You are on page 1of 21

ANALISA KEGAGALAN MATERIAL

Analisa kegagalan material secara umum


Kegagalan dapat didefinisikan sebagai kejadian sewaktu komponen tidak lagi
mampu memenuhi fungsi pemakaiannya dengan baik dikarenakan patahan atau
deformasi berlebih ataupun deteriorasi.
Mekanisme kegagalan umumnya merupakan kegagalan bahan yang ditentukan
oleh riwayat termomekanis bahan selama pemrosesan dan kondisi pemakaian.

Kegagalan merupakan semua perubahan dalam bagian mesin yang


menyebabkannya tidak bisa melakukan fungsinya dengan baik. Tahap-tahap yang
mendahului kegagalan akhir adalah kegagalan dini, kerusakan dini semua ini akan
membuat bagian atau komponennya menjadi tidak aman untuk pemakaian
berikutnya.
1. Penyebab kegagalan.
Penyebab kegagalan biasanya ditentukan dengan mengkaitkannya pada satu
atau lebih bentuk kegagalan yang spesifik dan dari sini akan menjadi gagasan
utama dari kegiatan analisa kegagalan. Penyebab kegagalan sering dimonitor
dari perancangan, operasi dan pemeliharaan, pada bagian dalam operasi dan
pemeliharaan secara tradisional ada penekanannya untuk analisa kegagalan dan
pencegahan kegagalan. Pengurangan kegagalan jangka panjang dapat dicapai
dengan spesifikasi dan modifikasi rancangan

Kegagalan pada komponen teknik dapat dikelompokan menjadi tiga bagian :


1. Kegagalan yang disebabkan oleh desain yang salah atau pemilihan bahan
yang tidak tepat.
2. Kegagalan akibat pemrosesan yang salah.
3. Kegagalan akibat keausan selama pemakaian
Disamping tiga cara pembagian penyebab kegagalan seperti disebutkan diatas ada
cara pembagian lain yaitu :
a. Kegagalan pada tegangan di atas level desain.
Kegagalan jenis ini paling mudah diperbaiki dan terutama terjadi karena
kesalahan ,seperti desain yang salah atau penggunaan bahan yang salah , atau
karena beban yang lebih.

b. Kegagalan pada tegangan dibawah level desain


Kegagalan ini terjadi karena adanya cacat dianggap sebagai kegagalan beban
lebih setempat, karena kondisi tegangan setempat melebihi tegangan desain.
Ini terjadi akibat adanya konsentrasi tegangan berkurang sehingga berada
dibawah tegangan desain.

2. Klasifikasi kegagalan material.


Pengertian dari analisa kegagalan yaitu merupakan suatu prosedur yang dilakukan
untuk mencari dan mengungkapkan mengapa dan bagaimana suatu alat atau
komponen mengalami kegagalan dengan mengacu kepada bagian atau komponen
yang mengalami kegagalan tersebut, khususnya pada bagian permukaan patah.
Sangatlah penting untuk merencanakan analisa kegagalan sebelum melakukan
penelitian
Tahapan-tahapan utama dari analisis kegagalan metalurgi :
1. Pengumpulan data tentang latar belakang dan pemilihan sampel.
2. Pemeriksaan awal dari bagian yang gagal.
3. Pengujian tidak merusak.
4. Pengujian mekanik.
5. Pengujian makroskopi dan analisisnya.
6. Pengujian mikroskopi dan analisisnya.
8. Pengujian metalografis.
9. Menentukan mekanisme kegagalan.
10. Analisis tetang mekanik patahan.
Dalam memecahkan masalah kegagalan maka perlu untuk mendaftar dan
mendokumentasikan kegagalan guna memperoleh gambaran tentang faktor-faktor
yang menyebabkan kegagalan.
DIAGRAM KEGAGALAN MATERIAL
SIFAT TERPENTING DALAM DESAIN REKAYASA
Masalah desain rekayasa keterkaitan antara persyaratan fungsional, kendala teknik
dan ekonomi, dan daya guna. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses
desain adalah sifat mekanik, fisika, dan kimia bahan yang akan digunakan.
Sebagian dan sifat tersebut di atas merupakan sifat peka struktur dan sisanya tak
peka struktur.

Bagi keduanya, daya guna selama pernakaian tak dapat ditentukan berdasarkan
parameter bahan yang diketahui yang digunakan pada analisis desain awal. Akan
tetapi, daya guna selama pemakaian dapat dipengaruhi oleh proses
produksi/pembuatan yang mengubah parameter tadi, sehingga tidak cukup hanya
memperhatikan sifat dasar yang diperlukan untuk desain. Kendala akibat proses
pembuatan dan perakitan perlu dipertimbangkan pula.
3.1 Sifat Peka-struktur dan Tak Peka-struktur
Sebelum melanjutkan pembahasan, terlebih dahulu perlu dijelaskan apa yang
dimaksudkan dengan sifat peka-struktur dan tak peka-struktur. Tak peka-
struktur berarti bahwa sifat bahan tidak dipengaruhi secara berarti oleh
prubahan struktur mikro ataupun struktur makro. Sifat fisis seperti berat jenis
utuh, panas jenis, dan koefisien muai termal tidak dipengaruhi oleh proses
pembentukan dan/atau proses perlakuan panas, meskipun proses tadi dapat
mengubah struktur mikro atau makro.
Sebaliknya, sifat mekanik sangat dipengaruhi oleh modifikasi tadi. Dengan
perkataan lain, kekuatan luluh, keuletan, dan kekuatan patah merupakan sifat
peka-struktur.
.

3.2 Sifat Bahan Utuh


3.2.1 Sifat Mekanik
Ada beberapa sifat mekanik yang menentukan penggunaan bahan untuk tujuan
tertentu. Salah satu diantaranya adalah sifat monotonic, seperti perilaku bahan
dibawah pengaruh tekan sederhana ( termasuk perilaku mulur selama deformasi
pada suhu tinggi ); atau sifat periodic/siklik yang berkaitan dengan beban yang
berubah seperti yang terjadi pada fatik.
Sifat mekanik tadi sebaiknya ditentukan dengan benda uji standar. Sewaktu
mempertimbangkan berbagai sifat bahan perlu dibedakan antara sifat yang tak
bergantung pada waktu yang dijumpai pada suhu ruang atau suhu yang agak tinggi
dan karakteristik deformasi mulur (yang bergantung pada waktu ) pada suhu
sekitar 0.5 Tm. selain itu dalam menelaah sifat mekanik tertentu, perlu dikaji pula
keadaan tegangannya.
Dijumpai dua keadaan tegangan sederhana, yaitu:
(i) tegangan tarik atau tekan akibat pembebanan aksial

(ii) tegangan geser akibat eban torsi


Dua kondisi beban lainnya yang lazim adalah tegangan biaksial seperti yang dialami
bejana tekan.

Dan tegangan hidrostatik dalam cairan.

Meskipun keadaan yang dialami bahan sebenarnya merupakan kombinasi


kompleks dari berbagai keadaan tegangan, sering kali kita menjumpai keadaan di
mana salah satu tegangan menonjol, sehingga salah satu sifat mekanik yang
berkaitan dengannya seakan-akan meniadakan lainnya
Bila dibebani dengan beban yang lebih kecil daripada tegangan putus, bahan akan
mengalami deformasi elastis dan/atau plastis. Deformasi elastis bersifat mampu
balik. sedang deformasi plastis bersifat permanen dan tidak akan lenyap bila bahan
ditiadakan.
Sering kali perilaku elastis brsifat linier dan mengikuti hukum Hooke, inii berarti
bahwa simpangan atau lenturan yang ditimbuikan oleh beban tertentu
berbanding lurus dengan beban. Bisa juga terjadi perilaku tak linier. Selain
itu,bahan dapat juga bersifat anelastis, ini berarti bahwa simpangan beban pada
waktu pembebanan dan pelepasan beban berbeda dan terjadilah histerisis. Pada
kondisi atau keadaan sesungguhnya semua logam cenderung untuk bersifat
anelastis dalam batas tertentu: juga di daerah elastis sempurna. Pada Gambar 3.2.
tampak berbagai sifat elastis.
Sifat Tarik dan Tekan
Sifat tarik biasanya diukur menggunakan benda uji standar berpenampang bulat
atau persegi dengan bentuk tertentu pula. Beban bekerja pada ujung berulir atau
ujung berpenampang besar (lihat Gambar 3.3). Dimensi benda uji telah ditentukan
sebelumnnya dan dapat dilihat pada Gambar 3.4. Dimensi terpenting adalah:
(i) panjang ukur awal, L0, yaitu bagian dengan penampang silindris atau prismatis
tempat mengukur perpanjangan (pertambahan panjang) yang terjadi selama
pengujian
(ii) luas penampang awal, S0

Kedua dimensi inii saling tergantung satu sama lain dan biasanya diukur pada saat
bersamaan. Panjang ukur awal ditentukan 5.65 S0. Untuk benda uji bulat. panjang
ukur biasanya sama dengan 5 kali diameter.
Perpanjangan benda uji terdiri atas dua bagian, bagian elastis dan bagian plastis.
Bagian elastis terdiri atas bagian yang bergantung pada waktu (anelastis) dan bagian
yang tak bergantung pada waktu. Bagian yang bergantung pada waktu sering kali
diabaikan saja.
Gambar 3.3 Bentuk benda uji yang lazimdigunakan.(a) benda uji berulir; dan (b)
benda uji tak berulir

Gambar 3.4 Ukuran benda uji standar (BS 18: Part I: 1970) (a) bulat; (b) persegi
Regangan plastis mencakup deformasi uniform yang bagian sepanjang-panjang ukur
bertambah panjang secara merata dan terjadi deformasi setempat yang clisebut
pen. ciutan (necking). Letak ketiga daerah deformasi ini dapat dilihat pada Gambar
3.5, sedang benda uji yang mengalami penciutan dan patah dapat dilihat pada
Gambar 3.6.

Gambar 3.5 Kurva beban-perpanjangan umum untuk percobaan tarik


(deformasi tarik)
Gambar 3.6 Benda uji yang belum putus dengan daerah yang
mengalami penciutan
Proses deformasi berakhir dengan putusnya benda uji di daerah penciutan. Ada
kalanya perpatahan terjadi pada daerah elastis dan bila demikian halnya, logam
yang -diuji bersifat rapuh. Sebetulnya bahan rapuh mengalami deformasi plastis
yang sangat terbatas. Sebaliknya, bila logam mengalami deformasi plastis yang
cukup brarti, bahannya disebut bahan ulet. Meskipun demikian, penciutan pada
saat perpatahan mungkin tidak seberapa.
Kurva beban perpanjangan biasanya diubah menjadi kurva tegangan-regangan.
(i) tegangan nominal atau tegangan teknis,t ,adalah beban seketika dibagi
penampang awal;
(ii) tegangan sesungguhnya, t , adalah beban dibagi penampang sesungguhnya.
(iii)regangan nominal atau regangan teknis, n , adalah perubahan panjang dibagi
panjang ukur;
(iv) regangan sesungguhnya, n , adalah integral pertambahan regangan seketika
untuk seluruh percobaan
Untuk logam, gejala transisi deformasi elastis ke deformasi plastis terjadi secara bertahap
dan tidak pada suatu titik tertentu. Oleh karena itu, tegangan pada saat mulai terjadinya
luluh atau aliran plastik disebut tegangan uji atau Proof Stress (Proporsional).
Lanjut ke Pertemuan ke 3

You might also like