You are on page 1of 27

CEREBRAL SINUS VENOUS

THROMBOSIS

Manorenj Sandhya, Barla Sudhaker


Department of Neurology, Employees State Insurance Corporations,
Superspeciality Hospital, Sanath Nagar, Hyderabad, India
International Journal of Research in Medicine Science. 2017 Jan; 5(1) : 177-180

Presentan :
Faulina Yosia Panjaitan
1361050179

Pembimbing
dr. M. Arief Rachman Kemal, Sp.S
Abstrak
Latar Belakang :
Sumbatan pada sinus venosus dalam intrakranial merupakan suatu
kondisi yang jarang terjadi, hanya sekitar 0,5-1% dari semua kasus
stroke
Metode Penelitian :
Retrospektif dengan menggunakan data rumah sakit pada penderita
CSVT dari Desember 2014-Februari 2016
Abstrak
Hasil Penelitian :
Dari jumlah populasi yang mengidap stroke sebanyak 430 orang, didapatkan hasil 15
pasien (3,4%) yang teridentifikasi CSVT
Usia rata-rata 31 (73,3%) , 11 diantaranya laki-laki
Gejala yang timbul paling sering berupa sakit kepala (n=14)
Dari 15 pasien, 14 diantaranya tidak terdapat infeksi dan 1 pasien terinfeksi meningitis
TB
Pada pemeriksaa radiologi melibatkan parenkim otak (n=8)
Sinus yang paling sering terkena : Sinus sigmoid
Faktor risiko terbanyak terjadinya CSVT meliputi protein S deficiency (n=8)
Pendahuluan
Cerebral sinus venous thrombosis dianggap sebagai kondisi
multifaktorial didapat dari faktor risiko berupa
hyperhomocystenemia, protein C, protein S, defisiensi
antithrombin III, positive anti cardiolipin, dan antibodi
antiphospholipid
Faktor risiko lainnya didapat dari infeksi sistem saraf pusat,
trauma kepala, tumor otak, vaskulitis sistemik, kondisi
hematologi, sindrom nefrotik, kehamilan dan puerperium, serta
dehidrasi
Tujuan dari penelitian ini untuk menggambarkan prevalensi,
pola, dan faktor risiko pada pasien yang terdiagnosa CSVT di
rumah sakit tersebut.
Metode Penelitian
Retrospektif, dengan menggunakan sampel pasien yang terdiagnosa
CSVT dari Desember 2014-Februari 2016
Data yang dikumpulkan meliputi kondisi predisposisi, faktor risiko,
presentasi klinis, temuan pencitraan, dan sinus yang terlibat
Semua pasien menjalani evaluasi rinci, termasuk Computed
tomography (CT) otak , resonansi magnetik (MRI) otak dengan
venography, pemeriksaan darah rutin (gambar darah lengkap, tingkat
sedimentasi eritrosit (ESR), gula darah, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati,
antineutrophilic antibody (ANA), antibodi antifosfolipid (APLA), lupus
antikoagulan (LA) dan evaluasi faktor hiperkoagubulabel primer.
Lanjutan metode penelitian
Sebelum terapi antikoagulan, semua pasien yang
terdiagnosis CSVT dilakukan tes protein C, protein S,
antitrombin III, faktor V Leiden, dan homosistein secara
rutin
Hasil Penelitian
15 pasien (3,4%) pasien teridentifikasi CSVT pada
semua kasus stroke
Range usia 18-47 tahun, dengan usia rata-rata 31
tahun dan 11 (73%) diantaranya laki-laki
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian
Hasil Penelitian
Ilustrasi Kasus I
Pria 54 tahun dengan sakit kepala dan hemiparesis sisi kanan. Tidak
ada riwayat sebelumnya
Lanjutan kasus I
Hasil (MRI) menunjukkan pembatasan difus dengan
intensitas hypo yang menunjukkan adanya infark
hemoragik kiri parieto-occipital (Gambar 1) dengan otak
venogram yang menunjukkan trombosis sigmoid kiri dan
transversal (Gambar 2 dan 3). Diobati dengan LMWH
diikuti dengan antikoagulan oral. Faktor risiko CSVT
adalah defisiensi protein S.
Kasus II
19 tahun wanita mengalami sakit kepala dengan onset akut serta
muntah selama 1 minggu.
Hasil MRI dengan venogram menunjukkan parenkim otak
normal dengan gambaran trombosis sinus sagital.
Memiliki faktor risiko berupa defisiensi protein C
Tidak memiliki kondisi predisposisi demam, dehidirasi, dan
konsumsi obat hormonal
Telah mendapat terapi antikoagulan dan antiedema dan
mengalami perbaikan
Non visualisasi SSS yang
ditandai dengan panah pada
baris atas
Pada gambar berikutnya
memunjukkam terdapat tanda
delta kosong yang ditandai
dengan anak panah bawah
pada baris paling bawah
Diskusi
CSVT sering terjadi di negara berkembang
Biasanya menyerang usia muda
CSVT terdapat pada 0,5-1% dari semua kasus stroke
Data dari laporan studi kohort monosentris lebih dari 15 tahun
melaporkan rentang usia yang sering terjadi 17-74 dengan nilai
tengah usia 43 tahun, sedangkan pada penelitian ini rentang usia
terjadi pada 18-47 dengan nilai tengah 31 tahun
Diskusi
Pada penelitian ini pasien pria lebih dominan dibandingkan
wanita (1:3) disebabkan oleh faktor risiko yang berbeda yang
terlibat dalam predisposisi CSVT pada kelompok studi. Penyebab
paling umum yang diamati adalah keadaan hiperkoagulabel
primer, kedua habituasi alkohol (33%) diamati pada jenis
kelamin laki-laki.
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kalita et
al, Koopman et al wanita lebih dominan karena berhubungan
dengan penggunaan kontrasepsi oral, hamil, atau puerperium
Diskusi
Sebagian besar penelitian melaporkan preferensi perempuan pada
pasien yang terkena CSVT, tanpa perbedaan jenis kelamin pada
anak-anak dan orang tua berdasarkan faktor risiko spesifik gender.
Kalita dkk, Koopman dkk dan menyatakan bahwa CVST lebih
sering dikaitkan dengan penggunaan kontrasepsi oral, Kehamilan,
atau puerperium. Dalam penelitian ini, jenis kelamin laki-laki
(73,3%) didominasi oleh CSVT dibandingkan perempuan. Hal ini
Kekurangan protein adalah kelainan yang paling umum, diikuti
oleh protein C dengan kekurangan Protein S dan Protein C
Diskusi
Haghighi dkk mempelajari 465 pasien pada kelompok usia 29,5-43,8 tahun
dengan rasio wanita terhadap laki-laki 2.79,Sakit kepala (80% -97%),
defisit sensorik / motorik (39% -64%), dan kejang (20% -62%) adalah
presentasi klinis yang paling umum.
Demikian pula penelitian kami memiliki sakit kepala (93,3%) sebagai
gejala yang paling sering terjadi pada pasien dengan CVT dengan 73,3%
adalah populasi laki-laki. Frekuensi sakit kepala lebih tinggi daripada yang
dilaporkan oleh Mehndiratta et al, di mana sakit kepala (80%) adalah gejala
yang paling sering terjadi pada pasien dengan CVT dengan 75% adalah
jenis kelamin perempuan. Sakit kepala diikuti oleh kejang (33,3%) adalah
gejala yang paling sering
Diskusi
Diamati dalam penelitian ini. Temuan serupa telah
dilaporkan oleh Nagarajan et al. Sigmoid sinus (SS)
adalah sinus yang paling sering terkena baik secara
sendiri atau kombinasi (66,6%) dalam penelitian ini.
Ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang
dilaporkan oleh Nagarajan et al dan Azin dkk,
adalah Superior sagittal sinus (SSS) yang sebagian
besar terlibat, masing-masing 46% dan 80,3%.
Diskusi
Tinjauan literatur menunjukkan bahwa trombosis SSS keadaan
paling umum dikaitkan dengan dehidrasi, sepsis, kehamilan, dan
puerperium.
Dalam penelitian ini penyebab paling umum CSVT adalah
keadaan hiperkoagulasi primer sehingga sinus yang lebih dalam
lebih dipengaruhi daripada SSS. Ini menekankan evaluasi kondisi
trombofilik untuk mencegah kambuhnya trombosis.
Diskusi
53,3% sampel penelitian saat ini memiliki keterlibatan parenkim otak
dalam bentuk infarct atau infark hemoragik, sementara 33,3% kasus
memiliki parenkim otak normal pada otak MRI.
Sebuah studi dari kelompok Prancis mengidentifikasi 17 pasien (13,8%)
dari 123 di antaranya sakit kepala adalah satu-satunya manifestasi
CSVT karena tidak adanya defisit fokal, atau lesi parenkim. Sakit
kepala sebagai satu-satunya manifestasi dengan otak MRI normal lebih
tinggi pada saat ini. (33,3%).
AHA/ASA Scientific Statement : Diagnosis and Management of Cerebral Venous
Thrombosis
Kesimpulan
Studi saat ini memberikan rincian tentang manifestasi klinis, faktor
risiko, temuan neuroradiologis, dan hasil, pasien CVST di rumah sakit
ditempat yang diteliti.
Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya CSVT:
1. Usia muda
2. Laki-laki > perempuan
3. Sakit kepala merukan gejala yang paling sering
4. Defisiensi protein S paling sering terjadi
5. Sinus yang paling sering terkena Sinus sigmoid
Studi menyoroti evaluasi keadaan hiperkoagulasi primer pada kasus
tersangka CSVT untuk keputusan mengenai durasi terapi antikoagulan
dan untuk mencegah kekambuhan di masa depan.
Terima Kasih
Daftar Pustaka
Manorenj S, Barla S. Cerebral Sinus Venous Thrombosis. Original
Research Article: International Journal of Research in Medical
Sciences. 2017 Jan; 5(1):177-180
Alvis-Miranda H, Castellar-Leones S. Cerebral Sinus Venous
Thrombosis. Review Article : Fakultas kedokteran,

You might also like