You are on page 1of 33

Ekonomi Perkotaan dan

Globalisasi

Sonny Harry B. Harmadi


Staf Pengajar Program MPKP-FEUI

1
Pendahuluan

Globalisasi menjadi faktor utama


terciptanya interaksi ekonomi global
pada abad 21;
Setiap kota harus melakukan
pembenahan dan menentukan
kebijakan dalam mengantisipasi
dampak globalisasi;

2
GLOBALISASI EKONOMI

GLOBALISASI PRODUKSI
Semua negara dapat menjadi lokasi
produksi komponen
Penentuan lokasi tergantung efisiensi
GLOBALISASI PEMASARAN
Semua negara dapat menjadi tempat
pemasaran barang/jasa produk global
Harga produk ditentukan oleh sekmen
pasar

3
FAKTOR YANG MENDORONG
GLOBALISASI EKONOMI

Perkembangan teknologi
yang pesat (mendorong pergerakan
barang, mendorong transfer produksi
keluar negeri, meningkatkan price
elasticity)
Kebijakan Pemerintah dalam
kerjasama internasional
(multilateral (WTO), regional (UE, NAFTA,
AFTA), bilateral FTA Singapore-USA)
Liberalisasi sektor finansial
4
PERDAGANGAN DUNIA

Tahun Nilai
(US$ B)
1500 2
1750 16
1870 40
1900 105
1950 290
1970 1 500
1980 2 030
1990 3 480
2000 6 340
2003 7 290
2004 9 123
5
SEGITIGA PERDAGANGAN DUNIA
(sekarang)

E Europe
Canada
USA
EU S America
Africa

Middle East China


S Asia JAPAN
Korea
Asean
Anzerta
6
SEGITIGA PERDAGANGAN DUNIA
(kedepan)

Greater EU NAFTA

Africa Latin America

South Asia
EAST ASIA

ANZERTA

7
Dampak Globalisasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kota

Meningkatnya peranan perdagangan


internasional dan investasi;
Meningkatnya mobilitas faktor
produksi;
Adanya kekuatan pemicu dari
teknologi;
Meningkatnya peranan knowledge-
based industries
8
Dampak Globalisasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kota

Adanya peranan penting dari ukuran


pasar;
Kebutuhan untuk dapat beradaptasi
dengan perilaku bisnis;
Kebutuhan adanya aliansi strategi
internasional;

9
KOTA DAN GLOBALISAS

Dalam sistem perekonomian dunia yang


semakin terbuka, kota-kota di dunia akan
saling berkompetisi terhadap investasi asing.
Para investor asing tentunya memiliki berbagai
kriteria penting dalam membandingkan factor
endowments antar lokasi dan mengevaluasi
resiko yang dapat disebabkan oleh
pemerintahan di setiap lokasi dan berbagai
konteks sosial lainnya. Adanya investasi akan
mendorong penciptaan lapangan kerja yang
lebih luas, sehingga menghasilkan multiplier
effect terhadap perekonomian lokal, regional,
dan nasional.
10
Meningkatnya Peranan
Perdagangan Internasional

Berbagai kota di dunia memegang peranan


penting sebagai basis lokasi industri
orientasi ekspor;
Kota yang kompetitif dalam perdagangan
internasional, dapat mengakselerasi
pertumbuhan ekonomi mereka karena
ekspor akan menciptakan lapangan
pekerjaan dan produktifitas.

11
Meningkatnya Peranan
Perdagangan Internasional

Produktifitas yang lebih tinggi berasal


dari pergeseran alokasi sumberdaya
ke sektor yang lebih produktif;
Industri dan perusahaan berkompetisi
dengan melakukan peningkatan
efisiensi teknis dan skala ekonomi.

12
Internasionalisasi Investasi

Kota yang tidak terlibat dalam aliran


investasi, akan mengalami kendala
dalam pembangunannya;
Aliran masuk investasi, akan
menciptakan penerimaan pajak,
peningkatan pendapatan, dan dapat
merubah nilai-nilai sosial.

13
Internasionalisasi Investasi

Masuknya FDI ke suatu kota akan


menguntungkan karena mereka
umumnya membawa tenaga ahli,
kapital, dan jaringan internasional
dalam mata rantai supply dan
distribusi.

14
Meningkatnya Mobilitas Faktor
Produksi
Ekspansi perdagangan dunia dan investasi
telah menyebabkan mobilitas faktor
produksi yang tinggi;
Faktor produksi yang mengalami mobilitas
diantaranya: tenaga kerja, kapital,
kepemilikan lahan, dan teknologi.
Pada Tahun 1975, jumlah tenaga kerja yang
melakukan mobilitas antar negara sebesar
40 juta, dan meningkat menjadi 73 juta
(1992)
15
Meningkatnya Mobilitas Faktor
Produksi

Mobilitas faktor produksi ini telah


mempengaruhi: struktur dan lokasi
tenaga kerja, penggunaan teknologi,
pola perdagangan dan investasi, dan
struktur industri (dari industri
manufaktur berat ke knowledge-based
industries dan services)

16
Meningkatnya Mobilitas Faktor
Produksi

Adanya mobilitas faktor produksi telah


menyebabkan comparative
advantages menjadi tidak berlaku lagi;
Setiap perusahaan memiliki banyak
alternatif sebagai lokasi produksi.

17
Pertumbuhan Ekonomi Akibat
Kemajuan Teknologi

Teknologi direfleksikan dalam bentuk teknik


produksi yang baru, jenis produk,
komunikasi, transportasi, dan sumberdaya
energi;
Teknologi menjadi salah satu pertimbangan
utama penentuan lokasi;
Banyak kota yang mencoba membangun
industrial-cluster dan diorientasikan untuk
perusahaan high-tech.
18
Pergeseran Menuju
Knowledge-Based Production

Basis dari pembangunan kota-kota di dunia


telah bergeser dari mass-production
industries yang bercirikan low wage, cheap
raw materials, dan energi, menjadi
knowledge-based industries and services;
Kota dengan knowledge-based activities
umumnya menjadi konsentrasi orang kaya.

19
Pentingnya Ukuran Pasar

Skala ekonomi menjadi ukuran penting


bagi penentuan lokasi perusahaan;
Transnational cooperations biasanya
membutuhkan ukuran pasar yang
besar, sehingga keberadaannya dapat
menstimulasi perekonomian kota.

20
Aliansi Strategis dan Jaringan
Global

Ekspansi pasar dunia oleh suatu


perusahaan membutuhkan aliansi strategis
dan jaringan global, untuk membuka akses
pasar internasional;
Kemampuan kompetisi suatu perusahaan
saat ini sangat ditentukan oleh kemampuan
produksi barang berkualitas tinggi dan
kemampuan untuk mendistribusikannya
secara cepat.
21
Dari Mass-Production Economy
ke Knowledge-Based Economy

Mass-Production Economy Knowledge-Based Economy


Basis of Comparative advantage based on: Sustainable advantage based on:
Competitiveness -Natural resources -Knowledge creation
-Physical Labor -Continuous improvement
-Low-cost production -Speed to market
Production Mass-Production Knowledge-Based Production
System -Physical labor as source of value -Continous creation
-Separation of innovation and production -Knowledge as source of value
-Synthesis of innovation and production
Human Low-skill, low-cost labor Knowledgeable workers
Infrastructure Limited education and learning Continuous education and learning

22
Kebijakan Pemerintah Kota

Meningkatkan level pendidikan untuk


mendorong produktifitas tenaga kerja
dan menarik investasi;
Peningkatan kualitas hidup;

23
Bagaimana dengan Jakarta?

Kita harus berpikir bagaimana Jakarta dan


sekitarnya mampu menjadi kawasan yang
memiliki competitiveness yang tinggi. Kawasan
ini memiliki pesaing yang banyak untuk mampu
menarik masuknya investasi. Kuala Lumpur,
Bangkok, Manila, dan kota-kota besar lainnya di
dunia, telah lebih dulu memikirkan konsep very
large city untuk menciptakan keunggulan daya
saing kawasan metropolitan mereka. Jika
Jakarta gagal menjadi lokasi tujuan investasi,
maka dampak negatif ini tidak hanya dirasakan
oleh Kota Jakarta, bahkan akan berpengaruh
terhadap perekonomian secara nasional.
24
Konsep Megapolitan Jabodetabekjur (1)

Berkembang pemikiran mengenai


Konsep Megapolitan yang melibatkan
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta
dan sejumlah daerah di sekitarnya, yaitu
Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok dan
Cianjur sebagai solusi untuk mengatasi
lima permasalahan utama Kota Jakarta
yaitu banjir, transportasi, sampah,
penataan ruang, dan urbanisasi.

25
Konsep Megapolitan Jabodetabekjur (2)

Kawasan megapolitan Jabodetabekjur


mencakup wilayah seluas 9.624 Km2, dengan
jumlah keseluruhan penduduk sebesar
23.736.577 jiwa. Kepadatan penduduk kawasan
ini sebesar 2.466 jiwa/Km2. Kawasan
Megapolitan Jabodetabekjur hanya mencakup
0,51% wilayah Indonesia. Namun, didiami oleh
sekitar 11% dari keseluruhan penduduk
Indonesia. Jumlah penduduk kawasan
Jabodetabekjur bahkan setara dengan penduduk
Malaysia dan Australia, serta melampaui
Belanda, Korea Utara, Kamerun, Chili, dan
beberapa negara lainnya.
26
Konsep Megapolitan Jabodetabekjur (3)

Pertama, sebagian besar masalah di


Jakarta saling terkait satu sama lain.
Kedua, adanya keterputusan kebijakan
spasial. Sebagai contoh, jika Jakarta terus
berusaha mengatasi masalah kemacetan
dengan mencoba alternatif kebijakan
membangun flyover, underpass, mass rapid
transportation, dan sebagainya, maka hal ini
akan menyelesaikan masalah hanya untuk
jangka pendek. Ketiga, masalah Jakarta
juga diakibatkan dan dipengaruhi oleh pola
penggunaan lahan.
27
Konsep Megapolitan Jabodetabekjur (4)

Ide Konsep Megapolitan Jabodetabekjur yang


perlu dianalisis dan dipersiapkan secara
matang. Dapat dipahami bahwa konsep ini
lahir bukan sebagai suatu kebetulan dan
tibatiba. Perkembangan ekonomi Jakarta
sebagai suatu economic region, telah
melampaui batas wilayah administrasinya
(political region), sehingga dibutuhkan
pengaturan dan perencanaan yang lebih
terintegrasi di masa mendatang. Oleh karena
itu, konsep megapolitan merupakan suatu
sudut pandang alternatif solusi yang bersifat
alamiah.
28
Konsep Megapolitan Jabodetabekjur (5)

Untuk menciptakan sistem spasial


Jabodetabekjur yang terintegrasi,
maka fungsi ekonomi dan sosial
harus saling terkait melalui: (1)
suatu jaringan fisik (seperti
transportasi dan komunikasi), (2)
jaringan ekonomi (keterhubungan
produksi, pola interaksi pasar,
aliran kapital, barang, dan jasa),
dan (3) jaringan administrasi. 29
Konsep Megapolitan Jabodetabekjur (6)

Dari sudut pandang ekonomi spasial,


Kabupaten Serang, Karawang, dan Kota
Cilegon dapat menjadi bagian dari kawasan
Megapolitan yang akan dibentuk, mengingat
jalur ini merupakan intermediate location
distribusi barang dari wilayah Jawa bagian
Barat menuju Sumatera. Pertimbangannya,
wilayah Jabodetabek (tanpa Cianjur) saat ini
telah mencapai tingkat kepadatan yang
tinggi, dan bisa berkembang melampaui
batas administrasi megapolitan hanya
dalam waktu beberapa tahun mendatang.
30
Konsep Megapolitan Jabodetabekjur (7)

Mungkinkah secara politik Serang,


Karawang, dan Cilegon menjadi bagian
dari kawasan megapolitan? Ataukah
pembentukan kawasan Megapolitan
Jabodetabekjur hanya sebuah adopsi
dari PP No. 47 Tahun 1997 tentang
RTRWN, dimana kawasan
Jabodetabekpunjur ditetapkan sebagai
Kawasan Tertentu yang penyusunan
rencana tata ruangnya dikoordinasikan
oleh Pusat dan ditetapkan dalam
31
Peraturan Presiden?
PERSPEKTIF EKONOMI TERHADAP KONSEP MEGAPOLITAN

Dalam menyusun konsep metropolitan ataupun


megapolitan, kita perlu memperhatikan keterkaitan antara
ukuran (size) dengan struktur (structure) kota inti.

Perubahan ukuran kota dari status kota kecil menjadi


sedang, kota sedang menjadi besar, kota besar dan
wilayah sekitarnya menjadi metropolitan area, dan
selanjutnya berubah menjadi megapolitan area, harus
didukung oleh perubahan struktur pula. Struktur suatu kota
akan ditentukan oleh penataan ruang yang dilakukan, dari
mulai peruntukan kawasan industri, perdagangan, jasa,
perumahan, fasilitas umum, sistem transportasi, dan
sebagainya.
32
Size and Structure

33

You might also like