You are on page 1of 28

Adinda Ayu Lintang Suri

1418011004

TUTORIAL 5
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Learning Objective

1. Tatalaksana Pneumotorak

2. Komplikasi Pneumotorak

3. Etiologi Pneumotorak

4. Obstruksi jalan napas


1.
TATALAKSANA
Britis Thoracic Society and American Collage Of Chest
Physician telah memberikan rekomendasi penanganan
pneumotoraks dengan prinsip;
Observasi dengan pemberian oksigen
Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan
tube torakostomi dengan atau tanpa pleurodosis
Torakoskopi dengan pleurodosis danpenanganan
terhadap adanya bleb atau bula- torakotomi
Aspirasi dengan jarum dan tubetorakostomi

Jika luas pneumotoraks > 15%


mengeluarkan udara dari rongga pleura dengan cara:
- menusuk jarum melalui dinding dada sampai
rongga pleura
- Membuat hubungan dengan udara luar
melalui kontra ventil,yaitu
1. jarum infus
2. jarum abbocath 14
3. WSD (water sealed drainage)
Observasi + oksigen

Observasi dan Pemberian O2 Apabila fistula yang


menghubungkan alveoli dan rongga pleura telah
menutup, maka udara yang berada didalam rongga
pleura tersebut akan diresorbsi.
Laju resorbsi tersebut akan meningkat apabila
diberikan tambahan O2.
Observasi dilakukan dengan beberapa hari dengan
foto dada serial setiap 12-24 jam selama 2 hari
dengan atau tanpa dirawat di RS.
TAMBAHAN

Apabila terdapat proses lain di paru, maka


pengobatan tambahan ditujukan terhadap
penyebabnya. Misalnya : terhadap proses TB paru
diberi OAT, terhadap bronkhitis dengan obstruksi
saluran napas diberi antibiotik dan bronkodilator
Istirahat total untuk menghindari kerja paru yang
berat .
Pemberian antibiotik profilaksis setelah setelah
tindakan bedah dapat dipertimbangkan, untuk
mengurangi insidensi komplikasi, seperti emfisema
REHABILITASI

Penderita yang telah sembuh dari pneumotoraks


harus dilakukan pengobatan secara tepat untuk
penyakit dasarnya.
Untuk sementara waktu, penderita dilarang
mengejan, batuk atau bersin terlalu keras.
Bila mengalami kesulitan defekasi karena pemberian
antitusif, berilah laksan ringan.
Kontrol penderita pada waktu tertentu, terutama
kalau ada keluhan batuk, sesak napas
2. Komplikasi

Pio-pneumotorak
terdapatnyapneumotoraks disertai empiema
secara bersamaan pada satu sisi paru.
Tekanan intra pleura meninggi
Paru kolaps
Mediastinum terdorong
Venous return terganggu
Menekan paru kontralateral
Kegagalan respirasi
Hidro-pneumotorak
Henti jantung dan paru
Kematian
3. Etiologi

Trauma benda tumpul atau tajam


Pemasangan kateter vena sentral (ke dalam
pembuluh darah pusat), biasanya vena subclavia
atau vena jugular interna (salah arah kateter
subklavia).
Komplikasi ventilator, pneumothoraks spontan,
Pneumotoraks sederhana ke Tension Pneumotoraks
Ketidakberhasilan mengatasi pneumothoraks
terbuka ke pneumothoraks sederhana di mana
fungsi pembalut luka sebagai 1-way katup
4. Obstruksi Jalan Napas

Parsial
Obstruksi
Jalan Napas

Total
SUMBATAN LOOK LISTEN FEEL

GERAK NAFAS SUARA HAWA


TAMBAHAN EKSHALASI
BEBAS NORMAL - +

PARSIAL NORMAL + +
RINGAN
PARSIAL SEESAW + +/-
BERAT
TOTAL SEESAW - -
OBSTRUKSI SALURAN NAPAS

Tanda obstruksi =
Mendengkur : pangkal lidah (snoring)
Suara berkumur : cairan (gargling)
Stridor : kejang / edema pita suara (crowing)
Gelisah (karena hipoksia)
Gerak otot napas
MAKI tambahan (tracheal tug,
N
PARA retraksi sela iga)
H
Gerak dada & perut
paradoksal
Sianosis (tanda lambat)
OBSTRUKSI TOTAL

Obstruksi total yaitu sumbatan di faring atau laring


secara total, sehingga tidak ada aliran udara.
Korban bisa sadar bisa tidak
Biasanya sumbatan karena adanya benda asing
Teknik pembebasan jalan napas

Lakukan Heimlich maneuver pada korban sampai


benda asing keluar
Jika benda terlihat, lakukan sapuan jari
Aktifkan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu
Cek nadi, jika tidak teraba lakukan resusitasi jantung
paru
Cara melakukan Heimlich maneuver dengan posisi
korban berdiri atau duduk adalah
Tangan kita lingkarkan ke pinggang korban. Posisi
tangan kita berada dibawah prosesus xipoideus
(PX) dan diatas umbilicus korban.
Korban kita buat sedikit roboh kedepan.
Tangan kiri yang melekat pada perut korban
dikepalkan dan tangan kanan berada diatas tangan
kiri kita.
Tekan yang kuat pada daerah perut korban dengan
cepat dari arah dalam keatas.
Jika posisi korban supinasi dan tidak sadar, maka posisi kita
adalah berlutut atau mengangkangi paha korban.

Lengan kiri kita diatas lengan kanan atau sebaliknya sesuai


dengan kekuatan tangan dengan posisi dibawa PX dan
diatas umbilicus korban.

Kemudian dorong dengan cepat dari arah dalam keatas


Sumbatan yang berat pada anak dapat
dilakukan penatalaksanaan dengan Heimlich
maneuver sampai benda tersebut keluar.

Sedangkan pada bayi yang masih sadar, bisa


dilakukan back blows sebanyak 5 kali yang
diikuti dengan 5 x chest thrust berulang-ulang
sampai benda keluar atau jatuh tidak sadar.
Jika bayi tidak sadar dan nadi tidak teraba, maka
lakukan resusitasi jantung paru (RJP). Dan saat
melakukan ventilasi, pastikan bendanya sudah tidak
menyumbat jalan napas.

Sapuan jari tidak direkomendasikan jika benda tidak


tampak pada faring karena hal ini akan mendorong
benda tersebut masuk kedalam orofaring dan
menyebabkan kerusakan pada organ tersebut.
Caranya back blows dan chest thrust pada bayi adalah:
bayi posisi pronasi diatas lengan bawah tangan kanan
kita. Pegang rahang bayi untuk menopang kepala bayi
dengan tangan kanan.
Lakukan back blow dengan tumit tangan kiri kita
dengan kuat di antara tulang belikat korban sebanyak 5
kali.
Kemudian posisi bayi dirubah ke posisi supinasi,
dengan tangan kiri menopang kepala dan leher bayi
yang ditempatkan diatas paha kita.
Lakukan chest thrust dengan posisi jari setingkat
dibawah nipple bayi dan jari tengah dan manis
disternum bayi untuk memberikan tekanan saat chest
trust.
Dilakukan sampai benda asing keluar
Obstruksi Parsial
Biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul beraneka ragan
suara tambahan pada pernafasan penderita.

Penyebab Obstruksi parsial :


Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb)
Timbul suara "gurgling" suara bernafas bercampur suara cairan. Dalam
keadaan ini harus dilakukan penghisapan suction.

Pangkal lidah yg jatuh kebelakang


Keadaan ini dapat karena keadaan tidak sadar atau coma atau patahnya
tulang rahang bilateral. Timbul suara mengorok atau snoring yg harus
diatasi dengan perbaikan airway secara manual atau dengan alat.

Penyempitan dilaring atau trakhea


Dapat disebabkan edema karena berbagai hal (luka bakar, radang dsb)
ataupun desakan neoplasma. Timbul suara "crowing" atau stridor
respiratori. Keadaan ini hanya dapat diatasi dengan perbaikan airway
distal dari sumbatan, misalnya dengan trakheostomi.
Pengelolaan jalan nafas
Penghisapan (Suction)
Suction dapat dilakukan dengan kateter suction (kateter
lunak, soft/fleksibel tipped) atau alat suction khusus
seperti yg dipakai dikamar operasi (rigid tip, tonsil tip
atau yankauer tip).
Untuk cairan (darah, secret dsb) dapat dipakai soft tip,
terapi untuk materi yg kental (sisa makanan dsb)
sebaiknya memakai tipe yg rigid.
Soft tip kateter dapat dipakai untuk melakukan Suction
daerah hidung atau naso-faring serta dapat dimasukkan
melalui tube endo-tracheal.
Rigid tip dapat menyebabkan timbulnya refleks muntah
bila tersinggung dinding farinks atau bahkan dapat
menimbulkan perdarahan.
Prosedur suction akan juga menghisap oksigen
yg ada dalam jalan nafas, karena itu lamanya
suction maksimal 15 detik pada orang dewasa,
5 detik pada anak kecil dan 3 detik pada bayi
DAFTAR PUSTAKA

Alagaff, Hood, dkk. 2005. Dasar-dasar Ilmu


Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press.
Sudoyo, Aru, W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. K,
Marcellus, Simadibrata. Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta : Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. p. 1063.3
Tim YAGD 118. 2011. Buku Panduan: Basic Trauma Life
Support and Basic Cardiac Life Support. Edisi ke 4.
Jakarta: Yayasan AGD 118

You might also like