You are on page 1of 16

TUGAS

CARING
ANAK DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL
DAN REMAJAN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI

Disusun oleh :
ANAK AGUNG GEDE DWITIYO ARI W

010113A009

FAKULTAS KEPERAWATAN-S1
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
DEFINISI RETARDASI MENTAL
1. Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu
keadaan yang ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang
berada dibawah rata-rata disertai dengan berkurangnya
kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif), yang
mulai timbul sebelum usia 18 tahun. Orang-orang yang secara
mental mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan
kecerdasan (intelektual) yang lebih rendah dan mengalami
kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial. 3% dari jumlah
penduduk mengalami keterbelakangan mental.
2. Retardasi mental adalah kelainan ataua kelemahan jiwa dengan
inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan
(sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat
perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi
gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi
mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren:
jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386).
ETIOLOGI
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental. Untuk
mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan
multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa factor yang potensial
berperanan dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft
LT (1983) dan Shonkoff JP (1992) dibawah ini.
Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal
dan postnatal. Beberapa penulis secara terpisah menyebutkan lebih dari 1000
macam penyebab terjadinya retardasi mental, dan banyak diantaranya yang
dapat dicegah. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas
penyebab biologis dan psikososial
a. Penyebab pranatal
1. Gangguan metabolisme
2. Kelainan Kromosom
3. Infeksi maternal selama kehamilan
4. Komplikasi kehamilan
b. Penyebab perinatal
1. Prematuritas
2. Asfiksia
3. Kernikterus
4. Hipoglikemia
c. Penyebab postnatal
1. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
2. Trauma fisik
3. Kejang lama
4. Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
DIAGNOSIS & GEJALA RETARDASI MENTAL
Pada anak yang berumur diatas 3 tahun dilakukan tes
intelegensia. Namun, tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-
satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah
besar ketrampilan spesifik yang berbeda. penilaian tingkat kecerdasan
harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan
klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Pemeriksaan
Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai adanya
kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun-
ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakuka atas indikasi,
pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan
sebagai screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila
dicurigai adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental
tersebut. Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan
untuk membantu seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI.
Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur
2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak
yang lebih besar
Lanjut .
Biasanya penderita retardasi mental juga mengalami keterlambatan
motor dan American Psychiatric Association (APA) pada tahun 1994,
mensyaratkan tiga diagnosis keterbelakangan mental, yaitu:
a. Keterbelakangan Mental Ringan (IQ = 50 -70)
1. Anak prasekolah (0 5 tahun): lebih lambat daripada rata-rata
dalam berjalan, makan sendiri, dan berbicara, namun pengamat
sambil lalu tidak melihat keterbelakangan ini.
2. Usia sekolah (6 21 tahun): Belajar keterampilan motorik-
pemahaman dan kognisi (membaca dan arithmatic) di kelas tiga
sampai kelas enam oleh remaja tahap ini, dapat belajar untuk
menyesuaikan diri secara sosial.
3. Dewasa (21 tahun keatas): Biasanya mencapai keterampilan sosial
dan kejuruan yang diperlukan untuk merawat diri, membutuhkan
bimbingan dan bantuan ketika berada pada kondisi ekonomi sulit
atau stress sosial.
b. Keterbelakangan Mental menengah (IQ = 35 49)
1. Anak prasekolah (0 5 tahun): sebagian besar perkembangan
kelihatan dengan jelas terlambat.
2. Usia sekolah (6 21 tahun): belajar berkomunikasi dan merawat
kesehatan dasar dan kebutuhan keamanan.
3. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan tugas tanpa keterampilan atau
semi terampil sederhana pada kondisi yang diawasi, berpartisipasi
pada permainan sederhana dan melakukan perjalanan sendiri di
tempat yang dikenal, mampu merawat diri sendiri.
c. Keterbelakangan Mental Berat (IQ = 20 34)
1. Anak prasekolah (0 5 tahun): perkembangan motorik sangat
tertunda, sedikit atau tidak berbicara, mendapat mamfaat dari
pelatihan mengerjakan sendiri (misalnya makan sendiri).
2. Usia sekolah (6 21 tahun): biasanya berjalan kecuali jika terdapat
ketidakmampuan motorik, dapat memahami dan merespon
pembicaraan, dapat mengambil mamfaat dari pelatihan mengenai
kesehatan dan kebiasaan lain yang dapat diterima.
3. Dewasa (21 tahun keatas): melakukan kegiatan rutin sehari-hari dan
memperbesar perawatan diri sendiri, memerlukan petunjuk dan
pengawasan ketat dalam lingkungan yang dapat dikendalikan.
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik yang merupakan stigmata
congenital yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah kesuatu sindrom penyakit tertentu. Dibawah ini
beberapa kelaianan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
1. Sindrom Cockayne
2. Sindrom Lowe
3. Galactosemia
4. Sindrom Down
5. Kretin
6. Rubella Pranatal, dll.
b.Bintik cherry-merah pada daerah macula
1. Mukolipidosis
2. Penyakit Niemann-Pick
3. Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
1. Lues congenital
2. Penyakit Sitomegalovirus
3. Rubella Pranatal
d. Kornea keruh
1. Lues Congenital
2. Sindrom Hunter
3. Sindrom Hurler
4. Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
1. Defisiensi glikogen sinthesa
2. Hipersilinemia
3. Hipoglikemia, terutama yang disertai glikogen storage disease I, III, IV, dan VI
4. Phenyl ketonuria
5. Sindrom malabsobrsi methionin, dll.
b. Kejang pada masa neonatal
1. Arginosuccinic asiduria
2. Hiperammonemia I dan II
3. Laktik asidosis, dll.
3. Kelainan kulit
a. Bintik caf-au-lait
1. Atakasia-telengiektasia
2. Sindrom bloom
3. Neurofibromatosis
4. Tuberous selerosis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita
retardasi mental,yaitu:
1. Kromosom kariotipe
2. EEG (Elektro Ensefalogram)
3. CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance Imaging)
4. Titer virus untuk infeksi congenital
5. Serum asam urat (Uric acid serum)
6. Laktat dan piruvat
7. Plasma asam lemak rantai sangat panjang
8. Serum seng (Zn)
9. Logam berat dalam darah
10. Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin
11. Serum asam amino atau asam organik
12. Plasma ammonia
13. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit:
14. Urin mukopolisakarida
A. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian
yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998).
Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya,
interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan
dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan
bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara
utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) dan Self Perception
(persepsi diri sendiri).
1. Teori perkembangan.
Konsep diri belum ada waktu lahir, kemudian berkembang secara bertahap
sejak lahir seperti mulai mengenal dan membedakan dirinya dan orang lain.
2. Significant Other ( orang yang terpenting atau yang terdekat )
Dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan pengalaman dengan orang
lain, belajar diri sendiri melalui cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan
diri merupakan interprestasi diri pandangan orang lain terhadap diri, anak sangat
dipengaruhi orang yang dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat
dengan dirinya, pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang siklus
hidup, pengaruh budaya dan sosialisasi.
c. Pembagian Konsep Diri
Gambaran diri ( Body Image )
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar
dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran,
bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang
secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap
individu (Stuart and Sundeen , 1991).
Konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian. Pembagian Konsep diri
tersebut di kemukakan oleh Stuart and Sundeen ( 1991 ).
Banyak Faktor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti,
munculnya Stresor yang dapat menggangu integrasi gambaran diri. Stresor-
stresor tersebut dapat berupa :
Lanjutan
1. Operasi.
2. Kegagalan fungsi tubuh.
3. Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh
4. Tergantung pada mesin.
5. Perubahan tubuh berkaitan
6. Umpan balik interpersonal yang negatif
7. Standard sosial budaya.
Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada
setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya
tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti
adanya perasaan minder.
1. Syok Psikologis.
2. Menarik diri.
3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri di atas adalah proses yang
adaptif, jika tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka
respon seseorang dianggap maladaptif sehingga terjadi gangguan gambaran
diri yaitu :
1. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6. Mengungkapkan keputusasaan.
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8. Depersonalisasi.
9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
SEKIAN DAN TERIMAKASI

You might also like