Professional Documents
Culture Documents
DEFENISI
Kelainan berupa proses destruktif inflamatorik dan
bersifat progressif yang berakibat oblitersi sklerotik
pada sistim duktus biliaris ekstrahepatik dan
disertai dengan kerusakan saluran biliaris
intrahepatik dalam berbagai derajat kerusakan
KLASIFIKASI & EPIDEMIOLOGI
FRENCH FREQUENCY DESCRIPTION UPPER LEVEL OF US/UK/JAPAN
CLASSIFICATION OBSTRUCTION OF CLASSIFICATION
THE EXTRAHEPATIC
BILE DUCT
TYPE 1 < 3% Atresia limited to Common bile duct TYPE 1
common bile duct
TYPE 2 <6% Cyst in the liver Hepatic duct TYPE 2
hilum
communicating
with dystrophic
intrahepatic bile
duct
TYPE 3 19 % Galbladder, cystic Porta hepatis TYPE 2
duct and common
bile duct patent
TYPE 4 72 % Complete Porta hepatis TYPE 3
extrahepatic biliary
atresia
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan fungsi hati
- Bilirubin total meninggi ( Bil.I>Bil.II)
- Alkali posfatase meninggi
- Peningkatan SGOT/SGPT
Pemeriksaan hepatitis (A,B,C)
Duodenal aspiration test
b. Pencitraan
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Theoni mengemukakan bahwa akurasi diagnostik
USG 77% dan dapat ditingkatkan bila pemeriksaan
dilakukan dalam 3 fase, yaitu pada keadaan puasa,
saat minum, dan sesudah minum.
Bila sesaat sesudah minum kantung empedu
berkontraksi, maka atresia bilier kemungkinan besar
(90%) dapat disingkirkan.
Dilatasi abnormal duktus bilier, tidak ditemukannya
kantung empedu, dan meningkatnya ekogenitas
hati, sangat mendukung diagnosis atresia bilier
Namun, adanya kantung empedu tidak meyingkirkan
kemungkinan atresia bilier, yaitu atresia bilier tipe I /
distal
Hepar : gambaran parenkhim hiper ekoik, tingkatan
fibrosis sirhosis
Sintigrafi Hati
Pemeriksaan sintigrafi sistem hepatobilier dengan isotop
Technetium 99m mempunyai akurasi 98,4%
Sebelum pemeriksaan:
Pasien diberikan fenobarbital 5mg/kgBB/hari secara oral.
Dibagi dlm 2 dosis selama 5 hari
Pada kolestasis intrahepatik: pengambilan isotop oleh
hepatosit berlangsung lambat
Pada atresia bilier: pengambilan isotop normal, namun
ekskresinya ke usus lambat atau tidak terjadi sama sekali
Indeks hepatik:
> 5 : Normal
< 4.3 : petunjuk kuat atresia bilier
Liver Scan
Menggunakan metode HIDA (Hepatobiliary
Iminodeacetic Acid)
Melakukan pemotretan pada jalur dari empedu dlm
tubuh menunjukkan jika ada blokade pada saluran
empedu
Pemeriksaan Kolangiografi
Pemeriksaan ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio
Pancreaticography) upaya diagnostik dini untuk
membedakan atresia bilier dg kolestasis intrahepatik
Sampai saat ini pemeriksaan kolangiografi dianggap
sebagai gold standar untuk membedakan kolestasis
intrahepatik dg atresia bilier
Diagnosis Differential
Hipoplasia bilier, stenosis duktus bilier
Perforasi spontan duktus bilier
Massa (neoplasma, batu)
Inspissated bile syndrome
Hepatitis neonatal idiopatik
Displasia arteriohepatik (sindrom Alagille)
Penyakit Caroli (pelebaran kistik pada duktus
intrahepatik)
Hepatitis
PENATALAKSANAAN
1. Terapi medikamentosa
a. Memperbaiki aliran bahan-bahan yg dihasilkan oleh
hati terutama asam empedu, dg memberikan:
Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, per oral
Kolestiramin 1 gram/kgBB/hari dibagi 6 dosis atau sesuai
jadwal pemberian susu memotong siklus enterohepatik
asam empedu sekunder
b. Melindungi hati dari zat-zat toksik, dengan
memberikan:
Asam ursodeoksikolat 30 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis per oral
mempunyai daya ikat kompetitif terhadap asam litokolat yg
hepatotoksik
2. Terapi Nutrisi
Memungkinkan anak tumbuh dan berkembang
seoptimal mungkin, yaitu:
Pemberian makanan yg mengandung medium chain
triglicerides untuk mengatasi malabsorpsi lemak
Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut lemak
3. Terapi Bedah
Hepato porto enterostomi dengan berbagai teknik (
Kasai prosedure ,Suruga,Ikeda,Sawaguchi )
Transplantasi hati
KOMPLIKASI
Kolangitis
Portal hypertension
Hepatopumonary syndrome and pulmonary
hypertension
Malignancies hepatocarcinoma,
hepatoblastoma, dan cholangiocarcinoma
PROGNOSIS
Bila pembedahan dilakukan pada usia < 8 minggu
keberhasilan 71.86%
Bila pembedahan dilakukan pada usia > 8 minggu
keberhasilan 34.43%
Bila tidak dilakukan operasi, angka keberhasilan
hidup 3 tahun hanya 10% dan meninggal rata-rata
pada usia 12 bulan