Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Vivien, S.Ked 04054821618034
Sekarayu Putri K, S.Ked 04054821618036
Minati Maharani A, S.Ked
04084821618235
Pembimbing :
dr. Agustina Br Haloho, SpAn, M. Kes
BAB I
PENDAHULUAN
09/10/17
Sindrom gawat napas akut (dewasa) (ARDS) adalah bentuk
khusus gagal nafas yang ditandai dengan hipoksemia yang jelas
dan tidak dapat diatasi dengan penanganan konvensional.
Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) adalah salah satu
penyakit paru akut yang memerlukan perawatan di Intensive Care
Unit (ICU) dan mempunyai angka kematian yang tinggi yaitu
mencapai 60%.
The American of Lung Association, memperkirakan ada 27.000
orang yang menderita ARDS tiap tahunnya.
09/10/17
Sejak tahun 1994, definisi ARDS dari American-European
Consensus Conference (AECC) merupakan definisi yang paling
diterima untuk penanganan pasien atau untuk melakukan uji
klinis.
Namun, selama 18 tahun terakhir, akurasi diagnostik definisi
ARDS oleh AECC telah dipertanyakan. Dalam serangkaian 138
pasien ARDS, definisi ini memiliki spesifisitas yang relatif rendah
(51%)
09/10/17
European Society of Intensive Care Medicine dengan
dukungan dari The American Thoracic Society and The
Society of Critical Care Medicine mengadakan sebuah
panel ahli internasional untuk merevisi definisi ARDS;
panel bertemu pada tahun 2011 di Berlin, dan definisi baru
diciptakan yaitu "definisi Berlin".
09/10/17
Pendekatan terapi terkini untuk ARDS adalah meliputi
perawatan suportif, bantuan ventilator dan terapi
farmakologis.
Prinsip pengaturan ventilator pasien ARDS meliputi
volume tidal rendah (4-6 mL/kgBB) dan PEEP yang
adekuat (5-12 cmH2O).
09/10/17
Dalam dekade terakhir, banyak mekanisme molekuler telah
ditemukan yang sangat meningkatkan pemahaman kita tentang
patogenesis ARDS. Namun, tidak satupun dari kemajuan baru
menjadi terapi yang efektif untuk meningkatkan outcome pasien
ARDS. Terapi inovatif berupa terapi gen dan terapi sel induk
mesenkimal dapat menjadi pengobatan ARDS yang menjanjikan.
09/10/17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
09/10/17
Sistem Respirasi
Membran
kapileri-alveolar
Acute Respiratory Distress Syndrome
09/10/17
Definisi
ARDS merupakan sindrom yang ditandai oleh peningkatan permeabilitas
membran alveolar-kapiler terhadap air, larutan dan protein plasma, disertai
kerusakan alveolar difus, dan akumulasi cairan dalam parenkim paru yang
mengandung protein.
Definisi Berlin terdiri dari beberapa poin penting yaitu waktu onset akut,
chest x-ray, penyebab edema, dan oksigenasi.
Timing Chest X-Ray
ARDS Berlin
Definition (Fanelli
et. al, 2013)
Origin of
Oxygenatiion
edema
09/10/17
Definisi Berlin ARDS (Fanelli et. al, 2013)
09/10/17
Perbedaan Definisi AECC dan Definisi Berlin
09/10/17
Epidemiologi
ARDS memiliki tingkat kematian mencapai 40%
di Amerika Serikat, dengan 74500 kematian
dan 3,6 juta hari rawat inap di rumah sakit
per tahunnya. ARDS merepresentasikan
10.4% dari total pasien yang dirawat di ICU,
23.4% dari total pasien yang membutuhkan
ventilasi mekanik, dan 42% kasus ICU dalam
waktu 4 minggu di 459 ICU dari 50 negara di
5 benua (Amerika Utara, Amerika Selatan,
Asia, Afrika, dan Oceania).
09/10/17
Etiologi
09/10/17
Faktor Resiko
09/10/17
Patogenesis
Sawar udara-darah terdiri dari pneumosit tipe I (sel-sel penyokong) dan
pneumosit tipe II (sumber surfaktan) bersama-sama dengan membran basalis dari
sisi alveolar; sawar tersebut bersinggungan dengan membran basalis kapiler dan
sel-sel endotel.
Membran kapiler alveolar dalam keadaan normal tidak mudah ditembus partikel-
partikel. Tetapi, dengan adanya cedera maka terjadi perubahan pada
permeabilitasnya, sehingga dapat dilalui cairan, sel darah merah, sel darah putih,
dan protein darah.
09/10/17
Patofisiologi
Terdapat 3 fase kerusakan alveolus:
1. Fase eksudatif: ditandai edema interstitial dan alveolar. Nekrosis sel
pneumosit tipe 1 dan denudasi atau terlepasnya membran basalis,
pembengkakan sel endotel dengan pelebaran sel interseluler junction,
terbentuknya membran hialin pada duktus alveolar dan ruang udara,
dan inflamasi neutrofil. Juga ditemukan hipertensi pulmoner dan
berkurangnya complience paru.
2. Fase proliferatif: paling cepat timbul setelah 3 hari sejak onset, ditandai
proliferasi sel epitel pneumosit tipe II.
3. Fase fibrosis: kolagen meningkat dan paru menjadi padat karena fibrosis.
09/10/17
Alveolus normal dan kerusakan alveolus selama fase akut
09/10/17
Gejala Klinis ARDS
Dispnea dan takipnea akibat hipoksemia
Penurunan keregangan paru akibat edema alveolar dan
interstisial
Pada auskultasi ditemukan ronki basah
09/10/17
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Analisa gas darah: hipoksemia, hipokapnia (sekunder karena
hiperventilasi), hiperkapnia (pada emfisema atau keadaan lanjut). Alkalosis
respiratorik pada awal proses, akan berganti menjadi asidosis respiratorik.
Leukositosis (pada sepsis), anemia, trombositopenia (refleksi inflamasi
sistemik dan injuri endotel), peningkatan kadar amilase (pada
pankreatitis).
Gangguan fungsi ginjal dan hati, tanda koagulasi intravaskuler diseminata
(sebagai bagian dari MODS/multiple organ dysfunction syndrome).
09/10/17
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
Foto dada: pada proses, dapat ditemukan lapangan paru yang relatif
jernih, kemudian tampak bayangan radioopak difus dan tidak terpengaruh
gravitasi, tanpa gambaran kongesti jantung.
CT scan: pola heterogen, predominasi infiltrat pada area dorsal paru (foto
supine).
09/10/17
09/10/17
Edema paru kardiogenik
Infeksi paru: viral, bakterial, fungal
Diagnosis Edema paru yang berhubungan dengan ketinggian
(High-Altitude Pulmonary Edema = HAPE)
Banding Edema paru neurogenik
Edema paru diinduksi laringospasme
Edema paru diinduksi obat: heroin, salisilat,
kokain
Pneumonitis radiasi
Sindrom emboli lemak
Stenosis mitral dengan perdarahan alveolar
Vaskulitis
Pneumonitis hipersensitivitas
Penyakit paru interstisial
09/10/17
Kontrol Minimasi
Keseimbangan penggunaan
Cairan sedatif
Minimasi
Terapi Tatalaksana Penggunaan
Kortikosteroid ARDS neuromuscular
blocking agent
Bantuan
Prone
Ventilasi
Positioning
Mekanik
Prinsip Pengaturan Ventilator
Volume Tidal Rendah (4-6 mL/kgBB)
Kelompok yang menerima volum tidal rendah memiliki tingkat kesembuhan yang
lebih tinggi, proporsi yang lebih besar untuk lepas dari ventilasi mekanik dan
penurunan terjadinya barotrauma. Selain itu, volume tidal yang rendah juga dapat
berdampak pada penurunan tanda inflamasi seperti IL-6 dan penurunan kerusakan
organ nonpulmoner
09/10/17
Prinsip Pengaturan Ventilator
Menghindari barotrauma (tekanan saluran
napas <35cmH2O atau di bawah titik refleksi
dari kurva pressure-volume).
09/10/17
meningkatkan oksigenasi
meningkatkan mekanisme pernapasan,
hemogenisasi gradien tekanan pleura,
inflasi alveolar, dan distribusi ventilasi
meningkatkan volume paru-paru
mengurangi jumlah area paru yang
mengalami atelektasis
Prone Position memfasilitasi pengeluaran sekresi
mengurangi cedera paru akibat
pemakaian ventilator paru
meningkatkan elastisitas dinding dada
menurunkan kompresi jaringan paru
dan rekrutmen alveolus
menciptakan ventilasi yang homogen
dikarenakan penurunan
ketidaksimbangan ventilasi-perfusi
09/10/17
menurunkan ventilator-induced lung
injury
Komplikasi
Multiorgan dysfunction syndrome (MODS)
Pneumonia nosokomial
Barotrauma, pneumotoraks
Sinusitis
Trauma laring
Trakeomalasia
Fistula trakeo-esofageal
Erosi arteri inominata
Kematian
09/10/17
Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh:
Faktor resiko, ada tidaknya sepsis, pasca trauma, dan lain-lain
Penyakit dasar
Adanya keganasan
Adanya atau timbulnya disfungsi organ multipel
Usia
Riwayat penggunaan alkohol
Ada atau tidaknya perbaikan dalam indeks pertukaran gas, seperti
rasio PaO2/FiO2 dalam 3-7 hari pertama
09/10/17
Terapi Inovatif ARDS
Mesenhymal Stem Cell
Penggunaan klinis dari MSC digambarkan sebagai terapi bagi ARDS
melalui pelepasan faktor bioaktif larut.
KESIMPULAN
10/09/17
Kesimpulan
Definisi ARDS berdasarkan definisi Berlin terdiri dari beberapa poin penting
meliputi waktu onset akut, chest x-ray , penyebab edema, dan oksigenasi.
Terapi inovatif pada pasien ARDS seperti terapi gen dan mesenchymal stem cell
10/09/17
Thank you for your attention ...
10/09/17