan
bermacam-macam merk dan tipe.
Jumlah kontak yang banyak
PLC memiliki jumlah kontak yang banyak untuk tiap koil yang tersedia.
Misal panel yang menghubungkan relay mempunyai 5 kontak dan semua
digunakan sementara pada perubahan desain diperlukan 4 kontak lagi
yang berarti diperlukan penambahan satu buah relay lagi. Ini berarti
diperlukan waktu untuk melakukan instalasinya. Dengan menggunakan
PLC, hanya diperlukan pengetikan untuk membuat 4 buah kontak lagi.
Ratusan kontak dapat digunakan dari satu buah relay, jika memori pada
komputer masih memungkinkan.
Memonitor hasil
Rangkaian program PLC dapat dicoba dahulu, ditest, diteliti dan
dimodifikasi pada kantor atau laboratorium, sehingga efisiensi waktu
dapat dicapai. Untuk menguji program PLC tidak harus diinstalasikan
dahulu ke alat yang hendak dijalankan, tetapi dapat dilihat langsung pada
CPU PLC atau dilihat pada software pendukungnya.
Observasi visual
Operasi dari rangkaian PLC dapat dilihat selama
dioperasikan secara langsung melalui layar CRT. Jika ada
kesalahan operasi maupun kesalahan yang lain dapat
langsung diketahui. Jalur logika akan menyala pada layar
sehingga perbaikan dapat lebih cepat dilakukan melalui
observasi visual. Bahkan beberapa PLC dapat memberikan
pesan jika terjadi kesalahan.
Kecepatan operasi
Kecepatan operasi dari PLC melebihi kecepatan operasi
daripada relay pada saat bekerja yaitu dalam beberapa
mikro detik. Sehingga dapat menentukan kecepatan output
dari alat yang digunakan.
Metode bolean atau ladder
Program PLC dapat dilakukan dengan diagram ladder oleh
para teknisi atau juga menggunakan sistem bolean atau
digital bagi para pemrogram PLC yang lebih mudah dan
dapat disimulasikan pada software pendukungnya.
Reliability
Peralatan solid state umumnya lebih tahan dibandingkan dengan relay
atau timer mekanik. PLC mampu bekerja pada kondisi lingkungan yang
berat, misalnya goncangan, debu, suhu yang tinggi, dan sebagainya.
Penyederhanaan pemesanan komponen
PLC adalah satu peralatan dengan satu waktu pengiriman. Jika satu PLC
tiba, maka semua relay, counter, dan komponen lainnya juga tiba. Jika
mendesain panel relay sebanyak 10 relay, maka diperlukan 10 penyalur
yang berbeda pula waktu pengirimannya, sehingga jika lupa memesan
satu relay akan berakibat tertundanya pengerjaan suatu panel.
Dokumentasi
Mencetak rangkaian PLC dapat dilakukan segera secara nyata sebagian
atau keseluruhan rangkaian tanpa perlu melihat pada blueprint yang
belum tentu up to date, dan juga tidak perlu memeriksa jalur kabel
dengan rangkaian.
Keamanan
Program PLC tidak dapat diubah oleh sembarang orang dan dapat
dibuatkan password. Sedangkan panel relay biasa memungkinkan
terjadinya perubahan yang sulit untuk dideteksi.
Memudahkan perubahan dengan pemrograman ulang.
PLC dapat dengan cepat diprogram ulang, hal ini memungkinkan untuk
mencampur proses produksi, sementara produksi lainnya sedang
berjalan
Teknologi baru
Sulit untuk mengubah pola pikir beberapa personil yang telah lama
menggunakan konsep relay untuk berubah kekonsep PLC komputer.
Aplikasi program yang tetap
Beberapa aplikasi dari proses produksi merupakan aplikasi yang
tidak akan berubah selamanya sehingga keunggulan dari pada PLC
untuk mengubah program menjadi tidak berguna.
Kondisi lingkungan
Lingkungan proses tertentu seperti panas yang tinggi dan getaran
,interferensi dengan peralatan listrik lain membuat keterbatasan
pemakaian PLC.
Pengoperasian yang aman
Pada penggunaan sistem relay, jika sumber daya padam akan
langsung mematikan seluruh rangkaian dan tidak secara otomatis
bekerja kembali PLC akan langsung menjalankan proses yang di
program, namun hal ini tergantung dari program yang dibuat.
Operasi pada rangkaian yang tetap
Jika suatu rangkaian operasi tidak pernah diubah, seperti misalnya
drum mekanik , lebih murah jika tetap menggunakan konsep relay
dari pada menggunakan PLC.
1. Pengawatan lebih sedikit.
Dibandingkan sistem kontrol konvensional jumlah
kabel yang dibutuhkan bisa berkurang sampai 80%
2. Perawatan relatif mudah .
3. Pelacakan sistem lebih sedarhana.
fungsi diagnosik memperbolehkan pendeteksian yang
mudah dan cepat
4. Konsumsi daya relatif rendah.
5. Dokumentasi gambar lebih sederhana dan lebih
mudah dimengerti.
6. Modifikasi sistem lebih sederhana dan cepat.
7.Perubahan urutan operasi atau proses dapat
dilakukan dengan mudah, hanya dengan merubah
program.
8. tidak membutuhkan spare part yang banyak
1. Pengawatan lebih kompleks.
2. Perawatan membutuhkan waktu yang lama.
3. Pelacakan kesalahan membutuhkan waktu
yang lama.
4. Konsumsi daya yang relatif tinggi.
5. Dokumentasi gambar lebih banyak.
6. Modifikasi sistem membutuhkan waktu yang
lama.
PLC dengan Mikrokontroller PLC dengan PC

Mikrokontroller pada Dengan perangkat tambahan


dasarnya dirancang untuk ( misal PPI 8255), PC dapat
melakukan tugas-tugas menegendalikan peralatan
kontrol. Secara fungsional, luar, tetapi filosofi
PLC dan mikrokontroller ini perancangan PC tidak
hampir sama, tetapi secara dimaksudkan sebagai
teknis pengontrolan mesin perangkat pengontrolan
atau plant relatif lebih sulit melainkan pengolahan data.
karena mikrokontroller PC selain digunakan sebagai
menbutuhkan perancangan perangkat pemrogaman PLC
pengkondisi sinyal juga umum digunakan untuk
tambahan pada por I/O- monitoring dan menjadi
nya dan umumnya perangkat komunikasi antara
pemrograman PLC dan komuter utama.
mikrokontroller lebih sulit Saat ini koomputer mrpkan
dari PLC mitra tak terpisahkan dalam
penggunaan PLC
Berdasar jumlah I/O
Ukuran PLC i/o
PLC Large (rack) >128
Ukuran PLC Junlah I/O PLC mini 32 - 128
Large PLC 1024 PLC Mikro < 28
Medium PLC < 1024
Small PLC < 256
Mikro PLC 32
Nano PLC 16
Fungsi dan kegunaan dari PLC dapat dikatakan
hampir tidak terbatas tapi dalam prakteknya dapat
dibagi secara umum yaitu:

Kontrol Sekuensial
PLC memproses input sinyal biner menjadi output
yang digunakan untuk keperluan pemprosesan
teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC
menjaga agar semua step/langkah dalam proses
sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.

Monitoring Plant
PLC secara terusmenerus memonitor status suatu
sistem (misalnya temperture, tekanan, tingkat
ketinggian) dan mengambil tindakan yang
diperlukan sehubungan dengan proses yang
dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau
menampilkan pesan tersebut kepada operator
Konsep dari PLC sesuai dengan namanya adalah
sebagai berikut :
Programmable: menunjukkan kemampuannya
yang dapat dengan mudah diubah-ubah sesuai
program yang dibuat dan kemampuannya dalam
hal memori program yang telah dibuat.
Logic: menunjukkan kemampuannya dalam
memproses input secara aritmetik (ALU), yaitu
melakukan operasi membandingkan,
menjumlahkan, mengalikan, membagi, dan
mengurangi.
Controller: menunjukkan kemampuannya dalam
mengontrol dan mengatur proses sehingga
menghasilkan output yang diinginkan.
PLC sesungguhnya merupakan sistem mikrokontroler khusus untuk
industri, artinya seperangkat perangkat lunak dan keras yang
diadaptasi untuk keperluan aplikasi dalam dunia industri. Elemen-
elemen dasar sebuah PLC ditunjukkan pada gambar berikut ini:
1. Unit Pengolah Pusat (CPU - Central Processing Unit)

CPU berfungsi untuk mengambil instruksi dari memory,


mendekodekannya dan kemudian mengeksekusi instruksi tersebut.
Selama proses tersebut CPU akan menghasilkan sinyal kendali,
mengalihkan data kebagian masukan atau keluaran dan sebaliknya,
melakukan fungsi aritmatika dan logika juga mendeteksi sinyal luar CPU.

Unit pengolah pusat atau CPU merupakan otak dari sebuah kontroler PLC.
CPU itu sendiri biasanya merupakan sebuah mikrokontroler (versi mini
mikrokontroler lengkap). Pada awalnya merupakan mikrokontroler 8-bit
seperti 8051, namun saat ini bisa merupakan mikrokontroler 16 atau 32
bit. Biasanya untuk produk-produk PLC buatan Jepang,
mikrokontrolernya adalah Hitachi dan Fujitsu, sedangkan untuk produk
Eropa banyak menggunakan Siemens dan Motorola untuk produkproduk
Amerika. CPU ini juga menangani komunikasi dengan piranti eksternal,
interkonektivitas antar bagian-bagian internal PLC, eksekusi program,
manajemen memori, mengawasi atau mengamati masukan dan
memberikan sinyal ke keluaran (sesuai dengan proses atau program yang
dijalankan). Kontroler PLC memiliki suatu rutin kompleks yang digunakan
untuk memeriksa agar dapat dipastikan memori PLC tidak rusak, hal ini
dilakukan karena alasan keamanan. Hal ini bisa dijumpai dengan adanya
indikator lampu pada badan PLC sebagai indikator terjadinya kesalahan
atau kerusakan.

Komponen PLC
2. Memori
Adalah bagian yang berfungsi untuk menyimpan instruksi, program
dan data
Memori sistem (saat ini banyak yang mengimplementasikan penggunaan
teknologi flash) digunakan oleh PLC untuk sistem kontrol proses. Selain
berfungsi untuk menyimpan "sistem operasi", juga digunakan untuk
menyimpan program yang harus dijalankan, dalam bentuk biner, hasil
terjemahan diagram tangga yang dibuat oleh pengguna atau
pemrogram. Isi dari memori Flash tersebut dapat berubah (bahkan dapat
juga dikosongkan atau dihapus) jika memang dikehendaki seperti itu.
Tetapi yang jelas, dengan penggunaan teknologi Flash, proses
penghapusan dan pengisian kembali memori dapat dilakukan dengan
mudah (dan cepat).
Pemrograman PLC, biasanya, dilakukan melalui kanal serial komputer
yang bersangkutan. Memori pengguna dibagi menjadi beberapa blok
yang memiliki fungsi khusus. Beberapa bagian memori digunakan untuk
menyimpan status masukan dan keluaran. Status yang sesungguhnya
dari masukan maupun keluaran disimpan sebagai logika atau bilangan
'0' dan '1' (dalam lokasi bit memori tertentu). Masing-masing masukan
dan keluaran berkaitan dengan sebuah bit dalam memori. Sedangkan
bagian lain dari memori digunakan untuk menyimpan isi variabel-
variabel yang digunakan dalam program yang dituliskan. Misalnya, nilai
pewaktu atau nilai pencacah bisa disimpan dalam bagian memori ini.

Komponen PLC
3. Pemrograman PLC

Kontroler PLC dapat diprogram melalui komputer, tetapi juga bisa


diprogram melalui program manual, yang biasa disebut dengan
konsol (console). Untuk keperluan ini dibutuhkan perangkat lunak,
yang biasanya juga tergantung pada produk PLC-nya. Dengan kata
lain, masing-masing produk PLC membutuhkan perangkat sendiri-
sendiri.
Saat ini fasilitas PLC dengan komputer sangat penting sekali artinya
dalam pemrograman-ulang PLC dalam dunia industri. Sekali sistem
diperbaiki, program yang benar dan sesuai harus disimpan ke dalam
PLC lagi. Selain itu perlu dilakukan pemeriksaan program PLC,
apakah selama disimpan tidak terjadi perubahan atau sebaliknya,
apakah program sudah berjalan dengan benar atau tidak. Hal ini
membantu untuk menghindari situasi berbahaya dalam ruang
produksi (pabrik), dalam hal ini beberapa pabrik PLC telah membuat
fasilitas dalam PLCnya berupa dukungan terhadap jaringan
komunikasi, yang mampu melakukan pemeriksaan program
sekaligus pengawasan secara rutin apakah PLC bekerja dengan baik
dan benar atau tidak.

Komponen PLC
Hampir semua produk perangkat lunak untuk memprogram PLC memberikan
kebebasan berbagai macam pilihan seperti: memaksa suatu saklar (masukan
atau keluaran) bernilai ON atau OFF, melakukan pengawasan program
(monitoring) secara real-time termasuk pembuatan dokumentasi diagram
tangga yang bersangkutan. Dokumentasi diagram tangga ini diperlukan
untuk memahami program sekaligus dapat digunakan untuk pelacakan
kesalahan. Pemrogram dapat memberikan nama pada piranti masukan dan
keluaran, komentar-komentar pada blok diagram dan lain sebagainya.
Dengan pemberian dokumentasi maupun komentar pada program, maka
akan mudah nantinya dilakukan pembenahan (perbaikan atau modifikasi)
program dan pemahaman terhadap kerja program diagram tangga tersebut.
Programming Device Terminal (PDT), adalah suatu perangkat yang
digunakan untuk mengedit, masukkan, memodifikasi dan memantau
program yang ada didalam memori PLC. Bagian bagian dari PDT adalah
monitor dan papan ketik (keyboard).
Dalam PLC ada tiga (3) jenis Programming Device yaitu :
Special Purpose adalah perangkat Programming Device sejenis dengan
komputer yang khusus digunakan untuk pemrograman PLC.
Keypad adalah peralatan sejenis dengan kalkulator yang khusus digunakan
untuk pemrograman PLC.
Personal Computer (PC) adalah perangkat Progamming Device yang
digunakan dalam pemrograman PLC dengan menggunakan komputer
pribadi.
Komponen PLC
4. Catu daya PLC

Catu daya listrik digunakan untuk memberikan pasokan catu daya ke


seluruh bagian PLC (termasuk CPU, memori dan lain-lain).
Kebanyakan PLC bekerja pada catu daya 24 VDC atau 220 VAC.
Beberapa PLC catu dayanya terpisah (sebagai modul tersendiri). Yang
demikian biasanya merupakan PLC besar, sedangkan yang medium
atau kecil, catu dayanya sudah menyatu. Pengguna harus menentukan
berapa besar arus yang diambil dari modul keluaran/masukan untuk
memastikan catu daya yang bersangkutan menyediakan sejumlah
arus yang memang dibutuhkan. Tipe modul yang berbeda
menyediakan sejumlah besar arus listrik yang berbeda.
Catu daya listrik ini biasanya tidak digunakan untuk memberikan catu
daya langsung ke masukan maupun kelauran, artinya masukan dan
keluaran murni merupakan saklar (baik relai maupun opto-isolator).
Pengguna harus menyediakan sendiri catu daya terpisah untuk
masukan dan keluaran PLC. Dengan cara demikian, maka lingkungan
industri dimana PLC digunakan tidak akan merusak PLC-nya itu
sendiri karena memiliki catu daya terpisah antara PLC dengan jalur-
jalur masukan dan keluaran.

Komponen PLC
5. Masukan-masukan PLC
Kecerdasan sebuah sistem terotomasi sangat tergantung pada
kemampuan sebuah PLC untuk membaca sinyal dari berbagai macam
jenis sensor dan pirantipiranti masukan lainnya. untuk mendeteksi
proses atau kondisi atau status suatu keadaan atau proses yang sedang
terjadi, misalnya, berapa cacah barang yang sudah diproduksi,
ketinggian permukaan air, tekanan udara dan lain sebagainya, maka
dibutuhkan sensor-sensor yang tepat untuk masing-masing kondisi
atau keadaan yang akan dideteksi tersebut. Dengan kata lain, sinyal-
sinyal masukan tersebut dapat berupa logik (ON atau OFF) maupun
analog. PLC kecil biasanya hanya memiliki jalur masukan digital saja,
sedangkan yang besar mampu menerima masukan analog melalui unit
khusus yang terpadu dengan PLC-nya.
Salah satu sinyal analog yang sering dijumpai adalah sinyal arus 4
hingga 20mA (atau mV) yang diperoleh dari berbagai macam sensor.
Lebih canggih lagi, peralatan lain dapat dijadikan masukan untuk PLC,
seperti citra dari kamera, robot (misalnya, robot bisa mengirimkan sinyal
ke PLC sebagai suatu informasi bahwa robot tersebut telah selesai
memindahkan suatu objek dan lain sebagainya) dan lain-lain.

Komponen PLC
6 .
Pengaturan atau Antarmuka Masukan
Antarmuka masukan berada di antara jalur masukan yang sesungguhnya
dengan unit CPU. Tujuannya adalah melindungi CPU dari sinyal-sinyal
yang tidak dikehendaki yang bisa merusak CPU itu sendiri. Modul antar
masukan ini berfungsi untuk mengkonversi atau mengubah sinyal-sinyal
masukan dari luar ke sinyal-sinyal yang sesuai dengan tegangan kerja
CPU yang bersangkutan (misalnya, masukan dari sensor dengan
tegangan kerja 24 VDC harus dikonversikan menjaid tegangan 5 VDC
agar sesuai dengan tegangan kerja CPU). Hal ini dengan mudah
dilakukan menggunakan rangkaian opto-isolator sebagaimana
ditunjukkan pada gambar berikut ini.
Penggunaan opto-isolator artinya tidak ada
hubungan kabel sama sekali antara dunia luar
dengan unit CPU. Secara 'optik' dipisahkan
(perhatikan gambar diatas), atau dengan kata lain,
sinyal ditransmisikan melalui cahaya. Kerjanya
sederhana, piranti eksternal akan memberikan
sinyal untuk menghidupkan LED (dalam
optoosilator), akibatnya photo transistor akan
menerima cahaya dan akan menghantarkan arus
(ON), CPU akan melihatnya sebagai logika nol (catu
antara kolektor dan emitor drop dibawah 1 volt).
Begitu juga sebaliknya, saat sinyal masukan tidak
ada lagi, maka LED akan mati dan photo-transistor
akan berhenti menghantar (OFF), CPU akan
melihatnya sebagai logika satu.

Komponen PLC
7. Keluaran-keluaran PLC
Sistem otomatis tidaklah lengkap jika tidak ada fasilitas keluaran atau
fasilitas untuk menghubungkan dengan alat-alat eksternal (yang
dikendalikan). Beberapa alat atau piranti yang banyak digunakan adalah
motor, selenoida, relai, lampu indikator, speaker dan lain sebagainya.
Keluaran ini dapat berupa analog maupun digital. Keluaran digital
bertingkah seperti sebuah saklar, menghubungkan dan memutuskan jalur.
Keluaran analog digunakan untuk menghasilkan sinyal analog (misalnya,
perubahan tegangan untuk pengendalian motor secara regulasi linear
sehingga diperoleh kecepatan putar tertentu).

komponen PLC
8. Pengaturan atau Antarmuka Keluaran
Sebagaimana pada antarmuka masukan, keluaran juga membutuhkan
antarmuka yang sama yang digunakan untuk memberikan perlindungan
CPU dengan peralatan eksternal, sebagaimana ditunjukkan pada gambar
I.3 Cara kerjanya juga sama, yang menyalakan dan mematikan LED
didalam optoisolator sekarang adalah CPU, sedangkan yang membaca
status photo-transistor, apakah menghantarkan arus atau tidak, adalah
peralatan atau piranti eksternal.

komponen PLC
9. Jalur Ekstensi atau Tambahan
Setiap PLC biasanya memiliki jumlah masukan dan keluaran yang
terbatas. Jika diinginkan, jumlah ini dapat ditambahkan menggunakan
sebuah modul keluaran dan masukan tambahan (I/O expansion atau I/O
extension module).

Tambahan :
Biasanya perbandingan antara
input : output = 3 : 2

komponen PLC
Operasional PLC
Sebuah PLC bekerja
secara kontinyu
dengna cara men-scan
program. Ibaratnya
kita bisa
mengilustrasikan satu
siklus scan ini menjadi
3 langkah atau 3 tahap.
Umumnya lebih dari 3
tetapi secara garis
besarnya ada 3 tahap
tersebut, sebagaimana
ditunjukkan pada
gambar disamping ini:
Proses scanning program PLC
Keterangan :

Periksa status masukan, pertama PLC akan melihat masing-masing status


keluaran apakah kondisinya sedang ON atau OFF. Dengan kata lain, apakah
sensor yang terhubungkan dengan masukan pertama ON ? Bagaimana
dengan yang terhubungkan pada masukan kedua ? Demikian seterusnya,
hasilnya disimpan ke dalam memori yang terkait dan akan digunakan pada
langkah berikutnya;

Eksekusi Program, berikutnya PLC akan mengerjakan atau mengeksekusi


program Anda (diagram tangga) per instruksi. Mungkin program Anda
mengatakan bahwa masukan pertama statusnya ON maka keluaran
pertama akan di-ON-kan. Karena PLC sudah tahu masukan yang mana saja
yang ON dan OFF, dari langkah pertama dapat ditentukan apakah memang
keluaran pertama harus di-ON-kan atau tidak (berdasarkan status masukan
pertama). Kemudian akan menyimpan hasil eksekusi untuk digunakan
kemudian;

Perbaharui status keluaran, akhirnya PLC akan memperbaharui atau


mengupdate status keluaran. Pembaharuan keluaran ini bergantung pada
masukan mana yang ON selama langkah 1 dan hasil dari eksekusi program
di langkah 2. Jika masukan pertama statusnya ON, maka dari langkah 2,
eksekusi program akan menghasilkan keluaran pertama ON, sehingga pada
langkah 3 ini keluaran pertama akan diperbaharui menjadi ON.
Setelah langkah 3, PLC akan menghalangi lagi scanning program-
nya dari langkah 1, demikian seterusnya. Waktu scan
didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan
3 langkah tersebut. Masing-masing langkah bisa memiliki waktu
tanggap (response time) yang berbeda-beda, waktu total
tanggap atau total response time adalah jumlah semua waktu
tanggap masing-masing langkah, maka: waktu tanggap masukan
ditambah waktu eksekusi program ditambah waktu tanggap
keluaran akan sama dengan waktu tanggap total.

Waktu tanggap masukan + waktu eksekusi program +


waktu tanggap keluaran
= waktu tanggap total
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
Jenis-jenis dalam memilih PLC dengan jenis input
tegangan yang digunakan:
input PLC 1. Input tegangan DC umumnyamembutuhkan
Beberapa jenis tegangan relaitif kecil sehingga aman dalam
input PLC yang penggunaannya
beredar di 2. Input tegangan DC dapat dikoneksikan
pasaran: dengan banyak peralatan input
1. Input tegangan 3. Input tegangan DC relatif lebih cepat
DC 12-24 volt menanggapi masukan dibanding PLC input
AC
2. Input tegangan 4. Sinyal AC lebih kebal terhadap gangguan
AC 200-240 V dibanding DC
3. Input tegangan 5. Sumber tegangan AC lebih murah dari pada
AC/DC 12-24 V DC
6. Sinyal Ac sangat umum digunakan pada
kebanyakan peralatan otomasi
Dari ketiganya, output relay paling fleksibel
Jenis karena dapat menggerakkan beben AC maupun
DC. Kelemahannya:
Output PLC 1. tanggapan switching-nya relatif lambat
Beberapa jenis ( 10 ms)
output PLC yang 2. harga relatif mahal
beredar di pasaran: 3. akan mengalami kerusakan stelah
1. Output Relay beberapa juta siklus switching

2. Output
Untuk kedua jenis lainnya besar arus yang bisa
Transistor
dilewatkan umumya 1 A, dengan respon waktu
3. Outout TRIAC kurang dari 1 ms

Output Transistor beban DC


Output Triac beban AC
Kiryanta, Ts Jaka. 2000. Dasar-
Pustaka dasar Kontrol dengan PLC. 2000.
Malang : VEDC Malang
Putra, Agfianto Eko. 2007. Konsep,
Pemrograman dan Aplikasi (omron
CPM1A/CM2A dan ZEN
Programmable Relay). Yogyakarta:
GAVA MEDIA
Setiawan, Iwan. 2006.
Programmable Logic Controller
(PLC) dan Teknik Perancangan
Sistem Kontrol. Yogyakarta: ANDI
OFFSET
www.scribd.com. 6 juli 2010
Terima Kasih
Semoga Bermanfaat

Triono Raharjo, S.Pd.T


2009

You might also like