You are on page 1of 11

RUPTUR LIMPA

MARIANI SELA MELSANIA

MELITA ANGGRAINI

MONIKA DYAH DEWANTI

NANANG KURNIAWAN A. ATMAJA

NANANG KURNIAWAN A. SAPUTRA

NOVIA NOVITA RENGGANIS

NUNING PURWANINGSIH

PARDIYANTO

PIPIT SITI NURLELY


DEFINISI
Ruptur limpa merupakan
kondisi rusaknya limpa
akibat suatu dampak
trauma. Limpa merupakan
organ yang paling sering
mengalami cedera pada
trauma tumpul abdomen
pada semua golongan usia
(25% dari seluruh trauma
Etiologi
Penatalaksanaan
Dapat
1. Ruptur lien
dilakukan
dapat disebabkan secara
oleh trauma pembedahan
tumpul, Trauma maupun terapi
benda tajam tanpa
pembedahan. CT
2. Deselerasi
scan dapat
cepat, kompresi, membantu
transmisi energi menentukan tata
3. Ruptur spontan laksana yang
lien. akurat dan
menentukan
klasifikasi
dari beratnya
cedera
KLASIFIKASI RUPTUR LIMPA
a. Grade I: hematom subkapsular < 10% permukaan,
laserasi kapsular < 1 cm dalamnya
b. Grade II: hematom subkapsular 10-50% permukaan,
hematom intraparenkim diameter < 5 cm, laserasi
kapsular 1-3 cm dalamnya, tidak termasuk pembuluh
darah trabekular
c. Grade III: hematom subkapsular >50% permukaan,
kerusakan intraparenkim diameter > 5 cm, ada ruptur
subkapsular atau parenkim, laserasi kapsular > 3 cm
dalamnya atau mengenai pembuluh darah trabekula
d. Grade IV: laserasi mengenai pembuluh darah segmental
atau hilar yang menyebabkan devaskularisasi > 25%
e. Grade V: remuk, cedera vaskular daerah hilar dengan
devaskularisasi limpa
MANIFESTASI KLINIS
Pada ruptur lien bergantung pada ada
tidaknya organ lain yang ikut cedera, banyak
sedikitnya perdarahan, dan ada 18 tidaknya
kontaminasi rongga peritoneum.

Tanda-tanda lain yaitu: riwayat trauma


walaupun ringan, diikuti oleh nyeri abdomen
terutama kuadran kiri atas, datang dengan
gambaran menyerupai tumor intra abdomen bagian
kiri atas yang nyeri apabila di tekan disertai tanda
anemia sekunder. Elevasi tungkai di tempat tidur
atau pada posisi Trendelenberg dapat menimbulkan
nyeri pada puncak bahu kiri yang disebut Kehr sign
PEMERIKSAAN
a. Laparotomi eksploratorik,
perbaikan/penjahitan (splenorraphy)
atau pengangkatan limpa (splenektomi)
b. Pada pasien dengan syok yang telah
terkompensasi: angioembolisasi
c. DPL bila memungkinkan dan bila ada
cedera multiple
d. FAST (Focused Abdominal Sonographic
Technique): Mengetahui ada tidaknya
darah pada rongga peritoneal
e. Pada pasien stabil (sistol > 90 mmHg,
nadi < 120/menit): CT scan (helical/spiral
scanners)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
1. Aktifitas/istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan dan cairan
6. Neurosensori.
7. Nyeri dan kenyamanan
8. Pernafasan
9. Keamanan
10.Gangguan rentang gerak.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

I. Defisit volume cairan


dan elektrolit
berhubungan dengan
perdarahan
II. Nyeri berhubungan
dengan adanya trauma
abdomen atau luka
penetrasi abdomen.
III.Resiko infeksi
berhubungan dengan
tindakan pembedahan,
tidak adekuatnya
pertahanan tubuh
PERENCANAAN

Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan


dengan perdarahan
Kriteria hasil :Kebutuhan cairan terpenuhi

Intervensi :
Kaji tanda-tanda vital
Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik
dan vitamin
Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
Tranfusi darah
PERENCANAAN....
Nyeri berhubungan dengan adanya trauma
abdomen atau luka penetrasi abdomen.
Kriteria hasil : nyeri berkurang atau hilang

Intervensi :
Kaji karakteristik nyeri
Beri posisi semi fowler
Anjurkan tehnik manajemen nyeri
seperti distraksi
Kolaborasi pemberian analgetik sesuai
indikasi
Managemant lingkungan yang nyaman
TERIMA KASIH

You might also like