You are on page 1of 17

REFERAT

FACTITIOUS DISORDER

ELVA OKTIANA RAHMI


1102012075

Pembimbing :
dr. Eri Achmad Achdiar, Sp.KJ
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD ARJAWINANGUN
MEI 2017
DEFINISI
Factitious Disorder atau disebut juga Gangguan Berpura-pura adalah
kondisi dimana tidak adanya gangguan fisik atau mental, penyakit atau
cacat yang pasti, individu berpura-pura mempunyai gejala sakit secara
berulang-ulang dan konsisten.
Motivasi untuk perilaku dianggap dari faktor internal, dan kondisi ini
diinterpretasikan sebagai suatu gangguan perilaku sakit dan peran sakit
(disorder of illness behavior and the sick role).
EPIDEMIOLOGI
Data epidemiologis tentang kelainan ini jarang terjadi, karena sebagian
besar pasien yang memiliki perilaku penyakit tersebut umumnya tidak
terbuka dan jujur mengenai keadaan medis mereka yang sebenarnya.
Gangguan tersebut kurang terdiagnosis karena tipu muslihat pasien
biasanya terlewatkan oleh staf medis.
ETIOLOGI
Faktor Psikososial

Pada riwayat keluarganya, pasien merasakan salah satu atau kedua orang tua
tidak dapat menjalin hubungan dekat dengannya
Pada pasien yang menginginkan tindakan operasi atau pemeriksaan yang invasif,
cenderung memiliki gangguan kepribadian masokistik
Beberapa pasien, ada yang menguasai riwayat penyakit dahulunya dan penyakit
sekarang
Pasien mengaku sering dirawat di Rumah Sakit, agar peran sakit semakin terlihat

Faktor Biologis

Peneliti menduga bahwa kerusakan otak merupakan penyebab gangguan


berpura-pura. Adanya gangguan proses berpikir berkontribusi menjadi penyebab
terjadinya gangguan tersebut dan penyimpangan perilaku pada pasien
Munchausen Syndrome.
FAKTOR RESIKO
Trauma masa kecil, seperti pelecehan emosional, fisik atau seksual

Penyakit serius pada masa kanak-kanak

Rasa identitas atau harga diri yang buruk

Kehilangan orang yang dicintai melalui kematian, penyakit atau ditinggalkan di awal kehidupan

Keinginan yang tak terpenuhi untuk menjadi dokter atau profesional kesehatan lainnya

Bekerja di bidang perawatan kesehatan

Gangguan kepribadian
KLASIFIKASI
Dalam Manual
Gangguan ini mengacu pada kondisi
Diagnostik dan
Statistik Gangguan kejiwaan dimana pasien sengaja membuat
atau memalsukan gejala dan / atau tanda-
Gangguan
Mental, Edisi Berpura-pura tanda penyakit untuk berperan sebagai
orang sakit.7
Kelima (DSM-5),
Factitious Disorder yang Ditimbulkan
berada di bawah
Gejala dan Kelainan
Somatik. DSM-5
untuk Diri Sendiri
mengkategorikannya
Individu dengan gangguan ini membuat
ke dalam dua jenis :
Gangguan gejala penyakit pada orang lain seperti
anak-anak, orang dewasa lanjut usia,
Berpura-pura orang cacat, atau hewan peliharaan.
Paling sering terjadi pada ibu atau pada
yang Ditimbulkan ayah, yang sengaja menyakiti anak
mereka agar mendapat perhatian.
untuk Orang Lain Diagnosis tidak diberikan kepada korban,
melainkan kepada pelaku.6
Berdasarkan pada jenisnya DSM V membagi Gangguan Berpura-pura kedalam 3
subtipe yaitu :

Gangguan Berpura-pura dengan tanda dan gejala psikologis yang menonjol.


Gejala psikiatri yang dilaporkan yaitu gangguan psikosis palsu, Pasien dengan gejala psikologis
yang menonjol biasanya juga memiliki komorbid gangguan mental terutama gangguan axis 2 dan
penyalahgunaan zat.

Gangguan Berpura-pura dengan tanda dan gejala fisik yang menonjol.


3 cara yang biasa dilakukan pasien: memberikan riwayat penyakit yang salah, memanipulasi hasil
lab, dan menggunakan obat-obatan secara rahasia. Umumnya pasien melebih-lebihkan gejalanya
dan sudah paham akan prosedur rumah sakit.

Gangguan Berpura-pura dengan kombinasi tanda dan gejala psikologis dan fisik.
Tanda dan gejala psikologis maupun fisik ditemukan tetapi tidak ada yang mendominasi
gambaran klinis
GANGGUAN BERPURA-PURAYTT (NOT OTHERWISE
SPECIFIED)

Beberapa pasien yang memiliki gejala seperti Factitious Disorder namun


tidak masuk kedalam kriteria diagnosis DSM IV-TR diklasifikasikan
kedalam kategori ini.
Di mana seseorang membuat informasi yang menyesatkan tentang
kesehatan orang lain atau menginduksi gejala penyakit yang sebenarnya
pada orang lain.
Sindrom ini dikenal dengan sindrom Munchausen oleh proxy (MSBP) dan
hampir selalu melibatkan orang tua (biasanya ibu) dan anak.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pasien dapat merekayasa dengan riwayat penyakit sebelumnya atau
dengan riwayat buatan ditambah manipulasi dari instrumen pemeriksaan.
CONTOH:
Mengklaim dan memanipulasi termometer yang menunjukkan demam, dengan riwayat
menggunakan agen eksternal untuk meniru penyakit (misalnya menambahkan darah
eksogen kedalam urin dan mengaku hematuria)
riwayat buatan dan merangsang keadaan medis aktual (misalnya suntik bakteri untuk
menghasilkan infeksi, menelan obat SSP aktif menyebabkan gejala kejiwaan).
Individu tersebut juga bisa mencederai diri sendiri seperti membuat sayatan pada
kulit untuk menghasilkan darah.

Tidak ada keuntungan yang jelas mengapa individu menipu orang lain.
MENURUT PPDGJ III KRITERIA DIAGNOSIS UNTUK
GANGGUAN INI SEBAGAI BERIKUT :

Dengan tidak adanya gangguan fisik atau mental, penyakit atau cacat yang pasti, individu berpura-
pura mempunyai gejala fisik / mental secara berulang-ulang dan konsisten.

Untuk gejala fisik dapat meluas sampai melukai diri sendiri untuk menciptakan perdarahan atau
menyuntik diri dengan bahan beracun.

Pura-pura nyeri dan adanya perdarahan dapat begitu meyakinkan dan menetap sehingga
menyebabkan pemeriksaan harus di ulang dan dilakukan operasi di beberapa klinik dan rumah
sakit, meskipun hasilnya berulang-ulang negatif.
Motivasi untuk perilaku ini selalu kabur dan dianggap adanya faktor internal, dan hal ini
diinterpretasikan suatu gangguan perilaku sakit dan peran sakit (disorder of illness behavior and the
sick role).
Individu dengan pola perilaku demikian biasanya menunjukkan sejumlah tanda dari kelainan yang
berat lainnya dari kepribadian dan hubungan dengan lingkungan.
Kriteria diagnostik untuk gangguan buatan dalam diagnostic and statistical
manual of mental disorders edisi kelima (DSM-V) adalah sebagai berikut :

Membuat tanda atau gejala fisik atau psikologis atau menyebabkan


luka atau penyakit dengan niat sengaja untuk menipu

Berpura-pura sakit atau terluka

Penipuan dilakukan tanpa menerima manfaat atau imbalan yang


nyata

Perilaku tidak sama dengan gangguan mental lainnya


KRITERIA DSM-V UNTUK GANGGUAN BERPURA-PURA YANG
DITIMBULKAN PADA ORANG LAIN MELIPUTI:

Membuat tanda atau gejala Menyerahkan orang lain


fisik atau psikologis atau (tenaga medis) kepada
menyebabkan luka atau orang lain sebagai orang
penyakit pada orang lain sakit, orang yang terluka
dengan maksud untuk atau memiliki masalah
menipu fungsi.

Penipuan dilakukan tanpa


Perilaku tidak sama dengan
menerima manfaat atau
gangguan mental lain
imbalan yang nyata
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium Imaging

Pada gangguan ini hasil tes yang pada pasien dengan dugaan
tidak sesuai dengan penyakit gangguan berpura-pura yang
yang diklaim. Namun, pasien juga datang dengan keluhan
dapat membuat hasil menderita keganasan yang tidak
laboratorium palsu contohnya dapat dioperasi atau penyakit
proteinuria dengan kardiovaskular
menambahkan setetes putih
telur (protein murni) ke
spesimen urin mereka atau
hematuria dengan setetes darah
DIAGNOSIS BANDING
Gangguan berpura-pura (Factitious Disorder) memiliki kesamaan dengan
Gangguan Somatoform dan Malingering yaitu bertujuan untuk berperan
sebagai orang sakit.
GANGGUAN SOMATOFORM

gangguan somatisasi

gangguan konversi

hipokondriasis

gangguan dismorfik tubuh

gangguan nyeri

MALINGERING

perilaku berpura-pura sakit demi mendapatkan suatu keuntungan tertentu


TATALAKSANA
Tujuan pertama pengobatan untuk Factitious Disorder adalah memodifikasi
perilaku seseorang dan mengurangi penyalahgunaan atau penggunaan
sumber daya medis secara berlebihan.
Terapi Somatik

Terapi Psikososial (konseling)

Terapi keluarga
PROGNOSIS
Dalam kebanyakan kasus, Factitious Disorder adalah kondisi kronis, atau
jangka panjang, yang sangat sulit diobati.
Selain itu, banyak orang dengan Factitious Disorder menyangkal bahwa
mereka memalsukan gejala dan tidak akan mencari atau mengikuti
pengobatan.

You might also like